Iris menghabiskan sepanjang sore di makam Sarah dan Ivana, ia berdiri dan meregangkan tubuhnya ketika merasa mulai penat.
Mimian sudah tidak ada lagi di belakangnya, mungkin ia pergi mengerjakan sesuatu atau apa. Iris melihat rumah Ivana yang masih berdiri dengan kokoh, kemudian beranjak mendekat.
Rumah yang sama, kursi yang sama, perabotan yang sama dan aroma yang khas ini masih menguar di udara, seakan tempat ini tidak pernah lekang oleh waktu.
Iris melangkah masuk ke dalam, mengamati keadaan ruang tamu dan berjalan ke lantai atas, kamarnya sendiri.
Ia duduk di atas ranjang kecil dan mengusap selimutnya dengan pelan, meski itu bukan lagi selimut yang sama seperti dulu, tapi ia tetap bisa merasakan nostalgia yang menyenangkan di kamarnya dulu.
Ivana yang menerima dan mengajarinya, lalu ada Sarah yang kadang baik, kadang jahat padanya. Lalu ada Miranda yang selalu curi-curi kesempatan jika ingin datang menemuinya.