Su Wan buru-buru mengikuti Jiang Xuecheng.
Akhirnya, setelah sampai di kantor presiden perusahaan, Jiang Xuecheng menatap Su Wan dengan dingin.
"Aku tidak akan memakanmu. Cepat kemarilah."
Su Wan benar-benar takut jika Jiang Xuecheng marah...
Tapi mengapa?
Mengapa dia harus marah? Bukankah aku yang merasa rugi karena disentuh Xu Lei?
Su Wan tidak melangkah maju, tapi justru mundur selangkah.
Saat melihat Su Wan mundur, Jiang Xuecheng berpikir bahwa Su Wan lebih suka disentuh oleh orang kotor seperti Xu Lei daripada dirinya.
Jiang Xuecheng pun kesal. Dia langsung mendekati Su Wan dan mengangkat baju Su Wan.
"Eh, kau…"
Su Wan tidak menyangka bahwa Jiang Xuecheng akan semarah ini. Jiang Xuecheng mengangkat tubuh Su Wan. Tangannya memegang leher Jiang Xuecheng dan meronta-ronta.
"Kita sedang di kantor. Apakah kau tidak takut ada yang melihat kita?"
Su Wan sangat marah dan ketakutan. Kakinya menendang pinggang Jiang Xuecheng, tapi Jiang Xuecheng tetap tidak goyah sama sekali.
Kantor eksklusif Jiang Xuecheng ada di lantai teratas gedung Grup Longteng. Jiang Xuecheng tidak pernah bekerja di gedung kantor ini, jadi seluruh lantai atas kosong, dan tidak akan ada yang datang ke sini tanpa perintahnya.
Saat mendengar pertanyaan Su Wan, Jiang Xuecheng tiba-tiba menatapnya dengan penuh amarah.
"Kalau begitu, apakah kau tidak takut kalau ada orang lain yang melihat kejadian tadi?"
Su Wan terkejut. Jiang Xuecheng tiba-tiba membuka pintu kantor dan melemparkan Su Wan ke sofa.
Meski sofa itu empuk, tindakan Jiang Xuecheng tetap sangat kasar.
Su Wan mengusap kakinya yang sakit. 'Dia benar-benar gila.'
Ternyata ruangan di kantor ini sangat luas, dan dekorasinya juga sangat cantik.
Agar Jiang Xuecheng bisa beristirahat, kantor itu juga dilengkapi dengan tempat tidur dan perabotan lainnya.
Jiang Xuecheng menatap tajam ke arah Su Wan. "Jawab pertanyaanku!"
Su Wan diam sebentar, kemudian ia mulai membantah.
"Wakil Manajer Xu adalah atasanku. Aku bahkan tidak menyangka bahwa dia berniat jahat seperti itu. Saat aku sadar bahwa ia berniat jahat, aku baru saja..."
Sebelum Su Wan selesai berbicara, Jiang Xuecheng tiba-tiba mendekatinya dan memegang dagunya.
"Maksudmu, selama dia adalah atasanmu, kau tidak akan melawannya? Iya?"
"Aku tidak..."
Su Wan merasa bahwa Jiang Xuecheng menyalahkannya, tapi dia tidak punya kesempatan untuk menyangkal.
Tiba-tiba, Jiang Xuecheng mencium Su Wan.
Mata Su Wan terbelalak lebar. 'Bajing*n ini! Sungguh tak tahu malu!'
Saat ini Jiang Xuecheng sangat cemburu, dan dia mengabaikan perlawanan Su Wan.
Jiang Xuecheng tak bisa mengendalikan perasaannya.
Ciuman mereka terasa begitu indah dan tak terlukiskan. Rasanya tidak asing.
Ia mencium Su Wan tanpa ampun.
Su Wan mencakar Jiang Xuecheng dengan kukunya. Meski kesakitan karena terkena kuku Su Wan, Jiang Xuecheng tetap tidak mau melepaskannya.
Su Wan meremas bantal sofa dengan tak berdaya. Ia terengah-engah. Ia bahkan tidak tahu cara mengatur napas saat berciuman.
Jantung Su Wan terus berdebar kencang. Ia bisa merasakan aroma parfum Jiang Xuecheng yang seperti salju.
Su Wan sangat tidak suka saat Jiang Xuecheng memaksa menciumnya, tapi dia tidak menolaknya.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua terengah-engah.
Jiang Xuecheng berbalik badan dengan kasar dan menekan tubuh Su Wan di sofa.
Jiang Xuecheng sadar bahwa kini dia sangat cemburu.
Ruangan itu tiba-tiba sunyi. Saat Su Wan menatap mata Jiang Xuecheng, jantungnya berdebar kencang.
Perasaan ini sangat aneh tapi indah.
Su Wan ingin mendorong Jiang Xuecheng menjauh. Setelah menyadari niat Su Wan, Jiang Xuecheng menciumnya lagi.
Jiang Xuecheng menciumnya dengan sangat kasar seperti binatang buas, tapi perlahan-lahan ciumannya menjadi lembut.
Tampaknya Jiang Xuecheng mulai memedulikan perasaan Su Wan. Dia menciumnya dengan sangat lembut.
Entah kapan, Su Wan mulai bisa mengatur napas sangat berciuman. Sepertinya, dia juga terobsesi dengan ciuman ini...
Su Wan sangat bingung. Dia hampir lupa diri... Di mana dirinya dan apa yang ia lakukan... Tapi, dia tahu bahwa sekarang ia bersama Jiang Xuecheng.
Tubuh Jiang Xuecheng terasa sangat panas, seperti api yang berkobar-kobar dan tidak bisa dipadamkan.
Dia merasa tidak puas dan terus tidak puas...
Meskipun tidak memiliki pengalaman, samar-samar Jiang Xuecheng tahu apa yang ingin dia lakukan.
Tangannya menyentuh wajah Su Wan. Mungkin ini bukanlah wajah tercantik yang pernah Xuecheng lihat, tapi ia menyukainya.
Sebenarnya, sejak kapan perasaan itu muncul?
Padahal mereka baru bertemu beberapa kali, tapi wanita ini sering muncul di benaknya.
Jiang Xuecheng menghela napas ringan dan menatap Su Wan lekat-lekat. Kalau Su Wan adalah takdirnya, dia akan menerima nasibnya dengan ikhlas.