Sebulan kemudian.....
Pagi hari di kamar Hasta, Hanin sedang memeluk Hasta yang masih tertidur. Semalam, baru saja mereka berdua menghabiskan malam dengan bercinta. Memang, hari demi hari mereka berdua melewati waktu dengan perasaan bahagia. Namun demikian, Hanin tahu ada perasaan gelisah dan cemas di wajah Hasta setiap kali sedang sendiri.
Hanin tahu, apa yang sudah membuat Hasta cemas dan gelisah. Tidak ada hal lain selain tibanya hari proses bayi tabung, di mana Jonathan memberikan sperma kepadanya.
"Kamu pasti mencemaskan hari ini Mas, tapi aku percaya dengan apa yang kita lakukan sebulan ini akan membuahkan hasil. Aku sudah menjalankan apa yang sudah di perintahkan Dokter Lely. Semoga, Tuhan mengabulkan keinginan kita berdua," ucap Hanin dalam hati sambil mengusap lembut wajah Hasta.
Merasakan sentuhan lembut di wajahnya, perlahan kedua mata Hasta terbuka.
"Kamu sudah bangun Nin?" tanya Hasta sedikit memicingkan matanya.
Hanin hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Apa kamu masih kedinginan Mas?" tanya Hanin sambil membetulkan selimut yang menyelimuti tubuh Hasta.
"Tidak terlalu Nin," sahut Hasta dengan tatapan sangat lembut. Merasakan kehangatan yang telah di berikan Hanin.
"Apa rencanamu hari ini Mas?" tanya Hanin lagi dengan posisi yang masih sama memancing percakapan tentang keinginan Hasta.
Untuk sesaat Hasta terdiam, kemudian meraih tangan Hanin dan mengusapnya lembut.
"Hari ini aku akan mengajakmu ke tempat Husin, kamu masih ingat dengan Husin kan?" ucap Hasta dengan wajah serius.
Hanin menganggukkan kepalanya.
"Aku masih ingat, Dokter Husin yang merawat sakit kamu kan Mas? kenapa kita kesana Mas? apa kamu merasakan sakit lagi?" tanya Hanin seolah-olah tak mengerti dengan apa yang akan di bahas Hasta.
"Tidak Nin, aku baik-baik saja. Aku sudah menceritakan apa yang kita inginkan pada Husin. Dan dia mau membantu kita. Dia punya temen, Dokter khusus kandungan yang bisa menolong kita untuk segera punya anak. Apa kamu mau mencobanya Nin?' tanya Hasta dengan tatapan cemas, merasa takut kalau ada penolakan dari Hanin.
"Tentu saja aku mau Mas. Bukankah lebih cepat punya anak, itu akan lebih untuk kita. Benarkan Mas?" sahut Hanin berusaha tetap tenang menanggapinya.
Hasta menganggukkan kepalanya dengan berat, namun demikian ia harus melakukannya demi kebahagiaan Hanin.
"Mungkin kita akan menginap beberapa hari di sana, ada beberapa proses yang harus kita jalani. Seperti yang pernah di jelaskan Dokter Lely. Kamu masih ingatkan?" ucap Hasta dengan suara berat. Hanin melihat jelas kesedihan di wajah Hasta saat mengucapkannya.
"Ya Mas, aku masih ingat. Apa Dokter Lely juga membantu kita Mas?"
"Untuk saat ini, kita hanya bergantung pada Husin. Tapi setelah semua proses kita jalani, kita tetap meminta bantuan Dokter Lely untuk membantu kamu," jelas Hasta dengan perasaan campur aduk.
"Apakah kamu yakin, cara kita ini pasti berhasil Mas?" Pancing Hanin lagi.
Hasta terdiam, kembali mengusap lembut punggung tangan Hanin.
"Mas?? ada apa?"
"Aku yakin, proses kali ini akan berhasil Nin. Semoga saja, kamu bisa hamil secepatnya," ucap Hasta dengan sebuah senyuman sedih.
"Aku juga merasa yakin Mas, semoga saja apa yang kita inginkan di kabulkan Tuhan," ucap Hanin seraya mengusap wajah Hasta dengan perasaan sedih juga.
"Aku bisa merasakan kesedihanmu Mas, aku harap kamu tetap bahagia dan baik-baik saja Mas," ucap Hanin dalam hati masih mengusap lembut wajah Hasta.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Hasta meraih punggung Hanin dan memeluknya sangat erat.
"Kita berangkat pagi ini Nin, Husin bisa memberikan waktunya pagi ini," ucap Hasta setelah melepas pelukannya.
Hanin menganggukkan kepalanya, kemudian membantu Hasta turun dari tempat tidur.
"Sebaiknya kamu mandi dulu Mas, aku mau menyiapkan sarapan," ucap Hanin dengan tersenyum kemudian beranjak keluar kamar.
Hasta menghela nafas panjang, kembali duduk di pinggiran tempat tidur.
Dengan perasaan berat, Hasta meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Jonathan untuk segera menyusul ke kota. Hasta sangat berterimakasih karena Jonathan sudah bersedia membantunya. Dengan adanya sperma bantuan Jonathan, Hasta yakin proses bayi tabung akan bisa berhasil.
"Tidak penting aku bahagia atau tidak Nin, aku hanya ingin kamu bahagia," ucap Hasta dengan nafas tertahan bangun dari duduknya dan pergi ke kamar mandi.
Setelah menyempatkan sarapan pagi dulu, Hasta dan Hanin di antar Rahmat pergi ke kota ke tempat rumah sakit di mana Dokter Husin bekerja.
Perjalanan satu jam mereka lewati tanpa ada halangan. Sampai di rumah sakit, Rahmat bergegas keluar mobil dan membukakan pintu buat Hasta dan Hanin.
"Rahmat kamu bisa istirahat di Hotel yang sudah aku pesan. Nanti aku akan menghubungimu kalau semua sudah selesai," jelas Hasta pada Rahmat yang berdiri depannya.
"Baik Den, saya kembali ke Hotel dulu," sahut Rahmat menganggukkan kepalanya pada Hasta dan Hanin kemudian masuk ke dalam mobil.
"Ayo Nin, kita masuk," ucap Hasta seraya meraih tangan Hanin.
Hanin menganggukkan kepalanya kemudian mengikuti langkah pelan Hasta masuk ke dalam rumah sakit.
"Hasta!" panggil seseorang yang ternyata Husin sudah menunggunya.
Hasta menghentikan langkahnya melihat Husin menghampirinya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Husin sambil menyalami Hasta dan Hanin bergantian.
"Aku sangat baik. Kamu jangan mengkuatirkan aku lagi," sahut Hasta dengan sebuah senyuman.
"Benarkah?? Kebetulan sekali kalau kamu baik-baik saja. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu tentang prosesnya," ucap Husin meyakinkan Hasta untuk mengikuti proses sesuai keinginan Hanin bukan keinginan Hasta lagi.
Kening Hasta mengkerut, merasa was-was kalau ada masalah dalam proses kehamilan Hanin nanti.
"Kamu jangan tegang seperti itu. Aku akan tetap membantu kamu dan Hanin. Jangan cemas," ucap Dokter Husin dengan tersenyum sambil menepuk bahu Hasta.
"Ayo, kita ke sana," lanjut Husin sambil menunjuk sebuah ruangan khusus di mana temannya sudah menunggu.
Sampai di ruangan yang cukup besar, Husin memperkenalkan pada Dokter Irwan yang khusus menangani proses bayi tabung.
"Hanin, seperti yang sudah di jelaskan Hasta. Kamu dan Hasta sudah mengkonsumsi obat yang di berikan Dokter Lely kan? kalau semua itu sudah terpenuhi kita bisa jalankan prosesnya sekarang," ucap Husin memastikan obat yang ia berikan khusus untuk Hasta telah di berikan Hanin secara rutin.
"Sudah Dokter," sahut Hanin dengan cepat.
"Baiklah, kalian nanti bisa di bantu Dokter Irwan sampai prosesnya selesai," jelas Husin menatap Hasta dan Hanin secara bergantian.
Hasta dan Hanin menganggukkan kepalanya secara bersamaan.
"Husin, bisa kita bicara sebentar," ucap Hasta dengan tiba-tiba, ingin memastikan kedatangan Jonathan.
"Tentu saja," sahut Husin berdiri dari tempatnya membawa Hasta sedikit menjauh dari Hanin.
"Apa Jonathan sudah menemuimu?" tanya Hasta dengan wajah gelisah.