Chereads / Mikayla / Chapter 3 - Beasiswa

Chapter 3 - Beasiswa

Mika yang sedang terburu - buru pergi kuliah bersiap keluar kamar. Baru saja tangan nya meraih handel pintu dan membuka nya sedikit, di luar kamarnya tepatnya di ruang keluarga, terdengar Karina yang sedang berbincang dengan salah satu temannya melalui sebuah video call. Suasana rumah yang sepi membuat telinga Mika dengan jelas mendengar apa yang sedang Karina perbincangkan.

"Terus ini bagaimana? Argh... Sial... Kenapa mereka baru mengirimkan email itu sekarang." gerutu Karina.

Mika masih tak bergeming di tempatnya. Mendengar semua ocehan Karina.

"Terus apa yang akan kau lakukan, Rin?" tanya seseorang yang wajahnya terlihat di layar ponsel milik Karina.

"Yang jelas aku tak akan mungkin mengabaikannya. Kau tahu bukan menjadi desainer internasional adalah cita citaku sejak dulu. Oleh sebab itulah aku sangat mengharapkan bea siswa itu. Karena papaku tidak akan mungkin mau membiayai kuliah S2 ku. Apalagi di luar negeri yang biayanya juga tak mungkin bisa dibilang sedikit. "

"Lalu..."

"Entahlah. Aku tak tau. Nanti aku pikirkan lagi."

Setelah mengatakan itu Karina bangkit berdiri. Masih sibuk dengan video callnya tanpa ia tahu jika Mika sedang menguping pembicaraan nya di balik pintu kamar.

Begitu saja Karina masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu nya. Sehingga Mika tak lagi bisa mendengar apa yang tengah di perbincangan kakaknya. Mika memutuskan untuk keluar kamar. Tergesa mengambil motornya dan meninggalkan rumah dengan sejuta tanya.

Bahkan sampai satu hari ini disaat jam kuliahnya telah usai, Mika masih saja kepikiran dengan semua perkataan Karina mengenai bea siswa itu .

Mika memutuskan duduk termenung seorang diri di kursi taman kampus. Memejamkan mata sambil menerka - nerka. Apa sekiranya yang dimaksud oleh kakaknya. Jika Mika dapat simpulkan bahwa Karina mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di luar negeri. Lalu... Jika Karina menerima tawaran itu, bagaimana dengan pernikahan kakaknya itu.

Dalam acara pertunangan Karina dengan Dani tempo hari, telah ditetapkan tanggal pernikahan mereka berdua sekitar tiga bulan lagi dari sekarang. Awalnya Irsyad yang merupakan papa Karina dan Mika, meminta perpanjangan waktu mengingat tiga bulan itu dirasa Irsyad sangat kurang untuk menyiapkan semuanya. Akan tetapi keluarga Dani ternyata yang akan menjamin dan mengatur semuanya. Sehingga Irsyad diminta untuk tidak panik dan tak perlu menyiapkan apapun juga. Menjadi lega hati Irsyad sehingga ia pun akhirnya menyetujui bahwa pernikahan Karina dengan Dani akan dilangsungkan tiga bulan lagi.

Entah kenapa hati Mika menjadi kepikiran sesuatu. Akan tetapi Mika segera menepis nya kuat- kuat. Ia yakin jika kakaknya pasti akan lebih memilih menikah dengan Dani daripada menerima beasiswa itu.

Tak mau ambil pusing persoalan Karina, Mika memutuskan untuk segera pulang. Jika ia pulang telat dan kesorean bisa dipastikan mamanya tak akan habis mengomelinya.

Bergegas Mika menuju area parkiran kampus. Mengambil motor yang ia letakkan disana. Segera memacu laju motornya hingga tak sampai satu jam lamanya, Mika telah sampai di rumahnya.

Benar saja, Yulia sudah menunggu nya di depan pintu sambil berkacak pinggang.

"Kau darimana saja, Mika?! Kenapa jam segini baru pulang! Pasti kau kelayaban kan?" tuduh Yulia dengan membabi buta. Bahkan wanita itu tak peduli dengan raut kelelahan di wajah Mika.

Tanpa menjawab atau mengelak semua yang Yulia tuduhkan, Mika mengambil tangan Yulia dan mencium punggung tangan wanita itu.

" Maaf, Ma. Mika telat datang karena tadi ada pelajaran tambahan."

"Halah... Alasan kamu saja!"

Mika menghela nafas nya lelah, memilih masuk ke dalam rumah meninggalkan Yulia yang masih mengomelinya tidak jelas. Mika masuk ke dalam kamar lalu menyimpan tasnya. Selanjutnya gadis itu keluar lagi dan langsung menuju ruang belakang. Mengambil peralatan kebersihan seperti sapu dan alat pel. Mulai menyapu lantai meski tubuhnya terasa sangat letih.

Yulia, mengetahui akan hal itu, menghentikan caci makinya dan melengos pergi masuk ke dalam kamar. Membiarkan Mika mengerjakan semua nya. Dengan ikhlas Mika mulai membersihkan ruang demi ruang yang berada di dalam rumah kedua orang tuanya.

Dan pada saat ia memasuki kamar Karina, tanpa sengaja Mika melihat sebuah lembaran kertas hasil print out yang dilakukan Karina. Dengan lancang Mika mengurkan tangan dan membaca semua yang tertulis disana.

Beasiswa untuk Karina dapat kuliah S2 di paris. Mika tersenyum ikut senang dan bangga karena kakaknya mampu mendapatkan beasiswa itu. Karena untuk mendapat beasiswa kuliah di luar negeri itu tidaklah gampang. Butuh perjuangan. Bisa satu tahun sendiri untuk bersabar menerima kabar baik seperti itu.

Mika terdiam lalu meletakkan kembali kertas tersebut di atas meja samping printer milik Karina. Ia takut jika ketahuan oleh Karina dimana ia telah lancang berani menjamah area pribadi kakaknya.

Karina yang saat ini sedang bekerja di salah satu butik ternama di kota ini, pasti sebentar lagi akan pulang. Dan Mika buru - buru membersihkan kamar Karina sebelum kakaknya itu pulang.

Hingga malam harinya Mika masih dibuat penasaran dengan adanya bea siswa itu. Dan lagi- lagi seperti tadi pagi. Ia tak ada niat menguping pembicaraan kakaknya. Akan tetapi tujuan Mika yang akan pergi ke dapur dan kebetulan lagi sedang melewati kamar Karina, mendengar lagi apa yang Karina perbincangkan. Salahkan saja Karina yang berbicara dengan nada lantang sehngga telinga Mika dengan baik sanggup mendengarkan.

"Ya jelas aku akan menerimanya. Ini kesempatan langka yang tidak akan datang untuk kedua kalinya."

Hanya itu yang Mika dengar sebelum ia memilih minggalkan kamar kakaknya dan melanjutkan langkah menuju dapur. Mengenai beasiswa itu tidak ada hubungan dengan nya. Jadi untuk apa juga Mika ikut ikutan berpikir. Biarkan Karina menentukan sendiri jalan hidupnya. Dan Mika tak boleh ikut campur semua urusan Karina.

Hanya saja yang menjadi perhatian Mika tetap pada rencana pernikahan Karina. Apa mungkin nantinya Karina akan membatalkan pernikahan nya atau mungkin akan menunda saja tanggal pernikahan yang telah ditetapkan kedua keluarga. Mika menggelengkan kepalanya. Cepat-cepat ia menuang air ke dalam gelas dan meneguknya hingga tandas. Begitu Mika berbalik badan ingin kembali ke kamar, jantungnya serasa ingin copot dari tempatnya.

Sejak kapan Karina ada di belakang tubuhnya. Bukankah kakaknya itu tadi ada di dalam kamar.

"Kak..."

Karina memperhatikan Mika. Merasa aneh dengan kegugupan Mika di hadapannya.

"Kau ini kenapa?" tanya Karina menyelidik.

"Aku.... Aku tidak kenapa-kenapa, Kak."

"Tapi kau tampak aneh. Apa ada hal yang sedang kau sembunyikan dariku?" Tuduh Karina membuat Mika melotot. Ini kenapa jadi dia yang gugup ya.

Bukankah ia tak ada masalah apapun. Harusnya yang memiliki masalah besar disini adalah Karina. Tapi justru Mika yang terlihat grogi.

" Apa nya yang aneh, Kak. Aku baik- baik saja kok. Ya sudah aku akan kembali ke kamar. Selamat malam kak".

Mika begitu saja meninggalkan Karina yang masih menatap punggungnya yang telah keluar dari dalam dapur rumahnya.