Chereads / Sentuhan Dendam Penuh Gairah / Chapter 8 - Jadilah Milikku (1)

Chapter 8 - Jadilah Milikku (1)

Mo Qing tersenyum. Gu Xiaoran salah besar akan hal itu, memang tubuh gadis itu yang diinginkan olehnya, terlebih semenjak kemarin malam. Dia melangkah maju dan kini menekan tubuh gadis itu menyandar pada pintu. "Aku menunggumu untuk naik ke tempat tidurku," bisiknya menggoda.

"Mustahil itu akan terjadi!" balas Gu Xiaoran dengan ketus. Sungguh tidak ada lagi harta benda yang dia miliki. Satu-satunya yang tersisa hanyalah harga dirinya yang tidak akan dia serahkan pada pria di hadapannya ini. 

"Lebih baik aku bersama anjing daripada harus bersama dengan binatang sepertimu!" maki Gu Xiaoran dengan penuh kebencian.

"Bukannya semalam kamu sudah melakukannya denganku…" sahut Mo Qing lagi-lagi menggoda Gu Xiaoran. Dia sama sekali tidak terlihat marah akan sikap gadis itu padanya. Matanya menatap lurus ke arah bibir gadis itu yang berwarna merah muda, sementara tangannya mulai sibuk membelai setiap jengkal tubuh lembutnya. Namun, tubuh mungil itu dengan cepat bereaksi akan sentuhan yang diberikan olehnya.

"Ka… Kamu!" seru Gu Xiaoran terkejut akan sentuhan yang baru saja diterimanya.

Semakin marah Gu Xiaoran, semakin Mo Qing bersemangat untuk menggodanya. "Tidurlah sebentar. Han Ke sibuk mengumpulkan harga dirinya yang baru saja kamu rusak tadi. Jadi, seharusnya dia tidak akan punya waktu untuk mengganggumu sementara ini," tutur Mo Qing sambil mengelus-elus kepala Gu Xiaoran.

Gu Xiaoran menepis tangan Mo Qing dengan kasar dari kepalanya. "Aku tidak membutuhkan nasehatmu."

Mo Qing tertawa kecil melihat sikap ketus dari Gu Xiaoran. Mata hitam gadis itu terlihat berkilau sambil menatap tajam dirinya. "Aku suka nikmatnya tubuhmu. Berhubung kamu tidak mau beristirahat, maka sebaiknya kita…" ujarnya dengan tangan yang menjelajah turun ke arah tubuh bagian bawah gadis itu.

Hal itu membuat Gu Xiaoran tidak dapat lagi membendung emosinya. Tangannya pun terangkat untuk menampar wajah pria itu dengan kuat. Namun, tepat sebelum tangannya terayun dan menyentuh wajah Mo Qing, pergelangan tangannya dihentikan dengan cepat oleh pria itu.

Gu Xiaoran telah kehilangan kendali akan dirinya. Dia kemudian menekuk jari-jarinya, lalu kukunya yang runcing dengan cepat mencakar wajah tampan Mo Qing sehingga menyisakan tiga bekas cakaran kuku berwarna merah di kulit putihnya. Tidak lama kemudian, beberapa tetes darah segar terlihat mengalir keluar dari wajahnya.

Mo Qing segera mengangkat tangannya untuk menyeka darah yang ada di wajahnya. Namun herannya, sama sekali tidak ada tanda-tanda ekspresi marah muncul pada wajah nya. "Oh, tampaknya kamu sedang sangat bersemangat dan tidak butuh istirahat saat ini," ucapnya sambil tersenyum kecil.

Seketika itu juga, perasaan was-was menyelimuti hati Gu Xiaoran. Dia bergegas untuk berbalik dan meraih gagang pintu yang ada di belakangnya. Namun tentu saja Mo Qing telah memperkirakan hal itu. Dia dengan cepat menggenggam erat tangan gadis itu dan menyeretnya menjauh dari pintu.

Ruangan lounge itu terlihat mewah dengan dekorasi yang elegan. Di tengah-tengahnya terdapat satu set sofa besar dengan bahan beludru yang lembut. Mo Qing dengan segera melemparkan Gu Xiaoran ke atas sofa besar tersebut sebelum akhirnya dia juga ikut melompat ke atas gadis itu. Satu tangannya memeluk tubuh mungil gadis itu, sementara satu tangan yang lainnya sibuk mengangkat gaunnya.

Ya Tuhan. Dia benar-benar gila! Bisa-bisanya memperlakukanku seperti ini di hari pertunanganku! Gumam Gu Xiaoran murka. "Hentikan! Kalau kamu tidak berhenti sekarang juga, aku akan berteriak dan memanggil seseorang!"

Namun, bukan Mo Qing namanya jika terpengaruh oleh ancaman seperti itu. Dia hanya tersenyum acuh dan berkata, "Aku sama sekali tidak keberatan jika Han Ke melihat tunangannya bersenang-senang di bawah tindihan badanku seperti ini." 

Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha bergerak-gerak dengan putus asa untuk melepaskan diri.

"Berjuanglah lebih keras lagi. Semakin kamu memberontak seperti itu, kamu semakin membuatku bersemangat. Pasti akan sangat menggairahkan ketika melakukannya," ucap Mo Qing dengan acuh.

Tenggorokan Gu Xiaoran seolah tercekat seketika. Meskipun kemarin dia mengalami pengalaman yang pahit dan menyakitkan, namun paling tidak pada saat itu, Mo Qing tidak dapat melihat tubuhnya dengan jelas. Namun saat ini, lekuk tubuhnya terpampang dengan sangat jelas di hadapan pria itu. Hal itu pasti semakin memperburuk keadaan saja.

Gu Xiaoran sungguh-sungguh merasa malu dan marah saat ini. Namun, tidak peduli seberapa kerasnya dia berusaha untuk melepaskan diri, hal itu seolah sama sekali tidak mempengaruhi Mo Qing. Tangan pria itu menahan kedua tangannya di atas kepalanya dengan kuat, sehingga dia sama sekali tidak bisa melawan lagi saat ini.

"Mo Qing hentikan! Aku sudah bertunangan. Kamu tidak boleh menyentuhku lagi," ucap Gu Xiaoran dengan lirih.

Pertunangan? Gumam Mo Qing dalam hati. Tiba-tiba, pandangan matanya berubah dingin. Ya, memang dirinya yang meminta Gu Xiaoran untuk bertunangan dengan Han Ke. Namun, hal itu semata hanya untuk menunjukkan kepadanya bahwa tidak peduli apa pun yang gadis itu ingin lakukan, tidak akan dapat terwujud jika tanpa persetujuannya. Tidak peduli di mana, dengan siapa, atau apa pun identitasnya, dia memastikan bahwa gadis itu tidak akan pernah bisa lepas dari genggaman tangannya.

Apa pun yang ingin Mo Qing lakukan terhadap Gu Xiaoran, maka dia akan melakukannya tanpa menunggu persetujuannya. Hanya dirinya seorang yang boleh memiliki gadis berparas cantik itu. Segala omong kosong pertunangan gadis itu dapat dengan mudah dibatalkan begitu saja jika dirinya berkehendak.

Hari ini, melihat Gu Xiaoran menggandeng lengan Han Ke dan berjalan di atas karpet merah seperti seorang mempelai wanita yang berbahagia, entah mengapa membuat hati Mo Qing marah dan cemburu. Bahkan secara tidak sadar dia mulai menyesali keputusannya.

"Aku dapat menyuruhmu untuk bertunangan dengannya, aku juga dapat menyuruhmu untuk meninggalkannya. Gu Xiaoran, pernikahanmu itu tidak ada artinya bagiku," ucap Mo Qing dengan datar.