Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 71 - Tujuh Puluh Satu

Chapter 71 - Tujuh Puluh Satu

Dia kesini beneran kesini.

Aku menjerit jerit heboh tapi hanya dalam hati saja.

Tak tau kenapa tebakan ku tentang siapa Anthony sebenarnya malah membuat ku parno duluan.

Kutarik nafas agar tak terlalu jelas aku gugup.

" Hallo selamat siang Om.. " Sapa ku pada pria yang senyum nya sama persis dengan Arland ini. 100 persen tak ada beda. A

" Siang! Nyonya Alvaro.. "

Aku mengangguk singkat" Tadi kebetulan ketemu Vania di mengajak kami ke sini" Kata ku tidak tau kenapa ingin mengatakan alasan nya,  seolah tidak mau di anggap tamu tak diundang.

Anthony tersenyum singkat. Matanya beralih pada perut ku. " Selamat atas kehamilan kamu! "

" Aah iya Terimakasih "

Anthony kembali memberikan  senyun yang ku nilai senyum yang tak tulus. Entah kenapa aku masih menganggap ia memperlakukan ku dengan dingin.

" Aku dengar sebulan yang lalu kamu kena musibah, apakah itu benar?? "

" Oh. Itu.. Hmm iya.. "

Aku meneguk saliva ku lalu melirik Anthony sekilas. Apakah Arland yang cerita. Penculikan ku tidak sampai dilaporkan ke polisi apalagi ke media. Meski saat ini aku maupun Vian pernah mencicipi yang nama nya dikenal ataupun terkenal tetap saja kasus kemaren hanya keluarga yang mengetahui nya. Jadi apakah Arland sedekat itu sekarang dengan Anthony? Mereka berbagi cerita?

Rasanya impossible!

" Apakah Arland yang cerita Om? " Tanya ku ketimbang menerka nerka mulu.

Alis nya terangkat sebelah.         " Tidak! Ah iya.. Apa kamu tau aku juga punya saham di V.E jadi masalah ini juga jadi obrolan kami para investor! "

Aku mengangguk ragu  dia mau bilang tidak atau iya sih tapi malah punya alasan lain. Aku juga bingung kenapa sekarang Arland tidak lagi berada di V.E dia malah digantikan  oleh sodara nya yang lain. Dari klan Anthony. Karena aku juga tahu Anthony yang punya dana investor disana bukan Arland secara pribadi.

" Mudah-mudahan tidak kejadian lagi ya. Tentu wanita yang sedang mengandung seperti mu sangat rentan dengan masalah"

" Iya Om. Orang jahat memang tidak bisa di tebak apalagi orang nya ada di sekitar kita. Ya kan Om... " Ucap ku asal saja. Tapi reaksi Anthony sedikit aneh rahangnya mengedut dan sudut bibir nya naik sedikit. " Ya kamu memang benar! ".

Aku ragu untuk mengatakan nya lagi tapi ini mungkin kesempatan ku satu-satunya.

" Om..

Anthony menoleh kearah ku dengan mata sedikit menajam.

" Boleh saya bertanya sesuatu?? "

Laki laki dengan rambut sudah lebih banyak berwarna putih ini meski wajah tak setua rambut nya itu mendelik kearah ku dengan sorot keraguan.

" Maaf kalau saya lancang. Tapi pertanyaan saya sangat tidak sopan. Ah lupakan. Sekali lagi lupakan.. Anggap saja saya tidak pernah bertanya.. "

" Katakan saja!! Mungkin Om bisa membantu mu.

Aku meyakini diri lagi " Begini! Apa anda mengenal Jessica adik nya Mertua saya. Andhika? "

Aku benar benar merekam reaksi bagaimana Om Anthony mendengar nama Jesicca. Sama seperti tadi ada reaksi kaget dn aura yang tertahan. Sudut mata nya seperti ingin menyalak saja. Seperti nya arah pertanyaan ku memang sangat mengandung reaksi yang mendalam. Tapi beliau ini segera terlihat normal lagi.

" Hm.. Jessica? Ya.. Kenapa kamu ingin tahu tentang Jesicca? " Dia balik bertanya dengan senyum yang menurut ku tidak tulus seperti sebelumnya.

Aku tertawa ringan seolah malu malu" Soal nya Mama saya saat melihat Arland dia selalu bilang kalau Arland itu seperti hidup awet muda. Karena wajah nya sangat sama seperti kenalan nya yang bernama An, dia dulu pernah dekat dengan Jessica! Jadi saya pikir mungkin kan yang dimaksud Mama saya itu anda, heee.. Saya hanya terlalu penasaran saja lho Om. Maaf ya candaan saya keterlaluan"

Anthony mengusap caping hidung nya yang mancung dan agak berwarna merah, kalau dari samping seperti itu dia memang versi Arland sudah berumur 50 tahun lebihan.

" Kamu ini seorang dosen yang pasti juga pintar kan. Rasa penasaran mu seperti bukan candaan Nak, tapi tidak apa-apa mungkin Om tidak akan berbohong. Kalau yang di katakan Mama kamu itu memang benar. Aku adalah orang yang dia maksud! "

"Oh. Maaf kan saya Om. Saya hanya penasaran saja! Soal nya saya juga pernah melihat foto Om dengan Jesicca! Tapi juga ragu apakah itu anda atau bukan!! " Sahut ku yang memang berbohong. Tidak ada foto seperti itu tapi sekarang reaksi Om Anthony sedikit salah tingkah. Ia mengusap bagian belakang kepala nya.

" Benarkan. Ada foto kami. Waaah aku pikir Jessica sudah membuang nya. Hmm almarhum memang susah di tebak ya! Pasti foto itu sangat jelek"

Kepala ku mengangguk angguk seperti mainan di mobil yang bergerak sendiri.

" Baik sebenar nya arah dari pertanyaan saya ini ingin membantu suami saya Om. Dia selalu mimpi buruk tentang Ibunya"

Aku membuat nada serius sekarang.

" Ibunya? Maksud mu Lily? "

Aku menggeleng cepat. " Bukan. Mungkin kan anda tidak tau kalau Melviano itu anak nya Jessica??? "

Om Anthony mengusap lagi caping hidung nya" Anak Jessica? Dia anak Jessica??? "

Aku tau pria ini sedang berbohong. Ia sebenar nya tau tapi entah kenapa jadi berpura-pura tidak tau. Gerakan tubuh saat mengusap hidung saat bicara tentu sudah umum orang ketahui kalau orang ini sedang berbohongm belum lagi pupil nya yang membesar.

" Iya. Melviano itu anak angkat Papi Andhika saat berumur 5 tahun. Memang wajah mereka 11-12 ya. Sangat mirip tapi lebih mirip lagi dengan Jessica. Apalagi mata nya Iya kan Om??? "

Anthony memusatkan mata nya kearah ku ada riak kemarahan disana. Apakah pikiran ku benar kalau pria ini membenarkan wajah Melviano yang memang lebih condong ke Ibu nya ini membuat nya marah. Atau arah omongan ku yang semakin ingin tahu.

" Waah maaf kan saya Om. Pasti nya ini terlalu privasi ya. Saya mengungkit ngungkit wanita masa lalu Om. Kalau nyonya besar disini tau pasti saya sudah di tendang heeee"

" Tidak! Tidak masalah. Itu hanya kenangan yang sangat lama saja. Dan memang sedikit membuat ku mengingat almarhum. Dia wanita yang teguh juga sangat keras kepala. Dia sangat memaksa kan sesuatu yang tidak bisa ia capai. Tapi itu keunikan dia!

Aku mengangguk angguk lagi seperti mainan tempelan di mobil lalu mendengus pelan

" Seperti nya Jessica dimata anda tetap menjadi wanita menyenangkan. Tapi sayang dia selalu muncul di mimpi Melviano Om. Mimpi nya buruk banged. Suami saya selalu mimpi tangan wanita yang teriris oleh tangan anak kecil!!, dia bilang tangan yang berdarah itu tangan Ibunya. Dan selalu meracau kalau ia yang mengiriskan tangan itu!! "

Anthony menyimak dengan sangat serius. Bahkan aku sengaja memberi jeda di kalimat ku saja kurasa ia tak bernafas dulu. Dan memang aku tidak berbohong tentang ini. Vian pernah menyampaikan nya waktu itu kan hanya saja aku mengatakan nya sebagai mimpi Vian.

Sudut bibir nya mengedur         " Benarkah. Mungkin itu hanya sebuah mimpi dimasa lalu saja. Kehilangan orangtua yang meninggalnya tidak wajar memang membuat seorang anak bisa traumatis! Mungkin kamu perlu banyak banyak menghibur nya! Kasian juga dia selalu dihantui rasa bersalah bukan??? "

" Hmm rasa bersalah. Om ini seperti bilang kalau Melviano pelaku nya saja" Kekeh ku sambil tertawa ringan.

" Bukan. Bukan begitu. " Sergah Anthony salah tingkah.

" Tapi Om. Tidak ada yang tau kalau Jessica meninggal tidak wajar. Kata Papi Andhika sih. Kejadian itu terjadi di London kan. Dan itu menjadi rahasia kelam keluarga sendiri. Jadi Om juga tau kalau kematian Jessica ini tidak wajar??? "

Skakmat! Aku rasa serangan ku cukup membuat reaksi Anthony terlihat. Dia terlalu banyak menyimpan kebohongan.

" Yaa! Rumor seperti ini pasti ada bocor nya juga kan. Om tau nya dari teman nya yang mengatakan nya" Aku Anthony dengan tampak jelas menutupi kebohongan nya yang lain.

Aku berOh ria dengan santai. Hingga bahu ku di coel. Aku menoleh dan ada Vania di belakang ku.

" Waah kalian mengobrol nya serius sekali!! "

" Hmm tidak kok. Hanya membahas sesuatu saja" Kata ku sambil menerima segelas jus dari tangan Vania.

" Benarkah. Kalian malah terlihat dekat awas lho.. Tante Ama nanti cemburu lagi.. " Kekeh Vania sambil menunjuk seorang wanita tak jauh dari aku berdiri. Dan kebetulan wanita itu juga melihat kearah ku. Wanita yang sama di dalam foto keluarga itu. Tentu itu nyonya besar rumah ini. Dan aku juga melihat pandangan tajam dari wanita itu? Seperti nya dia memang tipe wanita penyemburu. Oh aku baru ingat Om Anthony ini kan juga punya hubungan lain dengan beberapa wanita. Mungkin kah sejak tadi dia juga memperhatikan percakapan ku dengan Anthony??

Anthony tertawa hambar "Hhaa kamu ini ada ada saja! Ya sudah Om kesana dulu. Tante Ama memang suka cemburu! Fayza. Om permisi dulu ya. Mungkin lain kali kita akan membahas nya" Kata pria itu dan dengan cepat segera beranjak dari ku.

Aku mengangguk dengan elegan. Sok elegan aja sih. Lalu melirik sekilas pada Tante Ama dan aku memberikan senyuman manis. Wanita itu bukan nya membalas senyum tapi mengalihkan kearah mata ke lain.

" Kalian bicarakan apa sih? Om aku itu sangat dingin lho sama orang orang!! " Kata Vania kembali memusatkan mataku.

" Benarkah! Kami hanya membicarakan waktu yang sudah lewat saja sih! Oh ya.. Elysa kemana ya?? Aku sampai lupa kalau tadi membawa dia? " Tanya ku sambil meneguk jus jeruk ini. Lumayan rasa nya bikin tenggorokan ku tidak terkikis karena kebanyakan mengobrol.

" Oh.. Elysa? Nah itu dia? Waah dia sudah sampai sana. Seperti nya dia memang menikmati acara ini ya" Tawa Vania melihat kelakuan Elysa di salah satu sudut dengan ikut bermain main pada anak anak berumur sekitar 3-5 tahun lebih. Ia mengikuti permainan acara yang di komando para karakter badut disana.

Ponsel ku bergetar. Aku segera merogoh nya tampak di layar panggil video dari Vian.

" Sorry Van. Aku angkat ini dulu" Kata ku langsung di angguki Vania.

Sebenarnya aku enggan mengangkat Video Call Vian. Karena sekarang aku ada di rumah Antonius, tapi kalau tidak jujur juga takut nya dia sudah tau aku disini.

" Iya Vi.. " Kata ku setelah menggeser ikon hijau keatas. Tampak juga wajah Vian disana dengan aura kurang bersahabat.

" Kamu dimana? " Cecar nya memajukan badan nya. Tentu ia melihat background ku saat ini apalagi music ulangtahun versi anak anak yang bising. Alis nya langsung bertautan.

Aku sambil menyusuri jalan mencari cari tempat yang tidak serame tadi. Hingga kulihat ada tiang besar dekat taman. Music nya juga tak terlalu jelas.

" Maaf Vi. Ga terlalu kedengaran. Kamu ngomong ap-

" Itu dimana? Kenapa kamu bisa ketempat itu. Tadi ngomong nya kesekolahan Farrel"

Katanya dengan nada dingin dan wajah nya menyiratkan ketidaksukaan.

Kalau seperti ini aku selalu merindukan sisi Vian yang antengan dan humoris bukan sisi Varo yang selalu otoriter dan berlebihan.

" Iya. Kesekolahan Farrel. Kebetulan tadi ketemu Vania dia mewakili anak yang lain. Terus ban nya bocor. Aku memberi nya tumpangan. Dan dia ngajak bentar ke acara ulang tahun sepupu nya. Anak kecil Vi.. Ulang tahun anak kecil"

" Vania. Siapa itu. Oh. Vania? Adik nya Arland?? " Suara nya meninggi.

" Iya adiknya Arland. Tapi ga ada Arland di sini. " Sahut ku malah merasa sangat bersalah padahal aku jujur saja.

Vian menarik nafas dalam dan mengurut pangkal hidung nya.

" Share lokasi nya sekarang! "

" Aku juga mau pul"

" Share saja jangan alasan pulang, awas aja ya kalau kamu bohong Fay!! "

Telepon ku langsung di tutup. Aku sampai menganga lebar.

Dengan berat aku menshare lokasi ku sekarang.

Aku segera menuju kearah Elysa untuk meminta nya cepat kembali ke mobil tapi diperjalanan tiba tiba saja ada anak anak lari kencang karena spontan menghindari nya aku mundur eh tidak tau nya di belakang ku ada ada waiters yang sedang membawa nampan. Pria itu terhuyung dan minuman dalam nampan nya juga terbalik terlempar ke sisi arah yang menurut ku sangat fatal jatuh nya.

Semua cairan berwarna warni itu sukses menodai baju si Nyonya besar rumah ini yang berwarna putih gading.

Rasanya jantung ku kembang kempis belum lagi teriakan orang orang disana membuat ku ingin sekali kabur dari sini.

Spontan aku segera menepis air yang menggenang di baju wanita bernam tante Ama ini.

" Maaf maaf kan saya.. Tante.. Maaf.. "

Tapi tangan ku malah di tepis.

" Kamu apa apaan. Kamu -

Dengan sorot marah dan mengerinyit rasanya aku mau di tendang oleh nya.

" Saya tidak sengaja. Mohon maaf kan saya" Kata ku terus merasa bersalah. Aku memang ceroboh kali ini. Bisa bisa nya menumpahkan minuman di sana. Parah nya malah ke wanita yang beberapa menit sudah menatap ku dengan tatapan horor.

" Tante. Kak Fay ga sengaja.. ! Untung saja kak Fayza ga ikut terjatuh. Kak Fayza ga papa kan? " Kata Vania disana memihak ku. Aku mengangguk dengan cepat.

Tante Ama menggeram dengan tatapan masih saja dingin.

" Kamu tau ini baju sangat mahal. Kamu malah merusak nya...! Dan ini dilihat orang-orang. Ya ampun Vania. Kenapa bisa kamu bawa wanita tak dikenal ini disini hah.. "

Wajah bersalah ku memudar mendengar perkataan nya yang tinggi dan angkuh. Apa karena aku hanya mengenakan dress panjang dan berpakaian biasa saja ia menilai ku seperti rendah. Tapi memang aku sepenuhnya salah. Alhasil aku diam saja.

Sementara itu Elysa juga berada di belakang ku. Lalu menyelip ku berada di sebelah ku pasang badan.

" Saya sekretaris pribadi nyonya Alvaro. Silahkan masalah anda berurusan dengan saya. Berapa pun tagihan nya Nyonya mampu membayar nya. Bahkan 3 kali lipat " Ucap Elysa dengan logat cukup ketus. Ia lalu merogoh tas dan memberikan kartu nama nya dengan sangat angkuh. Kali ini aku membiarkan Elysa bersikap sok dengan Nyonya Anthony ini. Karena orang nya sudah bikin eneg.

Kulihat setelah ia menerima kartu nama itu senyum pahitnya terbit.

" Oh kamu ya istri nya dari Alvaro! Hmm"

Aku benar benar tidak suka ia melihat ku seolah menilai dengan seksama.

Wanita ini tiba tiba berdiri dan matanya berada di arah belakang ku. Yang aku lihat ia seperti kaget lalu melotot. Sekilas aku mendengar nama Jesicca.

Jadi apakah Nyonya Anthony ini juga mengenal Jessica??

Aku segera berpaling dan juga kaget melihat Vian di belakang ku. Jadi yang ia lihat adalah Vian? Apakah wanita ini baru pertama melihat Vian? Padahal kami pernah viral waktu itu mungkin dia jenis wanita sosialita yang kudet.

" Ada apa? " Tanya nya lurus mehadap kearah ku lalu kearah Tante Ama dan melihat pakaian wanita itu penuh noda minuman.

" Beg-

Aku langsung merentangkan tangan kearah Elysa yang ingin bicara.

" Bukan apa apa. Hanya kecelakaan kecil. Kenapa kamu cepat sekali. Belum sampai 10 menit aku mengirim apakah....

Vian mengalihkan pandangan nya ke lain arah. Dalam hati aku bersyukur bicara jujur kalau aku ada di pesta ini. Tapi sedikit kesal juga kalau gerak gerik ku ternyata diketahui Vian.

" Apakah sudah selesai. Cepat kasih dia sumbangan untuk membeli pakaian baru" Kata Vian kepala Elysa.

Sontak omongan nya itu membuat semua para tamu juga yang melihat kaget. Vian langsung merangkul ku saat aku hendak menoleh kearah tante Ama dan membalikan badan ku.

" Vi kamu apa apaan" Aku melotot gede kearah nya.

" Sebentar!! "

Kami berdua berhenti saat suara tante Ama memanggil. Dan ia berlari kecil kearah kami.

" Apakah kamu Melviano yang kecil dulu itu?? " Tanya wanita ini penuh selidik.

Vian melepas tangan nya dan mempertajam kearah Tante Ama.

" Anda mengenal saya?? " Tanya nya menaikan alis nya sebelah.

" Tentu! Kita pernah ketemu waktu kamu berumur 4 tahun di London! "

Aku ikut menganga kaget. Jadi apakah istri dari Anthony ini pernah ketemu Vian kecil di London. Itu artinya apakah mengetahui Jessica! Jessica mantan kekasih suami nya.

Ya ampun thorr belibet amat kasus kami!!

" Sorry! Aku lupa! " Sahut Vian dingin. Lalu kembali menggenggam tangan ku dan menarik ku lagi. Aku menoleh kebelakang dan disana Tante Ama masih mematung.

Aku melihat wajah Vian yang seolah masih menyimpan kemarahan. Seperti nya habis ini aku yang akan dia sidang.