Tak 'kan ada yang bisa memilikimu selain aku. Kebodohan terbesar dalam hidupku adalah mataku yang tertutup saat melihatmu. Dan sekarang, mata ini tidak dapat jika tidak melihatmu sedetik saja.
Kynan
***
Kynan masih memegang tangan Aluna dengan erat. Kynan menatap Aluna dengan tajam.
"Mau kemana, Love?" mata Kynan terlihat mengintimidasi, mencari jawaban yang benar dari mata Aluna.
"Mau pulang. Please...."
"No! You with me! Ikut aku sekarang." Kynan menarik tangan Aluna keluar cafe tempat mereka sarapan. Memasuki mobil, dan Kynan mulai melajukan mobilnya dalam diam.
"Kak....kita kemana?" tanya Aluna kepada Kynan tetapi pria itu diam tanpa mengucapkan kata apapun. Aluna kembali menatap ke jalan.
"Kaaaakkk... Ih kok gak dijawab siiihhh?" Aluna kembali bertanya, tangannya menggoyang-goyang lengan Kynan meminta jawaban.
"Kamu melupakan sesuatu, Love?" suara Kynan terdengar dingin tapi tegas, Aluna langsung tersadar apa kesalahannya. Padahal kan belum terbiasa, jadi wajar kalau lupa.
"Sorry, Lo...ve. Ma'af, belum terbiasa jadi lupa." Aluna cengengesan melihat tampang Kynan semakin membuat perut Aluna sakit menahan tawa.
"Makanya dibiasain, biar orang tahu kamu itu milikku!"
"Oke, sekarang kita mau kemana?" Kynan masih tidak menjawab pertanyaan Aluna. "Looovveeee!"
"Ke apartemenku. Sudah diam saja. Kalau sampai nanti aku kasih tahu." jawab Kynan membuat Aluna mengerucutkan bibirnya. Kynan tersenyum melihat gadisnya manyun.
Cup
Kynan mengecup singkat bibir mungil yang mengerucut itu dan membuat Aluna tersentak kaget.
"Ah apaain sih? love, malu ah." wajah Aluna berubah menjadi merah. Aluna merasa malu karena dari pagi Kynan terus menciumnya dengan tiba - tiba. Hal baru yang terjadi dalan diri Aluna sejak tadi pagi.
"Gak apa-apa, pacar sendiri ini." ucap Kynan santai.
"Trus yang kemarin di kemanain? Enak saja tiba - tiba datang kerumah trus bilang kamu milikku." Aluna tiba-tiba ingat dengan wanita cantik yang berjalan mesra dengan Kynan di mall. "Sorry! jika aku harus jadi yang kedua lebih baik tidak! Aku wanita, dia juga wanita jadi aku tahu perasaannya kalau kekasihnya diambil wanita lain."
Kynan terdiam, dia lupa dengan Vania. Setelah mendapat tamparan dari Kendra dan Vania, Kynan langsung berlari menyusul Aluna. Bagaimana dengan wanita itu sekarang?
Aluna yang melihat Kynan terdiam menjadi sadar, Aluna hanya obsesi Kynan. Aluna tersenyum, mencoba meredakan sakit yang terasa di hatinya.
"Love, kita jadi ke apartemen kamu?" Aluna mengalihkan pembicaraan, Kynan yang tersadar dari lamunannya hanya menganggukkan kepalanya. "Jangan lama-lama ya? Aku ada janji sama Kendra nanti."
Mata Kynan memicing, melihat ke dalam mata Aluna. Mencari kebohongan dari mata Aluna. Aluna mencoba untuk senetral mungkin agar Kynan tidak tau jika dia sedang berbohong.
"Nanti Kendra mau jemput ke tempat kamu." Aluna memastikan dan berhasil. Kynan menganggukkan kepalanya pertanda menyetujui keinginan Aluna.
Sampai ditempat Kynan, Aluna hanya duduk diam karena pria yang membawanya itu sibuk di ruang kerjanya, entah apa yang dilakukannya, yang dia tahu sekarang Aluna jadi kambing congek yang dicuekin. Aluna mengambil ponselnya dan menghubungi Kendra agar sahabatnya itu segera menjemputnya.
"My lovely Kendra please jemput aku di apartemen kak Kynan. Cepet! Jangan banyak tanya. Aku tunggu." isi pesan Aluna ke ponsel Kendra dan Kendra hanya membalas "Oke". Aluna bersiap dan menunggu Kendra, pertama kali berada di apartemen Kynan bukanlah hal yang menyenangkan. Pria itu sejak datang dan sampai sekarang masih berada di dalam ruang kerjanya. Aluna berjalan ke arah ruang kerja Kynan, berniat pamit jika Kendra sampai dia bisa langsung pergi. Saat akan mengetuk pintu telinganya mendengar suara Kynan sedang menelepon seseorang.
"Iya, ma'afkan aku. Nanti kita bertemu ya. Di tempat biasa." suara Kynan dengan seseorang diseberang line.
"....."
"Bukan. Dia sahabat adikku. Kamu kenal Kendra kan? Iya dia sahabat Kendra." suara Kynan cukup terdengar jelas ditelinga Aluna jika pria itu sedang membicarakan dirinya dengan si penelepon.
"...."
"Tidak mungkin! Kemarin aku hanya kaget saja dan memberi pelajaran karena dia membangkang, cuma itu saja." Aluna meremas dadanya yang terasa nyeri. Menutup bibirnya agar tangisnya tak terdengar. Semakin lama air matanya semakin deras. Pria itu baru saja mengatakan jika semua yang dilakukan kepadanya hanyalah sebuah hukuman? Aluna tidak dapat menahan rasa sakitnya lebih lama. Dia memutuskan untuk segera turun. Menunggu Kendra di lobby bisa membuatnya cepat pergi dari hadapan pria itu. Dengan perlahan kakinya melangkah ke arah pintu dan membukanya. Biarlah dia membawa sakit ini pergi jauh bersamanya. Cinta memang indah jika kedua belah pihak saling mencintai, tetapi jika bertepuk sebelah tangan dan hanya sebagai mainan, lebih baik mencari cinta yang lain.