Rasa sakit akibat tusukan Pedang Perak membuat Tiersa menarik napas dalam-dalam, ketika ia membuka matanya, ia melihat banyak orang yang mengibarkan bendera kecil dan mawar merah di tangannya, wajah mereka terlihat dipenuhi sukacita.
"Apa ini? Thomas?"
Sang Putri menundukkan kepalanya, ia berada di sebuah podium yang biasanya digunakan para Ratu terdahulu untuk berbicara pada rakyatnya, ia mengulas senyuman tipis dengan setitik rasa bangga di hatinya, begitu ia mengangkat kepalanya, orang-orang yang ada di hadapannya telah menghilang.
Hanya lapangan kosong dimana bendera kecil telah kusam dan mawar-mawar yang sudah mengering.
Senyumannya langsung luntur.
"Jangan memaksa, cukup dengarkan apa yang ia pilih." Suara lembut yang sangat familiar muncul, Tiersa melangkah turun dengan terheran-heran.