Chapter 84 - MEMINTA WAKTU

Hati Hasta semakin sakit dan terluka. Apa yang di lihatnya semakin membuat tekadnya semakin bulat untuk segera meninggalkan Hanin.

"Rafka, untuk menjalani proses penyembuhan itu aku tidak harus berada di rumah sakit kan?" Tanya Hasta dengan wajah serius mengingat ia harus menyiapkan segala sesuatunya sebelum ia meninggalkan Hanin agar tidak terbebani karena dirinya.

"Untuk proses penyembuhan itu tidak harus opname di rumah sakit. Seperti layaknya terapi penyembuhan saja. Kecuali dalam keadaan tertentu mengharuskan anda untuk berada di rumah sakit," jawab Rafka menjelaskan bagaimana proses penyembuhan untuk penyakit Hasta yang tidak parah.

"Aku mengerti, terimakasih penjelasannya. Karena sekarang aku merasa baik-baik saja, apa aku bisa pulang? Aku tidak bisa lama-lama di sini, aku selalu merasa tertekan kalau di rumah sakit," ucap Hasta dengan jujur mengatakan apa yang ia rasakan.

"Mas, sebaiknya tunggu beberapa hari lagi. Aku tidak mau terjadi seperti tadi pagi lagi Mas," ucap Hanin dengan tatapan cemas.

"Tidak apa-apa Hanin, saat ini keadaan Tuan Hasta sudah stabil. Mungkin dengan berada di rumah kesehatan Tuan Hasta semakin membaik. Tapi jangan lupa untuk kontrol. Aku akan memberitahu kalian langkah awal dari penyembuhan nanti. Saat ini aku akan memastikan lebih dulu," sahut Rafka secara langsung memberikan izin Hasta pulang karena ia sangat tahu Hasta terlihat tidak nyaman berada di rumah sakit.

Hanin menghela nafas dalam, tidak tahu lagi membantah apa yang di katakan Rafka.

Hasta menatap Hanin kemudian beralih menatap Rafka.

"Sudah berapa kali aku lihat sikap kamu yang selalu menurut pada Rafka Nin? Kamu terlihat sekali mempercayai apa yang di katakan Rafka," ucap Hasta dalam hati dengan perasaan tak menentu.

"Aku harap, Mas Hasta akan baik-baik saja. Aku tidak bisa melihat Mas Hasta menderita karena sakitnya ini," ucap Hanin dengan perasaan sedih mengusap airmatanya yang hampir tumpah lagi.

"Tenanglah Nin, aku tidak akan membuat kamu sedih lagi. Aku berjanji padamu, aku hanya ingin kamu bahagia," ucap Hasta meraih tangan Hanin dan mengusapnya dengan penuh perasaan.

"Aku berjanji padamu Nin, aku akan secepatnya mengurus surat perceraian kita dan surat warisan untukmu. Aku akan memberikan semuanya padamu. Aku tidak akan membuat kamu sedih lagi. Beri aku waktu beberapa hari lagi," ucap Hasta kembali dalam hati masih dengan mengusap punggung tangan Hanin.

Melihat Hasta menggenggam tangannya dengan penuh kelembutan, Hanin pun membalas genggaman tangan Hasta seolah-olah tidak ingin melepaskannya.

"Baiklah, karena Tuan Hasta ingin pulang sekarang. Aku akan meminta Dokter Soni untuk memberikan izin pulang. Dan kalian bisa mengurus kepulangan Hasta. Aku permisi dulu," ucap Rafka pada Hasta dan Husin karena sebentar lagi ia harus pergi ke kota untuk pertemuan rapat dengan para Dokter.

"Terimakasih ya Raf," ucap Hanin seraya membukakan pintu untuk Rafka yang sedikit kesulitan saat membukanya.

Setelah Rafka pergi, Husin mendekati Hasta dengan wajah serius.

"Hasta, aku minta padamu untuk kali ini seriuslah saat terapi. Jangan melanggar dengan tetap bekerja keras atau tidak datang ke rumah sakit saat di perlukan. Kali ini sakit kamu sudah sangat parah jangan kamu buat lebih parah," ucap Husin menasihati Hasta karena terlalu sayang pada sahabatnya.

Hasta menganggukkan kepalanya.

"Kamu tenang saja Sin. Aku tidak akan patuh dengan apa yang di katakan Rafka dan tentu saja pada Hanin istriku," ucap Hasta dengan sebuah senyuman tidak ingin Husin terlibat dalam keputusan yang sudah ia ambil untuk menjauh dari kehidupan Hanin.

"Syukurlah kalau kamu sudah menyadari bagaimana berbahayanya sakit kamu. Aku mau kembali ke kota. Kalau terjadi sesuatu beritahu aku," ucap Husin lagi sambil mengusap bahu Hasta.

Hasta menganggukkan kepalanya lagi tanpa membantah apa yang di katakan Husin.

"Terimakasih banyak Sin, hati-hati di jalan," ucap Hasta menatap Husin dari tempatnya.

Husin menganggukkan kepalanya seraya mendekati Hanin dan memberi beberapa nasihat kemudian berjalan ke arah pintu dan keluar kamar.

"Hanin," panggil Hasta setelah Husin keluar dari kamar.

"Apa kamu bisa mengurus kepulanganku? Aku akan menunggu Dokter Soni yang akan memeriksaku," ucap Hasta dengan bibir terasa Kelu.

"Apa kamu tidak apa-apa aku tinggal sendiri Mas?" Tanya Hanin sedikit trauma untuk meninggalkan Hasta sendiri lagi.

"Aku tidak apa-apa. Kamu jangan kuatir," ucap Hasta menyakinkan Hanin.

Hanin terdiam sejenak kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Jonathan.

"Jo, hari ini Mas Hasta jadi pulang. Apa kamu bisa ke sini mengurus kepulangan Mas Hasta?" Ucap Hanin setelah panggilannya di terima Jonathan.

"Kamu tenang saja, aku segera ke sana," ucap Jonathan selalu siap saat Hanin membutuhkan dirinya.

"Aku lihat Jonathan sangat menyayangi Hanin, tidak pernah menolak keinginannya. Dan selalu ada saat Hanin membutuhkan. Mungkin aku akan menawarkan pekerjaan pada Jonathan untuk bekerja di perusahaan agar suatu saat Jonathan bisa membantu Hanin untuk mengelolanya," ucap Hasta dalam hati dengan pandangan tak berkedip menatap Hanin.

"Mas Hasta? Kamu melamun lagi?" Tanya Hanin sambil melambaikan tangannya beberapa kali di wajah Hasta.

Hasta mengedipkan matanya kemudian meraih tangan Hanin dan menggenggamnya.

"Aku tidak sedang melamun, aku hanya berpikir untuk bisa cepat pulang dan beristirahat di rumah," ucap Hasta tidak ingin Hanin mencemaskannya lagi.

"Aku berjanji padamu Nin, mulai dari sekarang aku tidak akan menunjukkan rasa sakitku. Aku harus bisa menyelesaikan apa yang harus aku selesaikan dengan cepat," ucap Hasta sambil mencium punggung tangan Hanin dengan penuh perasaan.

Hanin tersenyum kemudian memeluk Hasta dalam pelukannya.

"Kamu jangan kuatir Mas, sebentar lagi kita pulang. Aku akan menemani dan menjaga kamu dengan sangat baik. Aku tidak akan membiarkan kamu sakit lagi," ucap Hanin sambil mengecup puncak kepala Hasta.

"Hanin, seandainya aku meminta Jonathan untuk bekerja di perusahaan kita. Apa kamu setuju? Menurutmu bagaimana?" Tanya Hasta mendongakkan wajahnya menatap Hanin yang berdiri di sampingnya.

Kening Hanin sedikit berkerut dengan keinginan Hasta yang tiba-tiba ingin meminta Jonathan bekerja padanya.

"Kenapa kamu tiba-tiba berpikir seperti itu Mas?" Tanya Hanin sebenarnya setuju saja tapi ia ingin tahu alasan di balik keinginan Hasta.

"Hanya terlintas begitu saja saat kamu tadi menghubungi Jonathan. Selama ini aku dan kamu selalu mengandalkan Jonathan. Aku mau Jonathan membantuku bekerja agar aku tidak terlalu banyak berpikir dan bekerja. Kamu tidak ingin aku sakit kan?" Ucap Hasta memberikan alasannya agar Hanin menyetujui keinginannya.

"Aku setuju saja Mas. Yang terpenting kamu tidak terlalu bekerja keras lagi. Kalau Jonathan bisa meringankan pekerjaan kamu aku setuju-setuju saja," ucap Hanin memberikan persetujuannya agar Hasta bisa lebih banyak istirahat dan fokus pada terapi penyembuhannya.

"Terimakasih Nin, kalau begitu aku akan memberitahu Jonathan saat ke sini nanti," ucap Hasta merasa lega awal rencananya berjalan lancar.

Related Books

Popular novel hashtag