Chereads / Madu Dua Cinta / Chapter 36 - Bidadari Surgaku

Chapter 36 - Bidadari Surgaku

Tania menangis mendengarkan semua cerita Bella tentang hari-hari terakhir Rachell. Nia benar-benar merasa bersalah dan kasihan pada Rachell.

"Nia ... ", panggil Bella.

Nia menoleh dengan mata yang masih basah dengan airmata.

"Rachell menitipkan peemintaan maafnya pada mu dan juga Ardi",tambah Bella.

"Apa Mas Ardi tidak tahu mengenai hal ini, Mbak?"

"Tidak. Sudah aku katakan kami menutup semua akses media sejak Rachell sakit. Bahkan pemakamannya hanya diperuntukkan bagi keluarga dan teman terdekatnya saja"

"Dimana Mbak Rachell dimakamkan? Kalau boleh aku ingin berziarah ke makamnya"

"Terima kasih, Tania. Makamnya ada di pemakaman keluarga di ujung utara kota. Masuk saja dan katakan pada penjaganya kalau kalian sudah mendapatkan izin dariku. Kalau begitu aku permisi dulu. Sampaikan salamku pada Ardi dan juga permintaan maaf keluarga padanya. Sebenarnya papi ingin menemui Ardi secara langsung, namun dia malu atas semua kesalahan Rachell padanya",papar Bella.

Bella memeluk Nia dengan erat, dia pun menangis dalam pelukkan mantan rival adiknya itu. Lalu dia kembali kemobilnya dan menghilang ditengah keramaian kota.

******

"Sayang...", Ardi datang dan menepuk lembut pundak Nia.

Perempuan manis itu tersadar dari lamunannya dan buru-buru menghapus airmatanya. Namun Ardi sudah lebih dulu melihat bekas jejak basah itu pada pipi perempuan halalnya itu.

"Ada apa, sayang? Kamu kenapa?",tanya Ardi yang mulai panik karena Nia tiba-tiba memeluk pinggang nya.

"Mas ... aku lelah sekali. Aku ingin beristirahat",pinta Nia.

"Baiklah ... ayo kita pulang, sayang"

Mereka segera memasuki mobil dan kembali kerumah. Nia tertidur dimobil sepanjang jalannya. Ardi yang melihatnya menjadi amat kasihan. Dia menyangka kalau nilai kesal dan lelah karena menunggunya. Dua puluh menit berjalan akhirnya mereka sampai dirumah mereka. Ardi menarik rem tangan mobilnya dan mematikan mesin mobil. Dia menoleh kesisi kirinya, tak tega rasanya dia harus membangunkan Tania yang tertidur lelap.

"Kita sudah sampai, Mas?", tanya Tania yang terbangun saat Ardi ingin membopongnya.

"Iya, sayang ... "

"Tidak usah, Mas. Aku bisa turun sendiri, tidak perlu digendong"

"Aku kuat kok, sayang. Tenang saja"

"Jangan Mas. Aku tak tega melihatmu kepayahan menggendong kami bertiga", Tania turun perlahan-lahan dari mobil.

"Bertiga??", Ardi mengerutkan keningnya.

Oiya, dia lupa kalau istrinya sekarang sedang mengandung bayi kembarnya. Wajar saja hitungannya jadi bertiga, batin Ardi. Sesampainya dikamar Nia langsung membersihkan dirinya. Udara diluar sana membuatnya merasa gerah dan lembab. Mandi adalah solusi untuk membuat badannya kembali segar.

Ardi sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Meluruskan sedikit pinggangnya yang terasa pegal. Nia duduk disisi sebelahnya.

"Mas Ardi ... ", panggil nya.

"Hmmm ... "

"Tadi aku bertemu Mbak Bella di depan kafe"

"Bella", Ardi langsung bangun dari tidurnya.

"Ya, Mbak Bella banyak bercerita padaku. Tentang ... ", Tania diam sesaat, dia memandang suaminya.

"Tentang apa, sayang?", tanya Ardi penasaran.

"Tentang penyakit yang diderita Mbak Rachell dan kematiannya?"

"Kematian....!!!",kali ini Ardi benar-benar lompat dari tempat tidurnya dan pindah bersisian dengan Nia.

"Ya, Mbak Rachell sudah meninggal. Lima bulan yang lalu, Mas"

Bukan main terkejutnya Ardi mendengar kabar itu, ada rasa sesak didadanya. Dia menatap istrinya, mengharapkan pembenaran dari kabar yang dia dengar barusan.

"Rachell. ... meninggal. ..???",ucap Ardi pelan.

"Ya, Mas. Dia menderita penyakit Meningitis"

Lagi, Ardi merasa dadanya semakin sesak. Penuh dengan rasa kesedihan dan ibanya pada mantan istrinya itu. Namun dia sekuat tenaga berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya itu didepan istrinya, Nia. Dia tak ingin Nia mengetahui apa yang dia rasakan saat ini.

Tania menceritakan semua apa yang telah dikatakan Bella pada, semuanya percis seperti apa yang Bella ceritakan. Seketika bergetar hati dan tubuh Ardi, sesak didadanya makin memuncak.

"Mas ...",panggil Nia.

Ardi menoleh. Pandangan matanya sendu.

"Mas Ardi baik-baik saja?", tanya Nia lagi.

"Ahh ... eh ... Iya, sayang. .. aku baik-baik saja. Maaf aku pun tak mengetahui mesalah Rachell"

"Iya, Mas. Mbak Bella bilang mereka menutup semua akses media sejak Rachell sakit. Bahkan pemakamannya hanya diperuntukkan bagi keluarga dan teman terdekatnya saja. Ini adalah permintaan terakhir Mbak Rachell. Dia juga menitipkan salam dan permintaan maafnya padamu sebelum dia meninggal"

"Hmmm... Ya, sudah istirahatlah. Kamu lelah sekali. Jaga anak-anak kita, sayang. Mereka butuh kamu, jadi aku harap kamu tetap fit"

Ardi menarik selimut sampai menutupi pundak istrinya. Lalu dia berusaha tidur disebelah Tania. Mencoba memejamkan matanya yang sudah terasa mengantuk.

******

Sudah lewat tengah malam, Ardi tidak juga bisa memejamkan matanya. Hatinya tidak tenang. Pikirannya dihatui rasa bersalah terhadap Rachell.

"Rachell, kenapa sebegitu menyedihkannya nasibmu. Disaat kamu begitu menderita aku malah menjauh darimu. Betapa jahatnya aku padamu, Rachell. Aku sudah memaafkanmu, aku sudah mengikhlaskan semua yang terjadi diantara kita bahkan jauh sebelum kamu memohonkan maaf padaku. Namun, apa yang terjadi padamu ini membuat ngilu teramat sangat dibilik hatiku. Sakit dan sedih membayangkan betapa menderitanya dirimu saat itu. Melupakanmu tak akan pernah tertulis dalam takdirku, bahkan setelah kematian menjemputmu, Rachell"

Batin Ardi bertarung hebat, sisi hatinya yang lain begitu menangisi kepergian perempuan yang pernah hadir dalam hidupnya. Namun sisi lain hatinya merasa dia sudah menghianati Tania dengan masih memikirkan Rachell yang sudah bercerai dengannya. Dia merasa kasihan pada nasib Rachell, tapi dia juga harus memikirkan perasaan istrinya, Nia, yang dengan setia menemaninya hingga saat ini, dan sedang mengandung anak-anaknya.

Bergulatan hebat itu membuat matanya yang sudah mengantuk kembali melotot dan tidak tenang.

cekreeeeekkk. .

Dari dalam kamar Nia keluar, Ardi menoleh perlahan kearahnya. Nia berjalan mendekati suaminya yang sedang termenung dalam kegelapan ruangan itu. Perempuan lembut itu duduk bersisisan dengan suaminya, dia memegang kedua tangan laki-laki halalnya itu.

"Mas ...", panggilnya.

"Hmmm... "

"Mas Ardi belum tidur?"

"Belum",jawab Ardi singkat.

.

"Mas. .. memikirkan Mbak Rachell?",Nia tiba-tiba menebak dengan tepat apa yang suaminya pikirkan.

"Hmmm...."

Nia merubah posisi duduknya, dia menghadapkan tubuhnya kehadapan Ardi. Dia tersenyum sambil membelai lembut wajah laki-laki yang telah berjuang untuknya itu.

"Mas Ardi pasti sangat menyayangi Mbak Rachell, aku tahu kepergian sangat mengguncang hati mu. Namun, itu semua bukan sepenuhnya salahmu, Mas. Ada aku diantara kalian. Dan mungkin ini adalah tautan takdir yang harus kita jalani dengan ikhlas. Maafkan dia mas. Ikhlaskan semua perlakuan nya padamu. Buat Mbak Rachell bahagia dialam sana dengan memberinya sebuah maaf darimu. Aku yakin dia pun sangat menyesalinya",papar Tania.

Ardi menoleh pada perempuan halalnya itu, matanya menatap penuh rasa kagum dan bangga pada istrinya itu.

"Aku paham betapa sulitnya untuk melupakan seseorang yang berharga dalam hidup kita, seseorang yanv pernah hadir dalam hati kita. Mbak Rachell akan tetap hidup dihatimu mas. Karena dia pernah berada disana, dan akan terus berada disana",tambah Nia.

Kali ini perasaan Ardi ingin pecah, meledak, dia memegang wajah Nia dengan kedua tangannya. Betapa besarnya hati perempuan halalnya itu, betapa indah hatinya. Ardi memeluk istrinya dalam dekapan hangatnya. Memindahkan semua rasa sayang dan cintanya pada hati bidadari surganya itu, Tania Rosella Axcell.

******