Di mata Mika, Karina begitu cantik hingga siapa saja pasti akan memujinya. Sementara kekasih hati Karina juga tak kalah tampan nya. Benar benar pasangan yang serasi. Tanpa sadar Mika tersenyum seorang diri. Membayangkan seandainya ia nanti juga akan menemukan lelaki yang tulus mencintainya. Pastinya ia akan merasa bahagia. Sama persis dengan apa yang sedang Karina rasakan saat ini. Hanya saja, menurut Mika jodoh nya pasti masih akan lama datangnya. Bagaimana tidak jika di usia yang ke dua puluh tahun Mika tak pernah merasakan yang namanya pacaran. Jatuh cinta pernah. Tapi sebatas suka tanpa berani mengungkapkan. Mana berani Mika menjalin hubungan asmara dengan lelaki jika ia tidak ingin mendapat amukan dari papa dan juga mamanya.
Hanya satu teman lelaki yang pernah dekat dengannya. Mantan tetangganya yang kini sudah pindah ke Jepang. Kenzo Kato namanya. Ya, sejak Mika Sekolah Dasar sampai mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas, hanya Kenzo satu satunya teman yang dekat dengan nya. Dan semenjak kepergian Kenzo, Mika seolah menutup dirinya dari semua lelaki yang berusaha mendekati. Bukan karena ia sombong tapi lebih menjaga diri agar tak sakit hati acapkali mama dah sang kakak yang terus saja mengoloknya.
Acara pertunangan yang sedang berlangsung mendapat sambutan meriah dari semua tamu undangan. Senyum merekah terus saja terlihat dari bibir merah merona milik Karina. Sementara itu acara seserahan dimana ibunda dari lelaki bernama Dani, menyerahkan satu set perhiasan keluarga kepada Karina.
Jelas Mika melihat bagaimana raut muka Karina yang berbinar. Begitupun dengan mamanya. Menampakkan raut muka yang sama. Bagaimana tidak bahagia jika baru tunangan saja Karina sudah mendapat satu set perhiasan yang Mika taksir harganya mencapai ratusan juta rupiah. Sangat beruntung sekali nasib Karina. Mendapat calon suami yang tak hanya kaya tapi juga sangat tampan luar biasa. Lagi - lagi hati Mika mencelos. Benarkah ia iri pada apa yang telah Karina capai?
Jika boleh jujur, tentu saja Mika iri. Bagaimana pun juga, Karina ini selalu mendapat apa yang gadis itu inginkan. Sekolah di sekolah Internasional dengan biaya yang mahal. Sementara Mika harus bersabar bersekolah di sekolahan negeri yang minim biaya. Sementara itu, saat kuliah Karina memilih mengambil jurusan tata busana yang dimana Mika tahu bahwa cita cita Karina memanglah ingin menjadi seorang desainer.
Sementara Mika, saat mengutarakan niatnya yang ingin mengambil jurusan tehnik sipil saat kuliah, karena gadis itu bercinta cita untuk menjadi seorang arsitek, maka cibiran yang Mika dapat. Mika masih ingat bagaimana kata kata yang terlontar dari mulut sang mama. Perempuan untuk apa kuliah tinggi tinggi. Mana bermimpi lagi menjadi seorang arsitek yang jelas - jelas itu profesi lelaki. Dan Mika pun pada akhirnya pasrah. Kuliah mengambil jurusan ekonomi sesuai yang kedua orang tuanya minta. Meski demikian tak akan pernah Mika lupa untuk selalu bersyukur. Setidaknya, papa dan mama masih mengijinkan nya untuk kuliah. Karena di luaran sana banyak sekali anak putus sekolah atau yang tak mampu melanjutkan kuliah.
Suara riuh tepuk tangan menyadarkan Mika dari lamunan. Tampak di depan sana Karina tertawa setelah calon suaminya mencium kening nya. Romantis sekali. Melihatnya hanya bisa membuat Mika berandai andai. Ia ia akan selalu berdoa agar dipertemukan dengan lelaki baik dan sayang kepadanya. Setidak nya seorang lelaki yang maau mengenaskan nya dari keluarga yang sangat membenci nya. Ia sudah tak sanggup lagi sebenarnya terus berada disini. Menjadi bahan bullyan Karina. Menjadi bahan cacian mamanya. Dan menjadi bahan olokan papanya.
Tapi Mika bisa apa. Meski ia sendiri yakin jika ia bukanlah anak kandung mereka, nyatanya tak ada yang mau memberitahu dirinya tentang siapa dia sesungguhnya dan bagaimana asal usul nya dulu. Hingga Mika harus tetap berbesar hati menjalani semua nya.
"Hei... Mika!" suara nyalang dari sang mama lagi - lagi membuat nyali Mika menciut.
"I-iya, Ma." jawab Mika takut takut sambil menundukkan kepala.
"Kenapa kau justru bengong disitu, Hah! Bereskan itu semua gelas gelas dan piring yang berceceran. Bukan nya enak enakan bermalas malasan disini. Dasar anak tak tahu diri!"
Yulia pergi meninggalkan goresan luka di hati Mika. Selalu seperti itu. Hinaan dan caci maki mamanya selalu menyakiti hatinya. Mika memejamkan mata kuat-kuat. Berharap tangisnya tidak pecah saat itu juga. Karena banyak orang justru akan membuat Mika malu jika kedapatan sedang menangis .
Segera beranjak dari tempatnya. Mengerjakan apa yang tadi mamanya perintahkan. Memberatkan gelas kosong serta piring kosong. Dan membawanya ke belakang. Setelahnya Mika kembali ke depan memunguti sampah yang berserakan. Acara pertunangan belum usai. Ini masih acara perjamuan untuk para tamu undangan yang hadir.
Dengan telaten Mika mengisi kembali piring piring hidangan yang telah kosong. Begitupun memenuhi kembali minuman yang juga telah banyak kosong. Sebenarnya Mika tidak sendirian mengerjakan ini karena masih dmada seorang pembantu juga yang membantu Mika. Mereka bekerjasama agar membuat acara ini sukses. Meski hanya mendapat jatah bagian konsumsi nyatanya Mika tak pernah memprotes nya. Menjalani semua dengan senyum yang dipaksakan.
Tanpa di sadari oleh Mika juga Karina, diam - diam Dani yang tak lain adalah calon suami Karina, memerhatikan semua gerak gerik Mika. Salam hati Dani sempat terheran karena Mika yang merupakan adik Karina justru melakukan semua tugas berat yang tak sepatutnya dikerjakan oleh gadis itu. Akan tetapi keluarga Karina seolah tak peduli akan hal itu. Justru acapkali Dani melihat mama Karina meminta pada Mika untuk membersihkan bekas bekas makanan para tamu undangan. Timbul tanya di benak Dani. Apa yang sedang terjadi pada keluarga calon istrinya. Kenapa memperlakukan Mika sedemikian rupa. Tapi Dani tak mau ambil pusing atau ikut campur. Lagi pula Dani belum resmi menjadi bagian dari keluarga Karina. Mungkin nanti jika ia dan Karina sudah resmi menikah maka Dani akan mencari tahu nya.
Hingga acara pertunangan itu usai dan keluarga Dani serta para tamu undangan meninggalkan kediaman keluarga Irsyad, Mika masih saja belum bisa beristirahat. Gadis itu kini justru sibuk dengan pekerjaan mencuci semua perkakas yang baru saja dipakai untuk jamuan makan. Sementara pembantunya sibuk membersihkan rumah. Ya Tuhan! Mika sangat capek dan ingin segera istirahat. Terlebih punggungnya yang kebas dan panas. Akan tetapi Mika tak bisa meninggalkan semua ini begitu saja. Ia tetap harus menyelesaikan semua jika tidak ingin mamanya marah dan menghukum nya. Dalam diam nya Mika berusaha tetap sabar. Berharap sebuah keajaiban menghampirinya suatu saat nanti. Karena ia sudah sangat lelah dengan semua ini.