Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 69 - Enam Puluh Sembilan

Chapter 69 - Enam Puluh Sembilan

Oksigen ku rasanya lenyap saat melihat corong pistol itu yang di arahkan kepala Arland. Ini mengingatkan ku dengan kejadian Leo. Varo yang sekarang bahkan sangat gelap mata. Sisi Vian entah hilang kemana.

Dia tidak boleh menembak Arland, tidak boleh membunuh orang.

Kalau aku melarang nya apa nanti dia akan salah paham lagi.

" Vi.. Vian... "

Aku segera menarik nya dengan kuat. Dan mengambil alih kepala nya lalu melumat bibir Vian dengan cepat. Peduli setan dengan ada Arland disana. Ketimbang dia menyandang sebagai pembunuh. Ini juga bagus untuk hubungan ku pada Arland. Agar kami benar benar bisa melepaskan masa lalu.

Bibir nya ku cium dengan dalam dan menarik rambut nya dibelakang. Dan disisi lain juga mengambil alih pistol yang ia pegang. Kurasakan ia mulai mengalihkan konsentrasi dan membalas ciuman ku. Ayolah.. Aku yakin Arland akan syok dengan tindakan brutal ku. Dan ini membuat ku semakin liar menciumi Vian.

" Jangan membuat ku syok lagi Vi.. Jangan ya.. Sayang.. Semua kita bicarakan baik baik.. " Ucap ku setelah mengurai ciuman ku. Menempelkan hidung ku ke hidung nya yang mancung dan terasa hangat. Sorot mata nya bisa kulihat meredup.

Varo hendak berpaling kearah Arland. Tapi aku segera menarik kepala nya lagi dan memeluk nya.

" Kendalikan emosi mu Varo. Jangan memperbesar masalah.. " Kata ku dengan lembut mengusap punggung nya.

" Apa kamu melakukan nya karena takut aku melukai dia??? " Tanya nya tajam.

" Aku hanya takut kamu terlibat masalah jangan tinggalkan aku lagi.. " Sahut ku.

Lalu mencium aroma nya dalam dalam.

" Arland.. Terimakasih untuk hari ini. Sebaiknya kamu pergi' ucap ku menatap nya tajam dalam masih dipelukan Varo yang membelakangi nya.

Kuabaikan sorot Arland yang terluka disana. Tapi kali ini aku bersikap egois. Aku tidak peduli akan perasaan Arland disana. Hatiku sudah tertutup rapat oleh pria itu.

Arland menatap ku beberapa detik. Lalu ia balik arah dan keluar dari sana. Sekarang aku bisa bernafas lega. Hampir saja Varo hilang kendali lagi.

Ku gantungkan kepala ku ke pundak Varo. Rasa lelah kembali menyelimuti ku. Rasanya mau tidur saja disana.

" Kenapa wajah mu terluka. Apa kamu berkelahi? Tanya ku sambil memejamkan mata.

" Ini bukan apa apa! Sebaiknya kamu istirahat saja! Kamu pasti lelah kan.. "

Varo mengurai diri. Tapi rasanya aku masih ingin bersama nya. " Ya aku lelah. Aku ingin pulang ke hotel! disini sangat tak nyaman" Ucap ku sambil melihat luka yang ada di sudut bibir nya. Itu pasti di tonjok. Bisa berdarah seperti itu. Sungguh aku sangat penasaran dengan siapa ia berkelahi! Apakah ada hubungan nya dengan penculikan ku hari ini. Tapi melihat respon nya barusan dia seperti nya tidak mau berbagi.

Ia melihat ku dengan dalam dan bermakna. Bahkan rambut depan ku ia selipkan disela telinga. Jadi apakah dia melupakan merajuk nya karena aku di culik. Apa semudah itu ia melupakan nya bahkan ini ada hubungan dengan Arland.

" Apa kamu tidak marah lagi?? " Tanya ku menilik matanya yang masih ada sisa horor nya.

" Marah apa? "

" Kamu mau minta aku jujur??"

Ia melihat ku diam. Lalu tersenyum tipis. " Masalah telepon tadi pagi? Kamu menelepon Arland bukan?? "

Tebakan ku benar. Dia memang mengetahui nya. Dan aku mengangguk lambat. " Itu aku hanya tidak mau membahas alasan nya ini menyangkut almarhum ibu kamu Vian.. Hmm... "

Sampai sekarang aku enggan menceritakan nya.

" Leo sudah mengatakan nya! "

Aku tergugu. Leo? Dia mengatakan nya??

Rasanya aku percuma berpikir banyak. Dan Leo. Kenapa dia malah tidak bisa dipercayai sekarang. Apa karena Vian sahabat nya sudah kembali. Dan dia kembali tunduk dengan Vian??.

" Ya. Itu pasti ulah orang iseng. Atau mungkin Arland sendiri. Dia ingin membuat mu terus menghubungi nya.Kurasa dia masih sangat menyukai mu.. Aku benar-benat benci melihat mata nya menatap mu..! Lain kali jangan menyembunyikan apapun dari ku. Meski itu tentang ibuku. " Marah nya dengan menekan kan diakhir kalimat, kemudian Varo terlihat menyesal memarahi ku.

" Maaf. Aku hanya tidak suka kamu berhubungan lagi dengan Arland. Apapun itu. Aku tidak suka!! "

Ini lebih dari kata romantis apapun saat orang yang kita cintai memperingati mu tentang jarak dengan orang lain. Rasanya sungguh sangat dicintai.

Aku mengusap punggung tangan nya. " Ya aku tidak akan mengulangi nya!! "

Bisa ku lihat sekarang sudut bibir Varo melengkung keatas. Ia kemudian kembali mencium kepala ku dengan sayang.

" Ah ya. Apakah kamu melihat atau merasa orang yang membawa mu ke perahu?? "

Aku menggeleng. sedikit pun aku tidak ingat apapun. Terakhir aku hanya makan lalu mengantuk dan tertidur.

" Baiklah baiklah.. " Varo menepuk nepuk pipi ku. " Tidak usah dibahas dulu. Sebaiknya kamu istirahat.. Aku rasa kalian berdua perlu tidur nyenyak.. " Ucapnya lalu mengusap perut ku dan sudut bibir ku dengan lembut. Sorot nya sudah kembali menghangat. Aku sangat suka ada tatapan penuh cinta di matanya.

*

Liburan dipersingkat. seharus nya 3 hari lagi pulang. Tapi karena kejadian kemaren. Besok nya atau hari ini kami sudah terbang lagi ke Jakarta. Semua keluarga inti kecuali yang masih mau liburan di Bali.

Dan aku diwajibkan tinggal di rumah labirin Papi buat jaga-jaga. Vianvaro juga tidak menolak.

" Jaga dia Vian" Kata Papa memperingati Vianvaro saat kami tiba di Jakarta.

" Tentu Pa"

Papa melihat ku sekilas lalu kembali mendorong troli koper nya.

Tadi malam aku sempat bertanya pada Papa tentang Jessica. Karena aku masih punya firasat aneh tentang memo itu, dia bilang Jesicca atau ibu kandung Vianvaro itu orang nya pintar dan sering berprestasi tapi agak pendiam juga tertutup, kok mirip aku ya?

Jadi kata Papa dia ga terlalu dekat dengan Jessica. Adik kandung Papi Andhika itu sangat hebat dalam bidang design. Dia bahkan pernah menjadi Design fashion termuda di umur 12 tahun. Bahkan Jessica memiliki usaha sendiri yang cukup besar di London setelah ia kuliah disana. Tapi kata Papa Jessica pernah dijodohkan dengan pria oleh Ayah nya (kakek Vianvaro dan Tasya). Jessica menolak dengan alasan ia ingin berkarir dulu. Tapi alhasil yang diketahui malah Jessica memiliki Vian tanpa diketahui siapa ayahnya. Jessica sangat menutupi siapa pria yang mehamilinya. Entah itu seseorang atau kekasih nya sendiri. Wanita itu tenggelam dalam depresi nya di sana hingga kabar ia bunuh diri.

Cerita Papa lebih membuat ku semakin tertarik. Aku mengaitkan bagaimana kalau sebenarnya berita bunuh dirinya itu palsu dan yang aku lihat kemaren adalah asli. Lalu kenapa Jessica melakukan nya. Dan lagi apa dibalik nomor Arland yang ada di sana? Mungkinkah itu memiliki pesan kalau kuncinya ada pada Arland.

Mode kepo ku masih berlanjud saat berada di Bandara Ngurah Rai beberapa jam yang lalu, saat menunggu pesawat. aku masih iseng mencari informasi lewat Ibuk. Karena Papa dan Ibuk itu dulunya pacaran 10 tahun sebelum menikah. Aku yakin Ibuk pasti juga mengenal Jessica, si adik Papi Andika. Dan ternyata benar. Mengais info ke Ibuk ternyata lebih gampang dari papa Papa yang minim informasi.

Ibuk bilang kalau Jessica punya kekasih dan fatal nya pacar nya itu mirip dengan Arland?? Pikiran ku langsung melesat membandingkan Arland dengan Anthony yang versi Arland tua  mungkin kah. Om Anthony pria yang di segani dan dibenci Arland itu dulu pernah berhubungan dengan Jessica??? Sayang nya aku tidak punya foto nya. Mungkin aku harus mencari foto nya dulu baru menanyakan pada Ibuk. Apalagi ibuk bilang nama pria itu dipanggip Jessica dengan sebutan An. Sangat mendekati nama Om Anthony.

Aku mengira ngira bagaimana kalau sebenarnya dugaan ku benar. Om Anthony itu mantan pacar Jessica.

Dan ini mendekati alur memo itu tentang Arland.

Mungkin kah maksud Jessica dengan nomor Arland itu sebenarnya adalah Bapak nya.

Kalau iya. Apa keterkaitan Anthony dengan situasi sekarang??

Apa mungkin Ayah biologis Vianvaro itu Anthony???

What The hell..!!

Kalau saja mungkin. Itu artinya mereka sodara gitu??

Tapi wajah Vianvaro sangat tak mirip Anthony? Wajah nya mendominasi wajah Jessica. Apalagi matanya.

Dan wajah Jessica itu 11-12 dengan Papi Andhika. Makanya orang banyak meyakini Vianvaro anak kandung Papi Andhika. Jadi Vianvaro ini cetakan akut wajah Jessica. Itu mungkin masuk akal.

Aku awut awutan sendiri memikirkan benang benang kusut yang ada dikepala ku. Memikirkan hal hal yang semakin gila di kepala ku. Arland dan Vianvaro bersaudara!! Mungkin akan ada perang ketiga. Apalagi kalau Anthony itu ayah biologis Vian yang meninggalkan Jesicca. Tapi itu hanya dugaan sementara saja sih. semoga saja tidak.

" Sudah sampai.. Welcome to go homeeee" Teriak Mami saat kami semua sampai di depan rumah labirin yang sudah di sambut bunga bunga oleh Asisten asisten rumah tangga nya. Yang kembali berjejer mirip penggiring penganten di altar.

" Huffft... Bisa ga sih kalian tidak buang buang bunga. Apalagi ini bunga melati. Serem banged njiiirr" Kata Tasya menutup muka nya dan menyingkirkan bunga melati yang nyangkut di kacamata tidur nya.

" Hhe maaf Nona. Bunga mawar nya banyak kosong.. Jadi terpaksa pakai bunga melati" Kekeh Mbok Astuti disana.

" Kenapa ga sekalian bunga 7 rupa biar banyak kunti menggantikan kalian" Sungut Tasya memutar bola matanya lalu ber lenggang masuk kedalam sana. Aku tau Tasya sangat kelelahan. Dia mengeluh kalau tidak bisa tidur. Katanya dia terus ingat mimpi buruk tentang mata orang di colok. Tapi ceritanya sambil melirik kearah Vianvaro. Wajah nya juga tegang. Dari kemarin Tasya bilang colok mencolok terus. Memang nya apa yang aku lewati. Saat ditanya dia ngaku itu mimpi buruk saja. Dan Vianvaro terlihat tidak tauhu menahu.

" Masuk lah sayang. Kamu pasti ga mau kan jalan kaki di lorong ajaib ini" Kata Vianvaro yang tau tau ada mobil kereta seperti yang ada di lapangan Golf.

" Buruan masuk Fayza. Mami sudah sedia in ini  agar kalian  ga cape" Kata Mami merangkul ku.

Aku segera menurut dan masuk kedalam.

" Kalian pada tetua jangan malas jalan kaki" Kata Vianvaro pada Mami dan Papi yang hendak naik.

" Lho lho kenapa??? Ini kan rumah Mami" Nyolot Mami tidak terima. Aku juga membenarkan kata Mami. Kenapa Vianvaro begitu.

" Lha prinsip nya Papi bikin jalan labirin ini kan agar ga malas olahraga! Jadi kalian harus tanggung jawabkan itu  bye.. Vian duluan.. Weeek"

Sahut Vian lalu segera meleset jalan.

" Hy Vian... Kamu  " Teriak Mami disana gusar dan marah besar.

" Vi ! Mami dan Papi pasti capek juga jalan lagi  cepat mundur" Hardik ku kesal.

Vian merengut lalu melirik ku. " Mereka harus tanggung jawab dengan jalan memusingkan ini!! Kau tau betapa aku selalu stress kalau tersesat terus!! "

" Mundur"

Vian menyembik dengan tak ikhlas tapi ia akhirnya mundur juga.

" Naaah gitu donk.. Awas kamu ya.. Mami ini sudah kelelahan tau ga!! " Kata Mami sambil naik ke belakang di susul Papi.

" Maka nya cepat di bongkar Pi  sebelum VianFayza junior lahir. Aku ga mau anak ku tersesat saat kerumah ini" Kata Vian disana.

" Bongkar.. Enak ajaaa... Khusus anak anak kecil ntar Papi bikin kan lantai berjalan. Puas!!! "

" Hah serius Pi? Waah.. Mami ga capek lagi dong!! " Cicit Mami suka cita.

" Papi bilang khusus anak-anak. Kalau Mami ikutan takut nya mesin nya ngadat. Mami kan berat!! "

" Apa! Papi bilang apa??? "

" Eeh anu. Maksud Papi mesin nya hanya bisa sebatas umur 10 tahun. "

" Bukan bukan. Itu kalimat ga ada mirip mirip nya. Tadi Papi bilang Mami berat! ARTINYA PAPI BILANG KALAU MAMI GENDUUUT!!! " teriak Mami histeris. Aku sampai merada gendang telinga ku mendengung. Dan di belakang sana langsung ada cekcok mulut pasutri yang tampak menggemaskan. Papi salah besar mengungkit masalah berat badan sama emak emak. Ibuk juga sangat benci di katakan gendut. Walau aslinya juga berisi. Dan itu sering membuat jatah jajan Farrel menyusut.

Aku dan Vian hanya ketawa kecil melihat perseteruan Mami dan Papi dibelakang sana. Kalau situasi nya seperti ini kadang merasa ingin Vian sepenuh nya ada. Dia pasti dengan girang menambah porsi kesalahan Papi dengan menggodanya. Ya walau sekarang ada sisi Varo yang mengambil jiwa tengil nya separo hilang. Aku tetap menyukai nya.

*

*

Aku melihat kulit di tangan ku yang menggosong. Wajah ku k

Juga lebih gelap. Sedih juga melihat kulit jadi tambah iteman seperti ini karena kemaren. Aku memang tak seputih lainnya atau seperti Tasya yang kinclong atau Vian. Sekarang malah gelap begini. Rasa percaya diriku jadi ikut menipis.

" Kenapa wajah mu begitu"

Aku kaget mendengar suara Vian. Dia baru masuk dan mungkin sudah lama melihat ku didepan cermin. Aku menggeleng dengan tersenyum kikuk tanpa sadar menyembunyikan tangan ku.

" Ga kenapa-napa"

" Kamu menyembunyikan apa?? "

" Ga ada! " Sahut ku lalu memperlihatkan tangan ku.

Vian masih melihat ku dengan selidik. Sorotan nya sangat tak nyaman. Selain sikap nya agak berkurang ketengilan nya. Sifat protektif nya sangat mendominasi.

" Lalu?? "

" Aku hanya melihat kulit ku yang gosong gitu aja. " Sahut ku sebel juga. Vian terlalu berlebihan.

" Oh.... Kamu sedih. Kulit mu hitam??? "

" Ga juga. Cuman ya sedikit... "

Vian mendekati ku lalu meraih tangan ku. " Aku akan buat pelaku nya lebih sakit dari yang kamu rasakan... "

Entah kenapa mendengar nya aku merasa merinding. Penculikan itu memang mengerikan. Dan mengincar nyawa ku. Bahkan kalau tidak di temukan bukan hanya aku yang celaka tapi bayi ku. Hanya saja hati kecil ku tak ingin Varo melakukan tindakan anarkis. Meskipun dia punya jiwa pembunuh.

" Vi ... Jangan bertindak gegabah. Jangan melakukan hal menyeramkan"

Lalu raut seram yang aku lihat mengendur. Ada sisi Vian yang muncul " Its oke.. Kamu itaman juga tambah manis kok.. Aku tak peduli kulit mu mau berubah jadi kulit kerbau juga aku tetap Melviano kesayangan kamu... " Koar nya membuat ku terkikik geli.

Ia lalu memeluk ku dengan sayang. Rasa nya seperti dia sedang berlama lama meresapi dekapan nya. Seolah kami tidak akan bertemu lagi.

" Aku sayang sama kamu Fayza... "

Rasanya pipi ku kembali memerah. Aku hanya mendehem dengan balas memeluk nya. Tentu aku juga sayang dia.. Semoga saja kami bisa terus bersama.