Chereads / BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja / Chapter 83 - INGIN MENINGGALKAN

Chapter 83 - INGIN MENINGGALKAN

"Apa itu berarti kamu mendukung Mas Hasta, Raf?" Tanya Hanin dengan tatapan tak percaya.

Rafka menganggukkan kepalanya.

"Aku menghargai keputusan Tuan Hasta, Nin. Aku tidak bisa memaksanya. Aku tahu, Tuan Hasta melakukan hal ini karena sangat mencintai kamu. Sebaiknya kita semua mendukung keinginan Tuan Hasta," ucap Rafka tidak bisa menjelaskan apa yang ia pikirkan karena ada Hasta.

"Mas? sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Apa kamu tidak berpikir kalau terjadi sesuatu padamu sebelum aku melahirkan? Itu juga sangat beresiko kalau kamu tidak secepatnya operasi Mas?" Ucap Hanin lagi berusaha membujuk Hasta.

"Aku akan bertahan untuk kamu dan bayi kita Nin. Aku akan bertahan sampai kamu melahirkan. Bukankah aku sudah berjanji untuk itu Nin?" Ucap Hasta menatap Hanin dengan tatapan memohon agar tidak memaksanya untuk melakukan operasi secepatnya.

"Aku...aku tidak mengerti Mas!" Ucap Hanin dengan air mata yang sudah mengalir deras berlari keluar kamar.

"Hanin! Jangan pergi Nin?" Panggil Hasta sambil memegangi dadanya agar tidak merasakan sakit lagi.

"Husin, tolong panggil Hanin dan tenangkan dia. Aku sungguh-sungguh tidak bisa melakukan operasi secepatnya. Aku takut meninggalkan Hanin tanpa bisa melihat Hanin melahirkan," ucap Hasta memberitahukan rasa takutnya pada Husin dan Rafka.

"Dokter Husin, sebaiknya anda menenangkan Tuan Hasta. Biar aku memanggil Hanin," ucap Rafka berniat memberitahu Hanin tentang rencananya agar Hasta bisa secepatnya operasi.

Dokter Husin menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya ke Hasta yang terlihat panik dan cemas.

Mendapat persetujuan Dokter Husin, segera Rafka mendorong kursi rodanya keluar untuk segera mencari Hanin.

Rafka mengambil nafas lega saat melihat Hanin menangis di kursi panjang.

"Hanin," panggil Rafka menghentikan kursi rodanya di depan Hanin.

"Rafka? Kenapa kamu kemari? Mas Hasta baik-baik saja kan?" Tanya Hanin seraya mengusap air matanya.

"Suamimu tidak baik-baik saja. Aku hanya menasihati kamu. Kalau kamu ingin suami kamu baik-baik saja, kamu harus membuatnya tetap tenang, nyaman dan tidak merasa tertekan," ucap Rafka sebelum menjelaskan yang penting pada Hanin.

"Tapi Rafka, kalau dengan keputusannya seperti itu bagaimana aku tidak marah? Aku marah karena aku dia sembuh," ucap Hanin dengan wajah sedih.

"Aku tahu apa yang kamu cemaskan, dan aku juga tahu apa yang suamimu inginkan. Sebaiknya biarkan saja suami kamu membuat keputusan seperti itu. Yang terpenting kita sudah siap siaga jika terjadi sesuatu pada suami kamu," ucap Rafka berusaha menenangkan hati Hanin.

"Maksudmu bagaimana Raf?" Tanya Hanin dengan wajah serius.

"Dari analisaku, tiga atau empat lagi, paru-paru suami kamu sudah tidak berfungsi lagi Nin. Saat itu pasti suami kamu akan mengalami anfal. Dan saat itu, kita harus melakukan operasi transplantasi paru-paru secepatnya. Semoga saja, di saat itu tiba ada sebuah keajaiban yang membuat suami kamu bisa bertahan," ucap Rafka dengan tatapan lebih serius dari sebelumnya.

"Jadi maksudmu, Mas Hasta tidak akan mungkin bertahan sampai aku melahirkan?" Tanya Hanin dengan suara bergetar.

Rafka menganggukkan kepalanya pelan.

"Suami kamu tidak akan bisa bertahan lebih dari enam bulan Nin. Aku bisa mengatakan hal itu berdasarkan hasil lab suami kamu. Paru-paru suami kamu sudah sangat parah. Karena itu, biarkan suami kamu memutuskan hal itu. Kamu bahagiakan saja, dan berikan apa yang ia inginkan. Jangan membuat suami kamu sedih, atau merasa tertekan," ucap Rafka berusaha membuat Hanin mengerti bagaimana kondisi Hasta.

"Jadi, apa itu berarti Mas Hasta tidak bisa tertolong Raf?" Tanya Hanin lagi merasa sedih dengan semua penjelasan Rafka.

"Aku tidak mengatakan suami kamu tidak akan tertolong. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Dan semoga ada keajaiban buat suami kamu," ucap Rafka sedikit lega setelah Hanin mengerti apa yang ia katakan.

"Aku mohon padamu Raf, berikan yang terbaik untuk Mas Hasta," ucap Hanin dengan tatapan memohon.

"Itu pasti Hanin, karena itulah aku minta padamu untuk bekerja padaku agar kamu bisa menjaga suami kamu. Sangat besar pengaruhnya bagi kesehatan suami kamu, kalau yang menjaga dan merawatnya kamu," ucap Rafka dengan wajah serius.

Hanin menganggukkan kepalanya sangat percaya dengan yang dikatakan Rafka.

"Sekarang, sebaiknya kamu kembali dan temani suami kamu. Saat ini suami kamu sangat sedih karena kamu tidak mendukung keinginannya," ucap Rafka berharap Hanin bisa tenang saat bersama Hasta.

"Terimakasih Raf, kamu sudah menjelaskan semuanya padaku," ucap Hanin dengan tersenyum sedih mengusap air matanya yang tersisa.

Dengan di temani Rafka, Hanin kembali ke kamar Hasta. Hatinya sangat sedih saat melihat Hasta menangis dalam pelukan Husin.

"Mas," panggil Hanin dengan suara tertahan mendekati Hasta.

Mendengar suara Hanin memanggilnya, Hasta melepas pelukannya kemudian menatap Hanin dengan tatapan sedih.

"Kenapa kamu pergi Nin?" Tanya Hasta setelah Hanin berdiri di hadapannya.

"Maafkan aku Mas. Aku tadi hanya menenangkan diri. Tolong maafkan aku ya Mas? Seharusnya aku mendukung apa yang kamu inginkan. Dan sekarang aku mengerti, kamu melakukan hal ini karena mencintai aku," ucap Hanin seraya memeluk Hasta dengan sangat erat dan Hasta membalas pelukan Hanin dengan hati menangis.

"Kamu baru bisa mengerti aku, setelah Rafka mencarimu. Apa di katakan Rafka hingga membuat kamu mendukungku Nin? Apa begitu besar pengaruh Rafka untuk bisa membuka pikiran kamu?" Tanya Hasta menangis dalam hati masih dengan memeluk Hanin.

"Hem..Hem... sudah belum pelukan kalian?" Ucap Dokter Husin setelah cukup lama menunggu Hasta dan Hanin yang masih berpelukan.

Dengan wajah sedikit memerah Hanin melepas pelukannya, kemudian mendekati Rafka.

"Rafka, kalau boleh tahu kapan mulainya proses penyembuhan organ Mas Hasta yang bermasalah?" Tanya Hanin dengan wajah serius.

"Secepatnya Nin. Dan aku harus bicara hal penting dengan Tuan Hasta," ucap Rafka berpaling menghadap ke arah Hasta.

"Tuan Hasta, untuk memulai proses penyembuhan ini, anda membutuhkan seorang perawat yang dua puluh empat jam harus merawat dan menjaga anda. Aku berpikir untuk menarik Hanin untuk bekerja di bawah tanggung jawabku untuk menjadi perawat khusus anda. Apa kira-kira anda setuju dengan saran saya?" Tanya Rafka benar-benar mengatakan keinginannya untuk meminta izin pada Hasta.

Hasta menganggukkan kepalanya.

"Silahkan saja Raf, aku senang kalau Hanin yang merawatku," Jawab Hasta tidak berkomentar banyak karena ia sudah tahu sebelumnya dari Hanin.

"Hanin, kamu bisa dengar kan? Kalau suami kamu memberi izin dan setuju. Sebaiknya kamu segera membuat surat lamaran dan aku akan segera merekomendasikan kamu untuk menjadi perawat khusus suami kamu," ucap Rafka dengan sebuah senyuman.

Hanin menganggukkan kepalanya dan tersenyum membalas senyuman Rafka.

Hal tersebut pun tidak lepas dari pandangan Hasta. Hati Hasta semakin sakit dan terluka. Apa yang di lihatnya semakin membuat tekadnya semakin bulat untuk segera meninggalkan Hanin.