Mencoba tetapi sebelum sanggup melangkah sudah jatuh terperosok lebih dalam dari sebelumnya. Hatiku bukan hancur lagi tapi sudah lebur. Biarlah kubawa rasa sakit dan Cinta ini pergi bersamaku.
Aluna
***
Kendra melihat Aluna sudah berada di depan lobby, Aluna langsung memasuki mobil tanpa menunggu Kendra bertanya.
"Bawa aku pulang sebentar untuk mengambil barang - barangku." perintah Aluna tanpa menatap ke arah Kendra.
"Ada apa Lun? Kenapa kamu bisa berada di apartemen Kynan?"
"Pertanyaannya nanti saja ya? Aku belum siap. Nanti pasti aku ceritakan." Aluna menutup matanya, Kendra tahu Aluna sedang menghindarinya. Kendra hanya diam dan menjalankan mobilnya menuju kontrakan Aluna. Sampai di kontrakannya, Aluna segera memasukkan baju-baju dan dokumen untuk keperluan beasiswanya. Aluna ingin segera keluar dari sini. Hatinya sakit. Hatinya terluka, luka tanpa darah tetapi sulit untuk disembuhkan.
"Ken, bawa aku pergi sekarang. Aku akan berangkat ke NY besok. Tadi Toni menghubungiku, tiketnya sudah ada sama dia." Kendra hanya mengangguk, Aluna membawa tas dan kopernya ke dalam mobil. Setelah berpamitan dengan pemilik rumah dia pergi dengan Kendra ke hotel yang dekat dengan bandara.
Selama perjalanan ke bandara Aluna hanya diam menatap keramaian jalanan ibu kota. Hatinya perih ketika mengingat apa yang di dengarnya tadi. Perasaan yang awalnya akan tumbuh kembali layu karena kata - kata yang Kynan ucapkan.
Mereka berdua sampai di hotel yang dituju, Kendra masuk ke lobby hotel dan memesan kamar untuk mereka, dia tidak ingin meninggalkan Aluna dalam keadaan seperti ini. Dia tahu Aluna sedang ada masalah.
***
Di sisi lain, Kynan baru sadar jika dia meninggalkan Aluna terlalu lama, dari pagi sampai se--sore ini. Setelah menghubungi Vania dia jadi lupa jika dia membawa Aluna ketempatnya. Vania mengalihkan dunianya, tapi kemana Aluna? Kenapa tidak ada tanda-tanda ada seseorang disini? Kynan berjalan menuju ruang tengah dan kosong, tv masih menyala, Kynan melangkahkan kaki ke dapur, mungkin Aluna berada di dapur, dan hasilnya tetap sama, kosong. Kynan berjalan menuju ruang kerjanya, mengambil ponsel dan menghubungi Aluna, ponsel Aluna tidak aktif. Kynan mulai merasa panik. Keringat dingin mulai bermunculan, "Apa Aluna mendengarkan semuanya tadi? Jangan-jangan dia salah paham." Kynan meremas rambutnya, Kynan panik.
"Halo... Aluna bersama kamu?" Kynan menghubungi Kendra sebelum dia mengambil kunci mobilnya.
"Wow! Kenapa tiba-tiba nyari Luna, Kak? Dia ya dirumahnya. Emangnya aku kantongin?" jawab Kendra diseberang line telepon membuat Kynan semakin gelisah.
"Telponnya tidak aktif. Kemana anak itu?"
"Eit.... tunggu ! kenapa kakak tiba-tiba mencari Aluna seperti orang kebingungan? Bukannya kakak benci banget ya sama Luna?" pancing Kendra lagi, Aluna belum mau bercerita mungkin kakaknya yang bego ini bisa menjawab kebingungannya.
"Aluna pergi dari tempat kakak tanpa pamit. Sekarang kakak mau mencarinya dulu. Bye!" Kynan menutup ponselnya tanpa menunggu jawaban adiknya, Kendra. Kynan menyalakan dan melajukan mobilnya sedikit ugal - ugalan. Dia tidak perduli dengan jalanan yang ramai dan orang - orang menekan klakson untuk dia. Kynan hanya ingin segera sampai ditempat kontrakan Aluna.
Kontrakan Aluna terlihat sepi. Kynan mengetuk berkali - kali tapi tidak ada jawaban. Kynan berteriak memanggil Aluna dan mencoba menghubungi ponsel Aluna kembali, tapi jawabannya tetap sama. Ponsel Aluna tidak aktif.
"Mencari siapa mas?" tanya tetangga Luna yang dari tadi melihat Kynan mengetuk pintu kontrakan yang sudah kosong.
"Ma'af, saya mencari Aluna. Gadis yang mengontrak disini."
"Ooohhh neng Luna? Neng Luna sudah pindah mas, tadi siang dia membawa koper banyak. Dia juga sudah ngasih kunci ke ibu kontrakan. Sepertinya neng Luna pindah mas." jawab tetangga Luna menjelaskan.
"SHIT! Love, kamu kemana?" Kynan meremas rambutnya frustasi. Akhirnya dia pergi dari tempat Luna setelah mengucapkan terimakasih keoada tetangga Aluna dan mencoba menghubungi adiknya kembali, tapi adiknya itu kali ini tidak menjawab sama sekali telepon darinya.
"SHIT!!! BRENGSEEEEKKK!!! lihat Kendra, jika kamu terlibat aku akan membunuhmu!" Kynan memukul setir mobilnya berkali - kali.
Kynan masih berputar, keliling Jakarta. Dia mencari disetiap sudut jalanan ibu kota, mungkin saja dia bisa menemukan Aluna. Ponsel Kynan berbunyi, tanpa melihat si penelepon dia mengangkatnya.
"Halo Kynan, jadi jemput kan?
Ini sudah malam lo, kamu nggak datang-datang?" suara Vania di seberang sana membuat emosi Kynan kembali naik.
"Macaf aku sedang sibuk!" Kynan menutup kembali panggilan telepon itu dan melemparkan ponselnya ke jok belakang. Dia terus berkonsentrasi ke jalanan, mungkin saja dia bisa menemukan Aluna.
***