Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 68 - Enam Puluh Delapan

Chapter 68 - Enam Puluh Delapan

Varo sampai di depan sebuah Toko Obat pada umum nya. Aktivitas yang tampak wajar kalau dilihat dari sana. Tapi kalau di lihat lebih intens ada beberapa pria dengan tato khas yang sama.

" Beli apa kak? " Tanya seorang wanita disana saat melihat Varo berada di depan meja.

Tapi seorang pria, bodyguard disana melihat keberadaan Varo. Ia segera mendekati lalu memerintahkan wanita tadi agar pergi.

" Katakan aku mencari nya" Kata Varo dengan bahasa Jerman.

Dengan tatapan menyelidik pria bertubuh kekar itu lalu segera pergi. Diganti dengan beberapa pasang mata lain yang melihat Varo dengan curiga. Tidak sampai 1 menit pria tadi kembali. Dan memberikan kode pada Varo untuk mengikuti nya.

Varo masuk kedalam toko itu. Ia langsung disambut 2 pria lain yang langsung menggeledah Varo dari atas sampai bawah.

" Oke.. Ikuti Jack"

Kata mereka lagi.

Varo mengikuti pria didepan nya itu yang mengntarkan nya kesebuah tempat berbeda dari toko obat didepan. Ada pintu penghubung.

Disana tempat sejenis sebuah club malam dengan suasana temaram dan beberapa perempuan nyaris telanjang hilir mudik sebagai pengantar minuman. Di sisi lain ada estelase kaca dengan jeruji yang mendominasi. Bahkan ada pasangan yang tanpa sungkan berhubungan didalam sana dengan wanita nya terikat dileher lalu disetubuhi dengan liar oleh 2 pria luar sekaligus.

Varo hanya melihat sekilas mereka lalu kembali melihat lurus kedepan.

Bahkan di sisi lain juga ada pasangan sejenis yang seolah bangga bersetubuh di depan yang lain nya yang seolah lumrah saja melihat adegan itu.

Ia kembali masuk kedalam lorong lorong dengan lukisan vulgar mendominasi. Ada banyak pintu pintu disana. Hingga ia kembali di arahkan ke sebuah pintu. Saat masuk kedalam hawa panas terasa menguar tak jauh dari sana ada ruangan dari kaca terpampang dengan kabut uap yang berasal dari dalam. Sebuah pemandian air panas pribadi, sekilas terlihat beberapa wanita lokal dan luar bercampur satu di kolam itu tanpa bra. Varo juga yakin Albigail ada di dalam sana dikelilingi wanita wanita disana. Ia tau betul bagaimana Albigail yang suka seks rame-rame seperti itu.

Seorang wanita mendekat. Wanita lokal dengan wajah sangat ayu dan tentu nya sangat cantik. Tinggi dan bodynya persis seperti model model majalah dewasa tentu dengan pakaian sangat minim bahkan dadanya tumpah ruah.

Wanita itu tersenyum menggoda dengan bibir sensuak nya yang ranum kearah Varo. Jari lentik nya juga mengukir kearah dada Varo dengan sentuhan liar.

" Tuan bilang anda akan bergabung, Aku akan bantu melepaskan baju anda" Tuturnya semakin dekat dengan Varo bahkan menempel kan dada yang besar besar itu ke tubuh Varo. Matanya juga terus mencoba terus genit melihat Varo yang hanya diam saja. Meski mata itu menyiratkan mata pembunuh.

Kemudian tangan nya mengarah pada kaos bawah Varo jarinya ingin menyusup dengan liar, tapi tertahan oleh Varo yang menangkapnya lalu menariknya keatas.

" Siapa yang mengijinkan mu menyentuh ku??? "

Wanita ini melihat ketir pada sorot Varo yang tajam bahkan dari sorot itu ia merasa seperti di Kutili hidup-hidup. Ia mengerang sakit saat jari nya di bengkokan dengan cepat

Pria pria disana datang mendekat, lalu segera menarik wanita itu ke belakang yang menangis sesegukan bahkan ia tak berani mengerang sakit.

" Maaf Tuan! Ini kelancangan. Silahkan tunggu di kursi" Kata pria disana lalu menyeret wanita tadi menjauh.

Varo segera mencari kursi yang disebutkan tadi.

Beberapa menit kemudian tampak sebuah kaki melangkah kesana. Dan masih ada tetesan air dari jejak nya.

" Hho hoo.. Lihat siapa disini" Seru Albigail tentu dengan bahasa Jerman. Pria bertubuh tinggi besar itu melihat Varo dengan berbinar juga penuh kewaspadaan.

Varo menunduk singkat sebagai tanda hormat nya kepada pria itu.

Varo kembali duduk dan Albigail juga mengambil cerutu nya. Kemudian mereka dihidangkan vodka dengan dua wanita yang hanya mengenakan bikini seksi.

Varo memgambil ponsel lalu memperlihatkan foto pria yang wajah nya sudah bonyok.

" Istri ku di culik!!

Reaksi Albigail terlihat biasa saja malah tersenyum riang.

" Wow.. Apa dia sudah mau mati? "

Mendengar itu Varo langsung bereaksi. Saat ia berdiri bodyguard disana juga ikut bertindak. Albigail langsung tertawa lebar. Bahkan perut besar nya sampai bergetar.

" Lucu sekali. Ternyata kamu masih Alvaro yang aku kenal" Ujar nya lalu merentangkan tangan ke sisi sofa dan kaki menumpu ke sisi lainnya. Lalu dua wanita tadi langsung bergelut disana.

Varo hanya terus memicingkan mata melihat pria itu.

" Apakah wanita itu lebih bagus dari Deasy! Kekasih mu?? Kulihat dia hanya wanita biasa saja !! Hmmm apa permainan nya di ranjang memuaskan mu?? "

Rahang Varo semakin mengeras. Kalau saja ia membawa senjata mungkin kepala Albigail sudah bocor saat itu. Itu pun penjaganya sangat intens melihat nya. Bahkan ada pistol di tangan mereka.

Varo merengganggkan lehernya sejenak. Mengisi paru paru nya dengan udada agar otak nya berpikir jernih.

" Kalau dia lebih Hot.. Aku jadi penasaran bagaimana di memuaskan ku di ranjang! Kamu kali ini mengijinkan ku kan. . . Ketimbang gadis lumpuh itu. Dia sangat payah..."

" Apa! "

Varo mendelik kaget lalu tertawa ringkih. Ia mengusap muka nya. Betapa ia sangat bangga pada nya saat ini kalau sudah memilih yang tepat. Karena saat bersamanya Deasy sudah berkhianat dengan nya.

" Lucu sekali. Kamu juga doyan dengan wanita lumpuh. Tapi tidak istri ku  bahkan sehelai rambut nya lebih bernilai dari nyawa seekor Anj*ng seperti mu!! " Sahut Varo kembali menyulut panas situasi.

Riak wajah Albagail langsung berubah ia menganggap itu sebagai hinaan besar.

Varo lalu berdiri.

" Kalau sampai istri ku tak dikembalikan. Kita lihat bagaimana kamu menangani masalah Diamond 2 tahun yang lalu. Kamu tau aku bisa saja membocorkan dengan Mr. Smith dan kedutaan di Jerman akan menendang mu seperti seekor babi! "

Mendengar itu Albigail langsung meradang.

" Sialan... Apa yang kamu katakan. Tangkap dia. Langsung bunuh saja" Teriak pria itu dengan lantang. Matanya sampai memerah karena marah.

Pria pria disana langsung menangkap Varo dengan memelintir tangan nya kebelakang. Lalu memukul keras ulu hatinya. Varo merengang dan terbatuk.

" Membunuh ku sama saja mencari mati! Kalau aku tidak kembali maka file nya akan sampai pada Smith siap-siap saja kalian diserang" Teriak Varo lalu tinju besar kembali mengarah rahang nya.

Albigail menarik nafas berat. Ia berdiri dengan sangat kesal. Memberi perintah anak buah nya untuk melepaskan Varo. Ia lalu menarik rahang Varo dengan kuat menatap nya sengit.

" Kamu pintar juga ya! Ternyata benar kata wanita lumpuh itu kamu berkhianat! Ck! Tapi sayang. Bukan aku pelaku penculikan istri mu! Mungkin ulah kekasih kecil mu itu untuk membuktikan dia tidak berbohong. Hahhaaa... Dasar sialan"

" Apa! "

Plaaaak

Varo kembali di gampar hingga jatuh ke bawah. Ia segera bangun hendak menyerang tapi pengawal nya lebih gesit dan kembali menahan tangan nya. Lalu membentur kan nya kedinding.

" Lepaskan dia"

Varo kembali dilepaskan. Tampak bibir nya berdarah dan sudut mata yang lebam. Tapi pria itu tak terlihat kesakitan sama sekali. Ia lalu mengambil sesuatu di kalung nya. Lalu menarik nya dan melemparnya.

" Aku masih punya salinan apa saja kejahatan mu Albigail. Bahkan aku tau dimana kamu menyembunyikan wanita tercinta mu. Aku bisa langsung mengirimkan nya pada istri galak mu! Bagaimana... Aku rasa kamu masih mengincar kekuasaan mertua mu bukan.  aku akan kirimkan bukti pada mereka dan wanita mu akan mati mengenaskan! Hmmm...

Varo tersenyum sinis sambil menyapu darah di bibirnya.

Mendengar itu Albigail menggeretakkan gigi nya. Ancaman Varo sangat tepat

" Mau mu apa...! " Tanya nya kemudian.

Varo ingin menyahut tapi suara ponsel nya berbunyi nyaring. Ia segera merogoh ponsel itu. Disana ada nama Leo. Ia segera mengangkat nya.

Leo mengatakan kalau Fayza sudah ditemukan. Dan itu membuat nya sangat senang meski kesan nya terlambat karena ia sudah membuat Albigail memusuhi nya dan ia semakin yakin ini tujuan pelaku sebenarnya. Target nya memang ia berseteru dengan Albigail. Menggunakan Albigail untuk menyingkirkan nya. Kemungkinan besar pelaku nya Deasy.

" Baik" Varo menutup telepon dan kembali mehadapi Albigail yang masih memperlihatkan wajah gahar nya.

" Kirimkan aku kepala otak penculikan istri ku. Aku akan kirim file asli yang aku punya! Kata Varo mencoba mencari jalan tengah. Walau ia tau Albigail tidak akan melepaskan nya nanti.

Albigail tersenyum lebar. " Itu masalah mudah!

*

*

Pov Fayza

Bau rumah sakit langsung memenuhi rongga hidung ku bersamaan dengan lengkingan sakit di kepala. Aku mengerang sakit dan ada suara yang memanggil ku.

" Fayza.. Kamu sadar. Kamu ga papa.. "

Aku membuka mata dan sedikit linglung melihat wajah di depan ku. Apa itu Arland? Apa aku bermimpi?

Sesaat aku ingat terakhir perahu yang terbalik itu menghantam kepala ku.

" Aagahhhhh.

"Kak..

" Fayza...

Ada suara suara disana memanggil ku. Aku hanya bisa melihat kabur mereka disana. Ada Ibuk juga sama Mami dan Tasya.

" Minum lah dulu..

Segelas air yang di berikan Ibuk membuat ku sedikit lebih baik dan air itu serasa sangat berharga. Mengingat bagaimana aku kehausan beberapa saat yang lalu di bawah terik matahari yang sangat panas. Kulihat juga kulit ku malah semakin gelap. Lalu kepala ku di tarik Ibuk. Ibu menangis sesegukan.

" Ibuk senang Ibuk masih bisa melihat mu Fayza.... "

Aku juga merasakan hal yang sama. Saat terombang ambing di atas perahu seorang diri di tengah laut yang tak ada ujung nya membuat ku merasa sangat kecil hati, ketakutn seorang diri. Bayangan ku jatuh kepada orang-orang yang aku miliki saat ini. Melihat mereka lagi seperti kesempatan kedua ku untuk hidup. Dengan erat aku memeluk Ibuk dan menangis.

" Bagaimana anak ku Buk? " Tanya ku mengingat dehidrasi sangat berpengaruh besar pada janin.

Ibuk mengelus pipi ku dengan hangat. " Dia kuat sayang. Kalau saja telat sedikit mungkin saja dia kekurangan cairan. Mendengar itu aku sangat lega.

" Vian...

Aku mengurai pelukan ku dari Ibuk dan mencari keberadaan Vian. Tapi di sana tidak ada Vian.

" Abang sebentar lagi kesini Kak" Kata Tasya disana yang kulihat menggunakan mantel sangat tebal dengan hidung juga merah.Aku ingat dia terjun bebas dari helikopter yang ia tumpangi seperti Hans. Dan kulihat juga ada Gavin. Mereka pasti sangat kedinginan saat ini

Aku mengangguk, sekilas aku melihat kearah Arland. Pertanyaan ku bagaimana bisa Arland juga ada. Dan Arland terlihat sangat serius kedua alis nya mengerut. Apa yang sedang ia pikirkan. Kepala ku kembali berdenyut kalau mencampur adukan kejadian ini dengan Arland.

" Sayang!! Makan ya... Bayi kamu pasti juga lapar" Kata Mami membuat ku terperanjat. Aku lupa aku melamun ke arah Arland berdiri. Pasti Mami pikir aku masih terpusat pada Arland.

" Iya Mami !!!

Mami lalu bergerak heboh mengambilkan sesuatu di sana dan didetik berikutnya aku bisa mencium bau soup daging sapi yang sangat mengggugah selera, rasanya rasa ketakutan ku yang masih melingkupi sedikit berkurang. Perut ku benar benar butuh makanan. Lebih tepat nya bayi ku mungkin sangat kelaparan. Setelah ini aku akan banyak makan yang bergizi menebus kejadian hari ini.

Dengan sayang Mami dan Ibuk bergantian menyuapi ku. Mereka tampak suka cita dan aku merasa sangat di cintai.

" Eng.. Kata Tasya. Yang menemukan kalian adalah Arland" Kata Ibuk setengah berbisik saat Mami mengambilkan buah di nakas sebelah sana.

Aku menoleh pada Ibuk yang langsung pindah sorot nya setelah Mami muncul. Mungkin Ibuk hanya sekedar menceritakan nya padaku saja untuk berterima kasih pada Arland. Dan itu menjelaskan kenapa Arland juga ada di kamar rumah sakit ini. Apakah ia pergi mencari ku setelah mendengar berita aku hilang??

Kulihat Arland masih di sana ia bahkan berwajah batu berada di lingkungan ini. Kalau aku jadi dia mungkin sudah pulang duluan. Apa mungkin ada yang ingin ia sampaikan. Tapi susah juga bicara dengan nya saat ada Mami seperti ini.

Perlahan aku mengambil ponsel ku dan mengirimi nya pesan. Mengucapkan kata terimkasih.

Kurasakan ia menerima pesan ku. Kulihat jari nya mulai mengetik balasan.

" Ya! Aku senang kamu selamat! "

Itu pesan yang ia kirim.

" Ini buah nya sayang buruan dimakan..

Aku melepas ponsel dan mengikuti Mami yang memanjakan ku.

Braaaak

Aku sangat kaget bagkan buah di tangan mami sampai meloncat. Di depan pintu Vianvaro muncul dengan kondisi yang bisa dibilang berantakan. Ada noda darah di kaos nya dan bibir nya juga terluka. Dia kenapa?

" Vian... Kenapa dengan muka mu... " Pekik Mami dan yang lain pasti juga bertanya tanya.

Vianvaro hanya melihat mami sekilas lalu matanya kembali terkunci pada ku. Bisa kulihat sorot kecemasan nya menguar disana. Ia melangkah dengan terseok. Dan semakin cepat sebelum aku merasakan bagaimana ia merengkuh tubuh ku sangat kuat.

" Kamu ga papa kan.. Fay.. "

Bahkan rasanya oksigen ku berkurang. Aku mengangguk tanpa suara. Walau aku juga sangat merindukan Vianvaro.

" Aku senang kamu kembali Fayza.. " Kedua pipi ku ditangkup dengan sorot nya yang sangat dalam.

" Maaf kan aku! Aku yang salah karena lalai menjaga mu. Bahkan aku mengabaikan mu.. Aku pantas kamu benci Fay... "

" Ga.. Ga papa ko. Aku baik baik saja" Sahut ku lalu mengusap luka di bibir nya dan kulihat ada lebam biru didekat mata. Dia baru berkelahi dengan siapa?? Kelihatannya masih baru.

Vianvaro kembali memeluk ku erat. Aku juga yakin Vianvaro pasti merasa bersalah. Aku mengusap bahu nya dengan sayang. Tentu tidak ada yang menginginkan musibah.

" Its okey Vi ! Aku sangat senang melihat kamu lagi" Rengkuh ku ingin menenggelam kan kepala ku di pundak nya.

" Hmmm

Harudang.. Harudang.. Panas panas panaaaas" Nyanyi Tasya mengipas ngipas wajah nya. Aku baru ingat akan ada Arland di sana tapi memang aku tak ada niat untuk membuat Arland jadi aneh. Aku hanya meluapkan perasaan ku saat ini pada Vianvaro.

" Kalau mereka kumat mesra-mesraan kayak gini. Kita semua udah di anggap ngontrak di dunia ini. Yuk ah Mami.. Tante.. Keluar yuuuk.. Aaah Mas Arland juga yuuuk takut nya di rumah sakit ini kagak ada operasi patah hati. Mending Mas ikut kite keluar" Kata Tasya disana satu persatu tangan Mami dan Ibuk di tarik keluar. Bahkan Arland yang terlihat masam ia tarik paksa.

" Udah mas.. Ikhlasin ajaa ya.. Dunia itu kejam. Lebih baik ntar ikut kita party. Siapa tau dapat bule montok" Katanya disana kekuh ingin mengeluarkan Arland disana.

Arland mendengus jengkel. Ia lalu melepaskan tangan Tasya. dan malah mengarah pada kami. Sumpah aku menahan nafas. Belum lagi kesalahpahaman yang sebelum nya membuat aku dan Vianvaro diam-diaman.

Kulihat juga Vian merengut dengan rahang mengeras melihat kearah Arland.

" Ayook emak emak jangan nonton. Ini adegan kuch kuch hota hai jilid 2! " Usir Tasya lalu kudengar suara pintu di tutup. Tasya juga ikut keluar dari sana. Tapi sedetik kemudian kepalanya muncul lagi.

" Bang Vianvaro jangan ada adegan colok mencolok lagi ya... "

Kemudian kepala nya keluar lagi. Apa maksud Tasya colok mencolok.

" Hmmm. Arland.. Terimakasih sudah ikut membantu. Aaa aku berhutang kali ini dengan mu" Ucap ku setelah merasakan atmosfer sangat dingin di kedua sisi apalagi Vian. Aura nya kental dengan Varo sekali.

Sampai ku genggam tangan Vianvaro dengan erat, agar ia bisa menjaga emosinya.

" Ya! Aku sudah memperingati mu Fayza. Dia pasti akan membuat mu celaka"

Kata Arland disana memancing emosi Varo yang sudah tertanam disana. dan benar saja tangan Varo langsung menyebrang menarik kerah Arland dengan sangat marah sampai aku teriak. Ini salah! Seharusnya tadi aku mencegat Tasya yang meninggalkan kami bertiga di sini. Ini sama saja membuat kedua nya baku hantam dan aku sebagai wasit nya???Kalau saja tidak di infus mungkin aku akan menarik paksa Vianvaro menjauh.

" Apa maksud mu sialan?!! "

Bahkan aku bisa melihat bagaimana urat tangan Vianvaro mencuat dan kerah itu sangat kuat ia tarik.

" Vi.. Vi jangan berkelahi please!!! Aku aku masih syok dengan penculikan ku. Bisa kah kamu tenang.... " Kata ku menggunakan cara agar meredam amarah nya. Dan berhasil tangan Vianvaro terlepas, bahkan Arland sampai mundur kebelakang. Aku memegang lagi tangan nya. Agar ia tau aku ketakutan. Kulihat sorot tajam penuh kemarahan itu dengan memohon.

" Hah... Aku yakin yang menculik mu pasti musuh nya dia!! Dia ini pria yang membawa celaka Fayza!! " Ucap Arland lagi malah membuat ku syok. Blum juga berhasil meredam amarah Vianvaro sudah di sulut lagi.

" Arland! Stop!! !! "

Arland menarik nafas berat bahkan kulihat matanya tak kalah marah menantang kearah Vianvaro dengan sengaja, aku terus menekan pergelangan tangn Vianvaro yang hendak menjangkau Alrland lagi.

" Kamu tidak berhak mengatakan itu pada Vian. Dia suami ku ! Dan lagi aku sudah menerima konsekuensi apapun! " Ucap ku pada Arland dengan tegas.

Arland menggeleng seolah tidak mau menerima perkataan ku " Dia bahkan membiarkan mu celaka!!"

" Siapa yang membiarkan nya celaka! " Teriak Vianvaro disana membuat telinga ku mendengung. Tangan nya bahkan sangat kuat ingin melepaskan tangan ku.

" Kalian kumohon jangan bikin keributan disini" Pinta ku mendorong mereka ke sisi masing masing.

" Jangan menyentuh nya Fay" Pekik Vian menarik tangan ku. Aku segera mengangkat tangan agar netral

" Fine!! Begini.. Saja.. Arland sebaiknya kamu keluar. Terimakasih sudah menolong kami. Dan Vianvaro bisa kontrol emosi kamu. Ada anak kita dalam perut ku. Kamu tidak ingin dia kaget dengar kamu teriak??? "

" Dia yang memulai nya Fay! Masih untung dia tidak aku tembak kepala nya"

Mendengar itu aku meremang. Ini memang bahaya. Aku harus memisahkan mereka.

" Hah.. Tembak. Bagus lah. Gue mati. Loe di penjara. Pilihan yang tepat" Sahut Arland sungguh membuat ku ingin sekali memarahinya juga, tapi fokus ku adalah Vianvaro dan benar saja ia mengambil sesuatu dari baju belakang nya. Kembali aku melihat pistol itu lagi. Kali ini sudah di arahkan kepala Arland.

"