Chereads / Galih Hargana dan gadis kecil berambut perak / Chapter 3 - Bab 03 : Penyerangan dan teman baru!

Chapter 3 - Bab 03 : Penyerangan dan teman baru!

Ledakan besar itu terjadi dalam sekejap. Membuat semua barang berterbangan dan melayang ke segala arah. Hancur berantakan dan berubah menjadi beberapa potongan. Kobaran api menjalar ke seluruh tempat, bersamaan dengan asap hitam yang membumbung tinggi. Beruntung Galih sempat membawa Ariela ke dalam kamarnya. Jika tidak, Gadis kecil itu akan terkena beberapa potong kayu dan pecahan kaca yang berterbangan.

Asap hitam yang mengelilingi rumah Galih perlahan memudar dan dari dalam asap itu, terlihat siluet dua orang lelaki. Pada awalnya Galih tidak bisa melihat jelas siapa mereka. Barulah ketika asap telah pergi, Galih dapat melihat dengan jelas wajah dari pelaku yang telah meledakkan apartemennya ini.

Yang pertama adalah seorang lelaki berumur 25 tahunan. Tinggi, berkumis, dan mengenakan kacamata berlensa bulat. Rambutnya hitam disisir rapih kebelakang. Dari leher sampai mata sebelah kirinya, terdapat tato dengan simbol aneh yang tak dapat dijelaskan. Dia mengenakan setelan berwarna serba hitam dan sepatu berwarna sama. Di genggaman tangannya, terdapat sebuah tongkat hitam dengan pegangan berwarna agak keemasan.

Sementara lelaki kedua nampak agak tua, seperti bapak-bapak berumur 50 tahunan. Dia tidak mengenakan pakaian atas sehingga menampakkan tubuhnya yang besar berotot dengan tato aneh yang terdapat hampir di sekujur tubuhnya. Matanya berwarna cokelat dengan satu mata yang sudah tidak berfungsi lagi. Kepalanya botak plontos ditutupi oleh topi fedora berwarna hitam. Untuk celana dia juga mengenakan model yang sama dengan si lelaki pertama. Dia tidak mengenakan sepasang sepatu. Hanya sandal yang terlihat murahan layaknya yang dijual-jual di pasar. Dibelakang punggungnya terdapat sebuah senjata yang tertutup kain putih. Jika dilihat dari bentuknya, Galih bisa menduga bahwa benda itu adalah kapak.

Galih menatap Ariela yang memeluknya erat. Dia terlihat ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat. Sepertinya kedua orang itu adalah salah satu anggota dari "mereka" yang disebutkan Ariela. Dengan perlahan, tangan Galih menyentuh kepala gadis itu dan membelainya lembut.

"Kau tenang saja. Aku akan mengusir penyusup itu. Kau tunggu di sini ya." Kata Galih lembut.

Ariela mengangkat kepalanya dan menatap senyuman lembut Galih. Entah kenapa senyuman itu seperti memberinya ketenangan. Tubuhnya seketika berhenti bergetar. Ketakutan seakan menghilang begitu saja dari dirinya. Ariela lalu mengangguk pelan tanda mengiyakan.

Melihat anggukan kepala Ariela Galih lalu keluar dari kamarnya untuk berhadapan langsung dengan kedua penyusup tersebut. "Siapa kalian?!!" Katanya.

Tapi kedua penyusup itu tak menjawab. Penyusup yang pertama hanya menatap tajam dan malah mengarahkan tongkatnya pada Galih. Lalu tanpa di duga, dari bagian bawah tongkat yang mengarah langsung ke arah Galih, sebuah lingkaran sihir keunguan terbentuk dan dari sana keluarlah sebuah bola energi putih sebesar bola basket. Tanpa peringatan atau apapun bola itu langsung melesat bagai roket yang seketika menghujam Galih dan menimbulkan ledakan yang lebih besar lagi. Tidak dapat dipungkiri apartemennya hancur dalam sekejap mata. Membuat tempat itu menjadi tak beratap.

"Kau selalu saja langsung ke intinya. Setidaknya biarkan dia mengetahui siapa kita." Ujar penyusup berbadan besar.

"Aku benci basa basi. Sudah cepat bawa gadis itu dan segera kembali." Kata penyusup tinggi itu.

"Aku mengerti. Padahal aku ingin bersenang-senang terlebih dahulu." Kata penyusup berbadan besar itu kecewa. Dia lalu melangkah menuju tempat dimana Ariela bersembunyi, yaitu kamar Galih. Setelah menyingkirkan puing-puing yang berserakan dengan tangan kosong, Penyusup itu langsung menghancurkan pintu kamar Galih yang entah bagaimana masih tertutup rapat. Tentunya masih dengan tangan kosong. Dia memukul pintu itu kuat dan pintu pun hancur berantakan, bersamaan dengan tembok ruangan tersebut. Menciptakan sebuah lubang besar yang memperlihatkan seorang gadis kecil yang tengah terbaring tidak berdaya di lantai. Sepertinya Ariela yang tak tahu serangan itu datang harus mau terkena olehnya sehingga dia terpental dan menyebabkan dirinya pingsan.

"Oops, sepertinya aku berlebihan." Ujar penyusup berbadan besar itu. "Tetapi memang itulah intinya. Baiklah, waktunya untuk memusnahkan ancaman." Tangan kanannya menjulur berusaha menggapai badan kecil Ariela. Namun saat tangannya hampir menyentuh tubuh gadis kecil itu, satu tangan lagi muncul entah dari mana dan menangkap lengan penyusup itu erat.

"AAAAAHHH!!!" Penyusup berbadan besar itu mendadak berteriak keras kesakitan. Bukan tanpa alasan dia berteriak seperti itu. Ini lantaran tangan yang menangkap lengannya tersebut diselimuti oleh hawa api yang membara. Hawa yang sangat panas membuat tangan itu sampai memancarkan warna oranye kemerahan terang. Bahkan itu sampai membuat beberapa benda seperti plastik, kayu, dan perabotan lain yang mudah terbakar ikut terbakar karena saking panasnya.

Si penyusup gelagapan. Di tengah rasa sakit yang menyerangnya, dia berusaha melepaskan genggaman tangan itu. Namun semua percuma karena genggamannya sangat kuat. Si penyusup lalu tidak kehabisan akal. Dengan tangan kiri, dia mengambil senjata yang terikat di belakang punggungnya. Segera setelah mendapatkan senjatanya, dia menebas dengan kecepatan luar biasa hingga menciptakan hembusan angin yang cukup kuat. Memotong tangan itu sehingga dia bisa lepas darinya. Si penyusup mundur beberapa langkah kebelakang untuk menghindari kalau-kalau ada serangan lanjutan.

Tapi entah kenapa ada yang terasa janggal. Rasa panas membara yang dia rasakan pada lengan kanannya itu sama sekali tidak menghilang. Awalnya dia menduga jika itu hanyalah efek luka bakar. Namun walau dia sempat meminum botol ramuan penyembuh, efek panas dari luka bakar itu tidak kunjung hilang. Padahal dia yakin jika botol ramuan yang dibawanya merupakan ramuan kelas tinggi. Tidak mungkin luka bakar seperti ini tidak bisa disembuhkan.

Matanya lalu melirik lengan kanannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Betapa terkejutnya dia ketika melihat potongan tangan yang sama, masih menggenggam lengannya erat layaknya sengat pada lebah. Pantas saja dia masih merasakan rasa panas itu.

"Sudah menghancurkan rumah orang sembarangan, sekarang kalian mau menculik anak-anak? apa kalian tidak malu pada umur kalian." Galih bertanya mengejek. Dia berjalan keluar dari dalam asap dan debu yang mengepul.

Sementara Galih keluar dengan dramatis, kedua penyusup itu hanya terdiam terkejut di tempat mereka berdiri. Terlebih lagi si penyusup berbadan tinggi. Dia yang kelihatannya begitu terkejut. Pasalnya, bola energi yang tadi sempat dia keluarkan merupakan sihir tingkat tinggi. Begitu terkena serangan itu secara langsung, orang yang menjadi targetnya sudah dipastikan tidak akan selamat. Jikapun selamat, si korban akan mengalami kecacatan permanen pada tubuhnya.

Tapi semua itu tidak berlaku pada Galih. Lelaki itu masih baik-baik saja. Malah dia tampil dengan penampilan baru. Sebut saja Api oranye kemerah-merahan yang menyelimuti seluruh tubuhnya sehingga menciptakan bunga-bunga api kecil. Di bahunya, api-api perlahan berjalan membentuk sosok seekor burung. Mirip dengan burung merak, tapi dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Seukuran burung hantu jika ingin dideskripsikan.

"Kenapa diam? kalian cukup percaya diri saat pertama kali memasuki rumah ini." Kata Galih mengejek mereka. "Oh ya dan satu lagi."

Potongan tangan Galih yang masih menggenggam erat lengan si penyusup berbadan besar itu tiba-tiba bergerak dan mengangkat tubuh berototnya ke atas. Dalam satu ayunan ke samping, tangan Galih melempar orang itu cepat hingga si penyusup berbadan besar itu terbang sampai menabrak dinding. Meninggalkan sebuah lubang besar yang menganga lebar.

"Kembalikan tanganku." Ucap Galih dingin. Potongan tangan kanan itu perlahan mundur dan mundur ke arah Galih. Lalu kembali terpasang di tempatnya berada seakan tangannya tidak pernah terpotong sama sekali.

Rekannya, si penyusup berbadan tinggi, masih terdiam di tempatnya dan hanya melihat. Bahkan ketika rekannya terlempar dan melayang menabrak beberapa dinding. Dia kemudian menatap tajam ke arah Galih. Sedetik setelahnya, sebuah seringai menyeramkan terlukis di bawah kumisnya yang lebat. Dia lalu tertawa dengan sangat keras seakan ada hal lucu yang telah terjadi.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Galih.

"Maafkan aku, hanya saja ini menarik. Tidak ada yang pernah melempar Bernard seperti itu sebelumnya. Kau menarik perhatianku Tuan...."

"Kau berharap aku akan memberitahukan namaku? Penyihir seperti kalian pasti mengerti, kan?"

"Ah, aku paham. Peraturan ketika menghadapi Penyihir. Jangan pernah menyebutkan nama aslimu jika tidak ingin mendapat kutukan atau semacamnya bla bla bla. Yah, aku tahu itu." Si penyusup itu maju selangkah dan membungkukkan badannya. "Kalau begitu perkenalkan, namaku Videllecci Casare. Kau bisa memanggilku Videl."

"Ku tebak itu bukan nama aslimu." Ucap Galih.

"Pfft... Tuan bercanda? tentu saja bukan! Kami para Penyihir juga mengikuti aturan itu, kau tahu."

"....."

"Bagaimana kalau kita hentikan basa basinya? ada sesuatu yang aku inginkan darimu, Tuan. Dan sesuatu itu sepertinya ada di belakang sana."

"Kalau aku menolak, apa yang kau lakukan?"

"Tenanglah Tuan, jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Sepertinya Tuan ini tidak mengerti situasi yang sedang terjadi disini. Jadi biarkan aku menjelaskannya padamu. Gadis yang sedang kau lindungi itu adalah ancaman terbesar bagi ras kami."

Galih sedikit tersentak. Ternyata kedua orang itu bukanlah "mereka" seperti yang dikatakan Ariela. Jika tidak mana mungkin pria itu akan memanggil Ariela sebagai ancaman. Galih tidak menduga jika ras Penyihir sudah mengetahui tentang gadis itu. Ini lebih cepat dari yang dia kira.

"Jika keberadaannya diketahui oleh masyarakat kami, maka keributan besar akan kembali menyelimuti dunia ini. Untuk mencegah hal tersebut, kami ditugaskan untuk mencarinya dan memusnahkannya di tempat jika diperlukan. Jadi kami harap Tuan mengerti. Sekarang setelah mengetahui hal itu, apa kau bersedia menyerahkan gadis itu pada kami?"

BUAK!

Tiba-tiba tanpa penyusup itu duga, sebuah jawaban berupa sepakan keras dari kaki Galih mendarat tepat di wajahnya yang tampan. Sepakan kaki lelaki itu sukses melemparkannya keluar apartemen. Bahkan hingga membawa pria itu menabrak sebuah gedung lain yang jaraknya berada cukup jauh dari apartemen Galih.

"Tidak terima kasih." Kata lelaki itu singkat.

Di sisi lain, orang-orang yang sedang asik dengan urusan mereka masing-masing terkejut lantaran mendengar suara dentuman yang begitu keras. Sontak saja mereka segera berlarian dan berteriak karena mengira teror bom kembali terjadi. Apalagi saat melihat sebuah gedung yang tiba-tiba saja hancur tanpa sebab. Padahal itu hanyalah Videl yang menabrak gedung karena sepakan Galih pada wajahnya.

Videl hanya bisa terbaring sembari mengeram kesakitan di dalam gedung yang dia tabrak. Beruntung hanya kacamatanya saja yang hancur. Jika bukan karena mantra pelindung dan penyembuh itu, mungkin kepalanya juga ikut hancur menjadi butiran-butiran kecil. Pria itu lalu bangun dan menepuk-nepuk setelan jasnya serta celana hitamnya dari debu. Dia menyisir rambutnya kebelakang dengan tangan dan membenarkan posisi dasinya. Videl kemudian melihat jam pada tangannya dan seketika mendesah pelan.

"Dasar remaja. Aku berharap dia mau bekerja sama, tapi sepertinya tidak ada jalan lain. Ini akan memakan waktu lama." Tangan kanannya lalu memegangi wajahnya yang masih terasa sedikit nyeri. "Itu tadi lumayan. Aku rasa aku harus memberinya pelajaran setimpal." Dan seketika dia langsung menghilang menggunakan teleportasi.

Galih masih terdiam berdiri menatap gedung yang ditabrak oleh Videl. Pandangannya lalu beralih ke arah lubang di dinding bekas tabrakan penyusup bernama Bernard itu, kemudian beralih lagi menatap Ariela yang masih terbaring di kamarnya. Perlahan dia mendekati gadis itu dan jongkok di hadapannya. Galih mencoba untuk menggendong Ariela dan bermaksud untuk membawanya ke tempat aman. Tetapi instingnya mendadak bergetar seakan memberitahu sesuatu jika ada bahaya yang akan mendekat. Benar saja, saat Galih akan menoleh kebelakang, Bernard sudah ada di sana dengan kapak besar yang diangkat tinggi-tinggi olehnya.

"Mati kau Peculiar sialan!" Serunya.

Bernard mengayunkan kapak besarnya itu cepat. Hanya beberapa inchi lagi mata kapak bertemu dengan leher Galih, tetapi burung api yang berada di pundak lelaki itu memekik keras menciptakan gelombang kejut yang besar lagi kuat. Bernard terhempas seketika oleh pekikkan sang burung. Mengiriminya keluar apartemen dan jatuh bebas dari lantai 10. Bunyi dentuman kuat terdengar dari bawah menandakan sang Penyihir telah mendarat di tanah dengan buruk. Tapi selamat atau tidaknya itu tergantung pada Bernard sendiri.

Galih tidak membuang kesempatan ini. Dia segera membopong tubuh Ariela dan segera keluar dari apartemennya. Tujuannya adalah temannya yang dia rasa tengah menunggu Galih di tempat yang dijanjikan. Galih percaya pada temannya itu. Dia orang yang bisa diandalkan, dan Galih rasa mungkin dia bisa menyelesaikan masalahnya ini. Akan tetapi baru dia selangkah keluar dari apartemennya, Videl seketika muncul dan menghadangnya. Dalam posisi melayang di udara, dia mulai mencoba untuk melakukan negosiasi kembali dengan Galih.

"Baiklah, Peculiar mari kita bicarakan ini. Serahkan dia dan kami akan melepaskanmu hidup-hidup. Kau akan kembali hidup normal seperti sebelumnya. Percayalah padaku Tuan, kau tidak akan mau berurusan dengan kami." Tutur Videl.

"Maaf saja tapi aku sudah berniat melindungi gadis ini. Dia hanya gadis polos yang tidak bersalah. Dia tidak sepantasnya menerima nasib buruk seperti ini. Jika kalian memang menginginkan perdamaian, maka incarlah orang yang ada dibalik ini semua. Aku juga menginginkan perdamaian sama seperti yang kalian inginkan, jadi aku akan membantu kalian mencari dalangnya. Urusan gadis ini biar aku yang ambil alih. Aku janji selama dia berada dalam pengawasanku, aku tidak akan membiarkan orang-orang itu memanfaatkan dirinya dan menimbulkan kekacauan. Terutama pada para Penyihir yang lain. Kalian bisa percaya kata-kataku." Tutur lelaki itu.

Videl terdiam. Dia menatap Galih lama lalu turun perlahan ke hadapan Galih. "Apa yang membuatmu yakin jika kami akan mendengarkanmu? kau hanyalah anak remaja labil yang tidak tahu apa-apa. Urusan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan yang kau kira."

"Aku tahu aku masih anak SMA labil yang sembarangan mengucap janji. Tapi aku juga tidak mau jika kehidupan normalku harus rusak hanya karena ada beberapa orang gila bodoh yang membuat kekacauan di sana sini. Tujuan kita sama dan jika kita bekerja sama, maka kedamaian itu bisa kita wujudkan."

"Kenapa kau sangat percaya diri dengan kata-katamu seakan kau bisa melakukan apapun? kau bahkan tidak tahu jika kami berbohong atau tidak. Apa kau tidak berpikir kami ini bisa saja dari New Light dan tengah membohongimu sekarang ini?" Kata Videl.

Galih tersenyum. "Aku mempunyai kemampuan untuk itu. Jadi kau tidak perlu khawatir." Ujarnya.

Videl kembali terdiam. Dia lalu mendarat dihadapan Galih dan memanggil temannya yang satu lagi. "Bernard, dia aman. Kita bisa mempercayainya."

****

Di dalam apartemen yang sudah direnovasi kembali, Galih menyuguhkan dua gelas teh untuk tamu barunya itu. Ariela masih tertidur di kamar Galih. Entah kenapa dia bisa tertidur seperti itu. Galih juga tidak paham. Tapi dengan begini, mungkin percakapan mereka bisa sedikit leluasa.

"Jadi, sebelumnya aku ingin meminta maaf pada kalian berdua. Terutama untuk anda, Pak Bernard." Kata Galih memulai obrolan.

"Itu tidak masalah bagiku. Aku sendiri cukup kagum padamu. Untuk seorang anak-anak, kau lumayan juga. Apalagi kau juga masih baik-baik saja saat kami meluapkan rasa kesal kami padamu beberapa saat lalu." Kata Bernard sembari mengambil gelas teh itu dan menyeruputnya.

"Itu benar Tuan Galih. Kalau aku boleh bertanya, Peculiar tipe apa kau? aku menduga jika kau ini tipe 5. Atau bisa saja kau tipe di atas angka 5. Pasalnya, tidak ada yang bisa menahan bola energi itu sebelumnya. Bahkan untuk mereka yang menyandang tipe 4." Tambah Videl.

Galih duduk di sofanya. "Tidak, aku tidak sekuat itu." Ucapnya. "Jadi bisa kita mulai pembicaraan kita. Pertama aku akan bertanya pada kalian. Siapa dan apa tujuan kalian."

"Baiklah pertama aku perkenalkan, kami berdua adalah Anggota dari organisasi internasional rahasia Penyihir. Tugas kami adalah memantau keadaan dan melaporkan jika ada sesuatu yang membuat umat kami terancam. Kami tersebar di segala penjuru dunia dan kurasa anda paham kenapa kami tidak bisa menyebutkan satu per satu."

"Oke, aku paham."

"Aku lanjutkan. Baru-baru ini kami mendapat laporan dari salah satu anggota kami jika ada semacam organisasi rahasia milik manusia yang bertujuan untuk memecah gencatan senjata antara Penyihir dan Manusia. Mereka menciptakan berbagai macam senjata Illegal salah satunya dalam bentuk manusia buatan atau biasa disebut Humanoid."

Galih menyeruput soda kaleng miliknya. "Bagaimana kau tahu laporan itu tidak dibuat-buat hanya untuk sekedar memprovokasi kedua belah pihak?"

"Anggota kami sangat terlatih. Laporan itu berdasarkan data valid yang diunggah melalui rekaman suara. Mereka membuat sekitar 10 humanoid dengan menggunakan tubuh anak-anak berusia 6 sampai 15 tahun. Dari kesepuluh anak yang diujicoba hanya satu yang dapat bertahan. Dan meski hanya satu, dikatakan jika kekuatannya setara dengan Penyihir tipe 4 atau 5." Jelas Videl.

"Kenapa anak-anak?" Tanya Galih.

"Anak-anak merupakan subjek eksperimen yang cocok karena pertumbuhan mereka masih dalam tahap perkembangan. Itu berarti masih ada waktu bagi mereka untuk beradaptasi dengan kekuatan yang diberikan. Namun kebanyakan para peneliti di sana menggunakan kekuatan dari artefak kuno berusia ribuan tahun. Artefak kuno menyimpan berbagai kekuatan dengan skala Tipe 3 sampai 4. Alhasil karena kekuatan yang diberikan tidak sebanding dengan porsi tubuh lemah mereka, banyak dari mereka yang tidak berhasil melalui eksperimen tersebut." Jawab Videl.

"Itu kejam. Menggunakan anak-anak tidak bersalah sebagai objek uji coba." Ujar Galih. "Lalu kenapa kalian tidak langsung menyerang organisasi itu? Kalian punya orang dalam jadi otomatis kalian pasti sudah tahu tempatnya dan---"

"Kami tidak tahu." Potong Bernard.

"Huh?"

"Tempat itu sangat rahasia. Bahkan saat kami menyeludpkan informan kami, prosedur keamanannya begitu ketat. Menurut informan kami, sebelum dia dibawa ke tempat tersebut, terlebih dahulu dia harus ditutupi kepalanya menggunakan kain hitam. Mereka bilang untuk mencegah kebocoran informasi tentang tempat itu. Dia juga tidak diperbolehkan keluar dari tempat itu untuk selamanya. Jika memaksa, maka prosedur yang diambil selanjutnya adalah pemusnahan." Jelas Bernard.

"Jadi begitu..., bagaimana caranya kalian berkomunikasi?"

"Kami menanamkan telepati padanya. Tingkat mananya sangat kecil sehingga tidak mudah untuk terdeteksi oleh Mana-Detector." Jawab Videl.

"Itulah kenapa kalian bisa tahu jika ada seorang anak yang berhasil kabur dari tempat itu." Kata Galih.

"Itu benar. Kami lalu melacaknya hingga sampai ke sini. Dan disinilah kita sekarang." Ujar Bernard.

"Lalu apa yang harus kita lakukan selanjutnya? kita tidak tahu tempat itu dan satu-satunya komunikasi yang kita punya adalah informan itu." Galih berkata.

"Ada satu hal lagi. Kita bisa menggunakan gadis itu. Dia bisa membuka jalan menuju organisasi mereka." Videl berpendapat.

"Itu tidak mungkin. Aku sudah pernah mencoba menggali informasi darinya. Mereka menanamkan sesuatu seperti mantra pelindung tipe 4 pada otaknya. Selain itu mantra itu juga bisa menjadi pemicu yang bisa menyebabkan otak Ariela meledak jika kita memaksakan untuk menghilangkan mantranya." Ujar Galih.

"Ini lebih sulit dari yang kita duga. Mungkin sebaiknya kita---"

"Tunggu sebentar!" Potong Videl tiba-tiba. "Ada panggilan masuk dari informan kita. Aku akan tampilkan di televisi supaya kalian bisa mendengar juga."

"Kau bisa melakukan itu?"

"Tentu saja. Sebagai seorang Penyihir, ini adalah hal mudah bagi kami." Videl menunjuk televisi yang ada di hadapannya itu dan secara mengejutkan percikan listrik statis muncul serta menjalar menuju televisi. Televisi itu kemudian mendadak hidup namun hanya menampilkan layar hijau tanpa ada hal apapun lainnya.

Tidak lama berselang, sebuah suara muncul. [ Apa kalian semua bisa mendengarku? ] Tanyanya.

Galih terlihat antusias saat mendengar suara itu. Dia tidak percaya jika Videl bisa mengirimkan suara yang ada di kepalanya dan mempresentasikan suara tersebut pada media barang elektronik seperti televisi. Namun sepertinya hal yang dirasakan Galih tidak terjadi pada kedua Penyihir itu. Reaksi mereka sangat berbeda dengan Galih. Dia saat Galih sangat kagum akan sihir yang dilakukan Videl, mereka berdua malah seperti kebingungan dengan wajah yang agak terkejut. Seharusnya mereka sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Galih lalu bermaksud untuk menanyakan alasan kenapa mereka membuat reaksi seperti itu sampai dia mengurungkan niatnya ketika Videl mulai mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan.

"Siapa kau? kau bukan dia." Katanya.

"Hei Videl, apa maksudmu?" tanya Galih bingung.

"Dia bukan orang kami. Suaranya berbeda." Bernard menjawab.

Galih kembali menatap televisi dalam diam. Lalu tidak lama kemudian suara itu kembali berbicara.

[ Ternyata kalian jeli juga ya. Daripada terus berbasa-basi aku akan langsung ke intinya. Kalian punya sesuatu yang menjadi milikku dan aku menginginkannya kembali. Aku tidak ingin ada penolakan atau apapun yang diluar konsep. Lebih baik kalian menurut dan serahkan anak itu padaku atau sesuatu yang mengerikan akan datang kepada kalian. ] Ancam suara misterius itu.

"Dimana Finto?" Videl bertanya.

[ Jadi dia bernama Finto? dia cukup menyusahkan kau tahu? kami sudah cukup lama melacaknya sampai akhirnya dia membuat kesalahan. Bahkan kami tidak menyadari jika ada parasit di antara kami. Haah... tapi itu sudah tidak masalah sekarang. orang yang malang. Semoga arwahnya di terima di sisiNya. ]

Aura mendadak berubah seketika dan itu berasal dari Videl yang menatap nanar ke arah televisi. "Aku bersumpah kalian akan membayar itu semua, Manusia."

[ Woah, mengerikan. Tapi kurasa aku tidak akan khawatir tentang itu, karena sekarang kalian akan mati! ]

Tiba-tiba dari dalam kamar Galih, suara pintu yang terbuka membuat ketiga orang yang tengah duduk di sofa menoleh ke arah sana. Ariela keluar dengan langkah gontai dan muka tertunduk ke bawah. Dia berhenti setelah beberapa langkah keluar dari kamar dan menatap kosong ke arah mereka bertiga.

Galih lalu bangkit dari sofa dan berjalan perlahan menghampiri Ariela yang terdiam di tempatnya berdiri. "Ariela kau sudah bangun? kemari, aku sudah---"

BUAK!

Tanpa diduga satu hantaman dari tangan besar bercahaya yang muncul dari belakang Ariela membuat tubuh Galih melayang hingga menabrak tembok apartemennya. Belum cukup sampai di situ, tangan besar yang setia berada di samping Ariela membuka dan mengeluarkan cahaya terang yang lebih menyilaukan. Seketika cahaya yang berkumpul pada telapak tangan besar itu berubah menjadi laser besar dan menyasar tubuh Galih yang tengah bersandar tidak berdaya pada tembok berlubang. Mau tidak mau Galih harus terkena serangan itu dan menyebabkan ledakan besar yang kembali merusak apartemennya.

Videl dan Bernard mencoba membantu tetapi satu tangan besar bercahaya lainnya muncul dan menghempaskan mereka berdua keluar dari apartemen Galih. Videl jatuh di tempat parkir mobil dan membuat beberapa dari kendaraan itu berbunyi sedangkan Bernard menyasar sebuah pohon hingga membuat pohon itu tumbang.

Sementara ketiga orang tersebut dihajar habis-habisan oleh Ariela, suara misterius di dalam televisi hanya tertawa keras layaknya orang yang merayakan kemenangannya.

[ Dengan ini uji coba telah sukses. Saatnya untuk menyerang beberapa Penyihir. ]

Dan layar televisi seketika berubah hitam dan mati.

Bersambung....