Chereads / Menikahi Simpanan Ayahku / Chapter 23 - Harga Untuk Sebuah Kepuasan

Chapter 23 - Harga Untuk Sebuah Kepuasan

Nadine mendapati dirinya tertidur di lengan Ferdinand tanpa sehelai benangpun. Seluruh tubuhnya terlalu ngilu karena permainan pria tua itu sungguh sangat menggairahkan. Nadine tak mampu menolak setiap sentuhan yang Ferdinand berikan. Wanita itu memandangi wajah tampan yang tertidur memeluk tubuh telanjangnya. Ferdinand memang pria berumur, namun ketampanannya jangan ditanya lagi. Pesona yang memancar dari aura wajahnya sangat memabukkan. Tak ada wanita yang sanggup menolak godaan itu.

Nadine mengelus pipi Ferdinand sambil terus menatap tanpa banyak berkedip. Merasa risih dengan sentuhan di wajahnya, Ferdinand terpaksa membuka matanya. "Apakah belum puas kamu memandang dan mengganggu tidurku?" tanyanya.

Nadine cukup terkejut mendengar suara dingin pria tampan didepannya itu. "Maaf, Nadine sudah mengganggu tidur Om Ferdinand," jawabnya lirih.

Ferdinand tersenyum dingin, menatap wanita yang dulu pernah membuat anaknya hampir gila. Karena wanita itu berselingkuh dengan lelaki lain, lalu meninggalkan Andrew. Dia tak menyangka Nadine bisa ditidurinya begitu mudah. Ferdinand langsung beranjak membersihkan dirinya di guyuran air shower yang mengalir. Hampir saja menyelesaikan ritual mandinya, pintu pun terbuka. Nadine memandang seluruh tubuh pria yang berdiri di guyuran air. Sorotan matanya sangat menggairahkan. Tanpa menunggu aba-aba, Nadine langsung memasukkan benda panjang di bawah perut lelaki itu ke dalam mulutnya. Nafsu yang sangat besar telah menguasai wanita itu. Nadine tidak dapat mengendalikan dirinya. Dan terjebak dalam pesona Ferdinand, hingga membuatnya serasa gila jika tidak menyentuhnya.

Mulut mungilnya sangat lihai memberikan kenikmatan pada senjata pria itu. Ferdinand hanya bisa mengerang dan memejamkan matanya, menikmati setiap isapan dan sentuhan lidah Nadine yang sangat lembut. Tak bisa menahannya lagi, Ferdinand menarik Nadine lalu menyetubuhinya dengan gaya doggy style. Dihujamkan benda panjang kebanggaannya ke dalam lubang kenikmatan Nadine. Wanita itu menjerit dan mengerang sangat keras. Ferdinand semakin bergairah dan meremas bulatan dada wanita yang mengerang di depannya. Permainan itu semakin memanas, Ferdinand kembali menumpahkan benihnya ke dalam rahim Nadine

Selesai permainan panas mereka, Nadine sudah berpakaian rapi begitupun Ferdinand. Nadine memeluk tubuh pria itu dari belakangnya. "Om, bagaimana jika aku merindukanmu? Apa aku boleh menemui Om lagi?" tanyanya dengan nada mendesah.

Ferdinand merasakan kalau wanita itu sudah terjerat dengan permainan panasnya. "Kalau semua rencana kita berhasil, kamu boleh menemui ku lagi. Bahkan aku sendiri yang akan memuaskan mu di atas ranjang," jawabnya lalu mencium Nadine dengan sangat nafsu.

Nadine pun semakin bernafsu mendapat ciuman dari pria di depannya. Tangannya mulai meraba area pribadi Ferdinand, bermaksud untuk menggodanya lagi. Namun Ferdinand sama sekali tidak tergoda, malah melepaskan diri dari wanita itu. "Aku akan pergi ke kantor, kamu bisa menghubungi aku jika semua beres," ucapnya sambil berlalu keluar dari kamar hotel.

Memang terasa sedikit kejam, sikap Ferdinand kepada Nadine. Namun hal itu tak membuat wanita itu menjauhi Ferdinand. Dia justru melakukan apa yang diperintahkan oleh Ferdinand sekali pun bertentangan dengan hati nuraninya.

A.H Architect

Clarissa sedang menemani suaminya bekerja. Andrew terlihat sangat sibuk dengan berkasnya yang berserakan di atas meja. Clarissa mendekatinya, dan duduk di pangkuannya. "Mas, boleh tidak besok pagi aku menemani Joe ke kampus. Sepertinya dia akan mendaftar di kampusku," ucapnya terdengar memohon.

Andrew menatap Clarissa yang duduk mengangkang di pahanya. "Apa alasanmu ingin menemaninya?" tanyanya.

Clarissa tersenyum menangkap sinyal kecemburuan dari suaminya. "Aku merasa berhutang budi padanya, lagian dia tak punya saudara yang bisa membantunya. Joe itu aku anggap seperti adikku sendiri," jawab wanita itu.

Andrew terlihat berpikir sebentar lalu sekilas mengecup bibir istrinya. "Aku mengijinkanmu, tapi jangan nakal ketika tak ada aku disampingmu," ucap Andrew.

Clarissa tersenyum senang, lalu secara spontan mencium bibir Andrew dengan lembut. Andrew hanya bisa pasrah, dengan apa yang dilakukan oleh istrinya.

"Apa kamu juga akan bertanggung jawab terhadap kelakuanmu terhadap yang dibawah ini," kata Andrew sambil menunjuk benda di bawah perutnya.

Clarissa tersenyum menyeringai meledek Andrew. "Tidak sekarang Mas. Aku akan berbelanja untuk makan malam kita," jawabnya sambil berjalan keluar.

"Kalau sudah selesai hubungi aku, pasti aku akan menjemputmu," cetus Andrew.

Tak lama setelah kepergian Clarissa, wanita yang sudah menjadi mantan kekasih Andrew datang lagi. Sepertinya Nadine belum menyerah untuk menggoda Andrew. Tanpa permisi, Nadine langsung duduk di meja menghadap Andrew. Dengan gerakan sensualnya Nadine mengharapkan Andrew tergoda dengan tubuh sexy yang dimilikinya.

Andrew berdiri menjauhi Nadine. "Apa urat malumu sudah hilang? Bahkan aku sudah mengusirmu berulang kali, tetap saja kamu ingin menggodaku," ucap Andrew geram.

Nadine menuruni meja yang didudukinya. "Ayolah Andrew, lelaki mana yang bisa menolak pesonaku," jawabnya dengan tatapan menggoda.

"Dasar wanita sinting. Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku. Uang? Aku akan memberikannya, tapi jangan pernah mendekatiku lagi." Andrew semakin emosi melihat kegilaan Nadine.

Nadine tersenyum penuh arti. "Kamu pikir aku semiskin itu. Aku hanya membutuhkan kepuasan seorang lelaki yang perkasa," jawabnya dengan tatapan aneh.

Lelaki perkasa yang dimaksud oleh Nadine memang bukan Andrew. Namun untuk mendapatkan kepuasan dari lelaki itu, Nadine harus menggoda anaknya terlebih dahulu.

Mendengar perkataan Nadine yang semakin tidak masuk akal, Andrew meninggalkan ruangannya. Untuk kesekian kalinya, Andrew meninggalkan Nadine di ruangannya tanpa perasaan. Sampai di meja sekretarisnya, Andrew pamit akan menjemput Clarissa. Nindy sedikit heran dengan kelakuan atasannya. Berulang kali atasannya itu meninggalkan wanita sexy, yang sudah menjadi masa lalu baginya.

Nadine menghampiri meja sekretaris yang tak jauh dari ruangan Andrew. "Kemana Andrew pergi?" tanyanya tanpa ekspresi.

"Beliau berkata akan menjemput istrinya," jawab Nindy sopan

Tanpa pamit Nadine langsung meninggalkan kantor Andrew. Dia sedikit kesal, karena rencananya tak pernah berhasil. Nadine semakin penasaran, wanita seperti apa yang membuat ayah dan anak itu sampai memperebutkannya. "Mana ada wanita yang lebih baik dariku," gumamnya sambil menyetir mobil.

Di supermarket dekat dengan apartemen tempat tinggalnya, Andrew sudah menunggu di lobby depan. Daripada melihat mantan kekasihnya, dia lebih memilih menunggui istrinya berbelanja. Tidak jauh dari tempat duduknya, Andrew melihat Clarissa membawa banyak barang belanjaan. Dia pun berinisiatif untuk membantunya. "Sayang biar aku yang membawa," tawarnya sambil mengambil belanjaan dari tangan Clarissa.

"Kok sudah sampai sini, padahal aku belum mengirimkan pesan?" tanyanya.

Andrew tersenyum mendengar pertanyaan Clarissa. "Ada wanita pengganggu datang ke kantorku. Aku memilih kabur menyusulmu disini," jawab Andrew.

Clarissa seolah mengerti dengan maksud perkataan Andrew. "Untuk apa wanita itu datang lagi?" tanyanya

"Aku juga tidak tahu Sayang. Aku hanya takut wanita itu punya rencana jahat terhadap hubungan kita," Ekspresi wajah Andrew sedikit khawatir.

Mereka berdua langsung pulang ke apartemennya. Meskipun dalam hati Andrew maupun Clarissa menyimpan rasa kekhawatiran yang besar.

Happy Reading