Chereads / One Night with a pervert Cousin / Chapter 67 - Enam Puluh Tujuh

Chapter 67 - Enam Puluh Tujuh

Sementara itu.

Arland bangun dengan kepala sangat pening. Dan masih mendengung.

Ia meraba raba ponsel nya dan menemukan benda itu di bawah bantal hotel saat ini ia tempati.

Jam disana sudah menunjukan pukul 12 siang.

" Apa tadi aku mimpi" Ia bangun dengan perlahan. Mengingat singkat kalau tadi ada telepon dari Fayza.

" Tidak mungkin dia menghubungi ku" Katanya lagi lalu ngecek panggilan masuk. dan disana ada nama Fayza.

Sesaat nyawa nya terkumpul sempurna.

" Jadi dia beneran menelepon ku. What! Apa yang kami bicarakan?? "

Yang ia ingat hanya perkataan yang tidak jelas. " Aku lupa? Shit!! Uuugh pusing sekali.. "

Dengan oleng pria itu segera beranjak dari sana untuk membersihkan diri.

Sesaat ia menatap dirinya di cermin. Wajah tampan yang dulu ia banggakan serasa hanya case hampa. Banyak sekali perubahan yang ia dapatkan karena kehilangam Fayza. Walau hati kecil nya masih belum mengikhlaskan wanita itu.

Cukup sulit melupakan seseorang yang sudah lama bersama dan lagi ia sadar ini bukan kesalahan Fayza  tapi dia pria B*j*ngan yang sudah menyia-nyikan nya. Berkhianat seenak jidat. Giliran ditinggal. Sakit nya luar biasa.

Bahkan ia juga masih sakit hati dengan perlakukan Anthony, Ayah kandung nya. Yang ingin mengambil keuntungan dari nya meminta nya mendekati Fayza. Bukan karena peduli dengan nya tapi untuk keuntungan pribadi

Saat waktu itu ia menemui pria sombong itu. Ia malah dilempar diwajah dengan berkas yang isinya pemecatan untuk nya. Bahkan ia juga di larang menduduki perusahaan di Bandung hanya karena berani menyelidiki nya. Sekarang ia hanya lah seorang pria pengangguran yang tak lagi menjadi CEO perusahaan besar maupun perusahaan sisa milik  Anthony lainnya. Dan memang Anthony tak layak ia pandang sebagai seorang Ayah! Bahkan sampai saat ini ia tak pernah di hargai.  Jadi ia sama sekali tak merasa sedih diperlakukan seperti itu. Toh ia sudah menguasai pengalaman kerja. Bahkan banyak kolega yang tentu bisa ia bina kembali. Ibu angkatnya Rose juga masih memiliki perusahaan kecil. Ia masih bisa mengembangkan nya meski dari nol. Sisa nya untuk Anthony adalah kemarahan juga ingin tau rahasia dibalik pria itu ingin mengincar Varo.

Nasib memang tak berpihak padanya. Bahkan ia juga sengaja membiarkan diri datang ke Bali untuk menyaksikan sendiri pernikahan Fayza di sana bersama pria lain agar otak nya tetap waras.

Selesai mandi dan mengganti pakaian. Jadwal nya pesawat nya hari ini jam 2 siang. 1 jam lagi ia akan langsung menuju bandara. Tapi pria ini penasaran dengan percakapan nya saat Fayza menghubungi. Ada rasa geer yang muncul. Dengan sedikit rasa percaya diri ia menghubungi Nomor Fayza.

Tapi ada notifikasi masuk dan ia malah langsung kebuka pesan itu. Ada video kiriman dari orang tak dikenal.

Video itu memperlihatkan bagaimana si penyorot kamera sedang menyoroti seorang wanita yang tertidur di kursi santai. Arland pikir itu kiriman iseng dari teman nya  semacam video porno. Hampir saja ia menekan Pause saat layar disana memperlihatkan wajah Fayza yang tertidur.

" Fayza??? "

Di rekaman itu lalu terhenti. Bersambung dengan saat sebuah perahu yang memperlihatkan Fayza berada diatas nya. Masih tertidur. Si perekam menggunakan kapal lainnya yang tampak lebih besar dan si penyorot seolah berada di atas kapal itu. Ada tali yang yang sengaja di perlihatkan perekam lalu sebuah gunting di tangan lain.

Gunting itu lalu memotong tali yang dipegang siperekam hingga terputus. Disana oleh ombak yang dibuat dari kapal pelaku membuat perahu yang membawa Fayza terombang ambing dan menjauh dari perekam.

Ada tangan jempol yang di pamerkan sipelaku hingga video singkat itu berakhir.

Arland segera menghubungi nomor Fayza. Tapi tak kunjung di angkat.

Ia segera beranjak dari sana. Tujuan utama nya adalah hotel tempat Fayza menginap.

" Pak Arland? Ini Pak Arland?? Seru Elysa tidak percaya.

" Ya. Dimana Fayza? " Tanya Arland mencoba mencari keberuntungan. Ia melihat sekretaris Fayza tadi malam ada mehadiri resepsi Fayza. Dan berharap saja Fayza ada disana. Tepatnya video yang ia lihat adalah palsu.

" Ibu Fayza? Ibu ga ikut Diving pak. Dia ke group kapal selam. Ada apa pak? "

Arland merasa masih belum puas dengan keterangan Elysa. " Apa kamu yakin dia ada di sana?? "

" Gi gimana Pak. Maksud nya bagaimana Pak? " Tanya Elysa lagi.

" Katakan dimana dia. Kapal selam apa.!! "

" Eng.. Itu... " Elysa tampak berpikir. Membuat Arland semakin gusar.

" Pak paak maaf banged pak.. Mohon maaf banged ya pak. Saya takut kasih tau ke bapak. Nanti Pak Varo bisa marah.. Eng-

Arland langsung mematikan telepon dari Elysa. " Sialan!! " Teriak nya kesal.

Ia kembali menghubungi nomor Fayza.

" Ayolah angkay Fay.. Angkat.....

Tek.

Merasa di angkat Arland sangat lega.

" Fayza. Kamu baik baik saja??" Tanya nya sambil memelankn kemudinya.

"sorry sir, i found this phone on the beach" Jawab seorang pria asing.

" Apa! Dimana kamu- ahh..

let me know where you are?? "

Arland segera berbelok dengan cepat. Dan mencari lokasi pantai yang tadi dikasih tahu penerima telepon itu.

*

*

Gavin bingung melihat alat alat didepan nya. Begitu banyak dan semua hampir sama. Ia hanya pernah jadi pilot-pilotan 10 tahun yang lalu. Dan semua alat yang ia pakai beda dengan yang ada di depan nya ini. Otak nya seolah di peras habis dengan sistem coba coba sekarang ini.

" Aku aja aku aja... " Kata Hans yang sambil mengasuh si pilot yang sudah meninggal. Ia mengajukan diri dengan yakin melihat wajah serius Gavin tapi tangan nya terlihat bingung mengoperasikan alat didepan nya.

" Apa apaan lu.. Gua ga percaya sama lu.. ! " Sergah Tasya nyolot. " Lu yang bawa langsung ke alam baka...tau ga. Mending Gavin. Dia masih bisa di percaya! Kalau apa apa dia masih punya banyak harta buat di tuntut. Kalo elo??

Gavin tidak mengubris ia fokus dengan alat disana.  Sedangkan  Hans hanya bisa mengurut dada di lecehkan terang-terangan seperti itu.

" Kalian sambil pakai baju pelampung dan oksigen!!! " Teriak Gavin disana membuat Tasya dan Hans gelabakan mencari benda itu. Apalagi jenazah sang pilot cukup membuat tempat duduk itu semakin sempit dan susah diatur.

" Apa kita akan nyeplung?? "

" Siap siap aja!!! Aku akan mencoba membuat heli berada di atas! Kalian juga segera cari bantuan!!! "

" Siap laksanakan!! "

Helikopter itu terus oleng kesana kemari, naik turun dan itu membuat penghuni nya seperti sedang berada di atas wahana Tornado di Dufan. Terombang ambing di udara tanpa kepastian. Seolah di Php malaikat maut.

Kepala Tasya semakin pusing. Perut nya serasa di obok obok. Ia bersandar di peyangga mencoba mengendalikan pusing nya. Itu Helikopter berada 10 kaki dari laut lepas yang tak berujung. Banyak kapal kapal di bawah sana. Kalau Heli ini jatuh mungkin saja langsung nyeplung ke dalam air. Takut nya akan menabrak salah satu kapal dan meledak. Atau malah meledak duluan sebelum nyemplung. Semua nya serasa mengerikan. Tasya berharap semoga Gavin bisa mengendalikan heli itu sampai kedaratan. Tapi entah kenapa matanya menangkap satu titik aneh. Benda kecil di atas laut yang seperti ada orang di atas nya.  Bergerak gerak melambaikan tangan. Ia pun segera mengarahkan teropong kemata nya. Mendekati jarak bidikan. Tapi karena itu Heli meliuk liuk membuat nya kesusahan fokus pada titik itu. Belum lagi adukan perut yang minta di keluarkan.

" Muter Kek muter" Teriak Tasya sambil berpegangan dan juga memfokuskan teropong di matanya.

" Muter jangan kemana mana..." Instruksi nya lagi.

Gavin yang hanya bisa mengendalikan kemudi dan tau sedikit fungsi alat alat disana berupaya mempertahan kan posisi nya. Walau bahan bakar juga terus terbuang.

Tasya bisa kembali menemukan titik yang ia curigai.

" Turun lagi kek. Dikiiiiit"

Gavin menekan kemudi. Pesawat kecil itu langsung menukik membuat isi nya menjorok dengan cepat bahkan Hans harus semakin kuat memeluk jenazah pilot. Dalam hati pria itu semakin apes. Jomblo akut nya sampai harus memeluk mayat ketimbang seorang perempuan sebelum menjadi almarhum.

" Good! Oke.. Kak Fayza di temukan" Kata Tasya terasa sangat bersuka cita melihat hasil penemuan nya di tengah laut itu. Ia yakin wanita di dalam perahu kecil itu Iparnya selain baju yang sama. Perempuan disana juga terus melambaikan tangan nya meminta pertolongan.

" Ke ketemu... Ga ngadi-ngadi kan?? " Pekik Hans langsung terkumpul semangat hidup nya lagi.

" Yaaa. Gua yakin itu kakak Fayza" Kata Tasya lagi.

" Alhamdulillah... "

Gavin memikirkan perbandingan terbang menjauh dengan kondisi bahan bakar yang nenipis. Belum lagi daratan yang jarak nya tidak bisa ia prediksi kan akan sampai atau tidak.

Ia segera turun perlahan untuk memastikan lagi apakah itu Fayza atau bukan. Tapi angin dari baling-baling helikopter malah membuat perahu yang membawa Fayza terombang ambing dan bisa saja membuat perahu itu terbalik dengan keadaan Fayza yang tanpa pelampung atau apapun. Alhasil Gavin hanya berani berada 100 meter dari keberadan Fayza.

" Siap siap terjun...?? Pakai oksigen dan rompi pelampung." Seru Gavin memberi komando.

" What?? Terjun juga??? " Pekik Tasya syok. Rasa bahagia nya harus tersapu ombak secepat badai.

" Bahan bakar menipis. Waktu nya hanya 5 menit dari sekarang" Teriak Gavin kembali membuat Tasya pucat pasi. Di bawah sana laut lepas yang tidak tau berapa kedalaman nya. Dan juga apakah ada yang bisa menjamin mereka akan muncul di permukaan lagi.

" Aku akan menurunkan kalian ke bawah dekat perahu itu. Segera pakaikan keamanan untuk Fayza. Kalau Heli ini jatuh pasti ombak nya menenggelamkan perahu itu"

Hans dan Tasya bengong masih dengan keterpanaan mereka.

" Go... " Hardik Gavin melihat kebelakang yang masih bengong.

" Aah iya baik..

Hans dengan cepat segera memasangkan rompi pelampung ke mayat sang pilot. Lalu membuka pintu dan itu membuat keseimbangan Helikopter semakin tak terkendali.

" Princess... Anda dipersilahkan" Kata Hans dengan wajah sangat serius.

" Ga gaaa. Elo aja... Baru gua nyusul.. " Tolak Tasya mentah mentah. Matanya sudah semakin merah. Ia sangat takut dengan kenyataan sekarang. Terjun ke air laut tak seindah berselancar dari waterboom apalagi berselancar didunia maya pikir nya. Belum lagi ada hewan air baby shark do do di sekitar itu. Bahkan otak nya masih sempat membayangkan di sana akan bertemu dengan Flying Ducthman, hantu bajak laut serial sponge bob. Panik, takut dan syok berbaur jadi satu membuat otak ny ikut aneh.

" Aku akan turun kan Pak Danuar. Kemudian aku" Kata Hans dengan cepat mengangkat tubuh tak bernyawa sang pilot ke ambang pintu itu.

Tasya hanya mengangguk singkat. Lalu ia melihat sendiri bagaimana sang pilot itu di dorong keluar. Sedetik saja tapi itu membuat nya bergidik ngeri. Saat tubuh itu sudah lenyap didepan mata.

" Mas Gavin.. Titip tuan puteri ya. Saya tunggu kalian di bawah" Kata Hans dengan suara lirih. Ujung matanya berair. Dan bibir itu tersenyum dengan gaya pasrah. Ia juga merasa nyawanya sedang diujung tanduk. Memperdalam sorotan nya pada Tasya dan Gavin. serasa dua manusia itu manusia terakhir yang akan ia lihat.

Gavin mengacungkan jempol memberikan dukungan sementara Tasya sendiri melihat Hans dengan wajah kaku merasakan bagaimana wajah pasrah Hans yang ikut menjangkit kearahnya.

Hans memejamkan mata pelan lalu menerjunkan diri nya kebawah sana.

Sedetik

Dua detik

Tasya baru bisa meneguk saliva. Di kaca Gavin melihat keraguan wanita itu.

" Jangan takut. Pastikan rompi pelampung terikat kuat. Hans juga sudah telepon bantuan juga"

Tasya mengangguk ragu.

" Hans sudah di permukaan. Dia akan membantu mu disana"

" Iya tapi... Ga ada baby shark do do kaaaan juga Flying ducthman?? " Tangis Tasya pecah. Walau dari tadi ia sudah menahan. Akhirnya pecah juga. Masa bodo dengan gengsi. Ia pikir ini sudah tentang nyawa nya.

Mendengar itu Gavin ingin sekali tertawa. " Ya kita nanti dinner sama sponge bob! " Kekeh nya.

Tasya semakin menangis kencang

" Kita lompat sama sama" Kata Gavin memutuskan, ia lalu mencari sesuatu sebagai tuas untuk menjaga keseimbangan kemudi Heli.

" Serius??

" Yaaa. Cepat siap-siap waktu kita sedikit!!! Setelah Hans memasangkan rompi dan oksigen siap siap kita melompat!!

Tasya semakin lemas kaki nya. Ia mendekat kearah pintu. Matanya menengok ke bawah sana yang hanya berupa buih buih putih dan sisa nya biru laut yang dalam Walau ada sosok Hans di bawah sana yang mengapung, tetap saja nyali nya menciut.

" Bismilah.. Ya Allah lindungi kami... " Doa nya komat kamit dan bibir bergetar hebat.

" Siap! Hitungan ke tiga!! " Teriak Gavin disana.

" Apa ga ada terjun payung??? "

" Ini laut Tasya..

Tasya menggigit bibir bawah nya lalu mengacungkan jempol dengan berat, Kode ia siap. Sedangkan Gavin di sebelah sana juga sudah menahan kemudi agar berada di atas.

Kemudian ia membungkuk melihat kebawah sana yang tampak siap menyambutnya.

Ia memastikan lagi tuas yang ia jejal disana. Hanya sebuah tongkat rapuh. Terlihat tongkat itu membengkok dengan cepat.

Shit!!!!

" TIGA! "

"What  mana satu dua nya??? "

Tasya yang kaget serasa jantung nya melompat jauh.  Ia pun pasrah lalu menutup mata dan menggugurkan diri kebawah sana. Disusul Gavin yang juga segera menjatuhkan diri. Adrenalin Tasya benar benar di adu saat ini. Tubuh nya seperti jatuh dari jurang yang sangat tinggi.

Byuuuurrrrrrr

Tasya dan Gavin gugur ke bawah air bertepatan itu tuas Heli itu patah lalu oleng dengan cepat menukik kebawah.

Tasya sangat bersyukur bisa mengapung sempurna di atas air di jarak lain ia juga melihat keberadaan Gavin tak jauh.

" Kakeeeeek" Teriak nya dengan suara parau.

Gavin menoleh kebelakang dan dengan cepat segera mengarah pada Tasya. Melihat itu Tasya seperti melihat sosok penyelamat yang membuat hati nya seperti terbakar hebat.

" Its oke" Tanya nya Gavin sudah di depan Tasya

Tasya menyembik lalu tanpa pikir panjang ia langsung memeluk pria itu. Tapi detik berikutnya suara hantaman air terdengar itu dari Helikopter yang jatuh, membuat ombak besar yang membuat kedua nya langsung berselancar tinggi dan terombang ambing dalam ketinggian air yang sangat besar dan dihitungan detik berikut nya ada deguman dari dalam laut seperti ledakan yang dahsyat. Gelombang lain juga membuat ombak besar yang tidak kalah tinggi.

Ombak besar yang timbul juga berimbas kearah Fayza yang hanya duduk sambil berpegangan kedua sisi perahu kecil itu. Badan nya sudah lemas karena sengatan matahari yang sangat terik belum lagi tidak air yang bisa di teguk.

Dengan kuat ia berpegangan berharap perahu itu tidak terbalik. Tapi ia sudah mengenakan rompi pelampung yang di berikan Hans. Juga oksigen yang sedikit membantunya bisa lebih baik. Terapung apung di atas laut yang tak berujung membuat Fayza sempat hilang semangat hidup. Sebisa mungkin ia bertahan agar tetap sadar. Ia yakin bantuan akan datang. Dan benar saja kemunculan sebuah Helikopter membuat nya benar benar senang walau Helikopter itu terlihat janggal berayun ayun di udara. Tapi setelah melihat wajah Hans rasanya ia ingin menangis lagi.

" Pegangan yang kuat nyonya!!" Kata Hans di bawah perahu. Hans sebenarnya ingin meminta Fayza turun dari perahu tapi di atas sana Tasya dan Gavin sudah melompat duluan. Mau tidak mau ia hanya bisa menjaga Fayza dari dalam air.

Dan benar saja jatuh nya Helikopter itu membuat ombak yang besar dan gelungan ombak lain dari dalam laut yang meledak juga menambah gelombang berlawanan lainnya. Akibatnya. Hans maupun Fayza terangkat hingga air itu membolak balik mereka dalam gelungan ombak Perahu itu segera membalikan Fayza dan hal tak terduga juga terjadi. Perahu yang jatuh seperti busur panah yang melesat terbang dari atas.

Fayza yang terapung dengan bantuan rompi yang ia pakai merasa ada bayangan gelap diatas sana. Saat melihat perahu itu berada tepat di atas nya. Ia segera menenggelamkan kepala sebisa mungkin. Walau sedikit berhasil tapi perahu kayu itu tetap jatuh dengan masuk kedalam dan sisi nya juga membentur kepala nya. Sesaat Fayza langsung hilang kesadaran.

Ombak mereda dengan perlahan. Di atas laut itu ada 4 titik berbeda yang terapung.

Tasya sekarang menangis memeluk Fayza disana. Apalagi melihat kepala Fayza yang berdarah, pikiran Tasya semakin kalut ia takut darah bisa membuat hewan air baby shark do do akan muncul.

" Kapan bantuan datang?? " Rengek nya sangat ketakutan.

" Sebentar lagi. Kalian dengar itu??? " Kata Gavin mengomando

Semua nya menajamkan pendengaran dan benar saja ada suara mesin skyboat yang mendekat.

" Disini.. Disini" Teriak Hans melambaikan tangan saat melihat kapal bermesin cepat itu terlihat mendekat.

Tasya dan Gavin juga sangat merasa lega melihat kapal itu menuju ke arah mereka.

" Itu Arland" Seru Tasya mengenali pria di atas skyboat itu.