Chereads / Bad romance / Chapter 3 - Membalas Albern

Chapter 3 - Membalas Albern

"Aku diam bukan berarti aku kalah." -Albern Ainsely Kendo-

"Sila apa kau terluka?" Tanya Edwin yang kini menatap Sila penuh kekhawatiran. Setelah beranjak dari kantin, Sila, Tina dan juga Edwin berjalan menuju kamar mandi untuk membantu Sila membersihkan tubuhnya.

"Aku tak apa. Lihat saja nanti aku akan membalas perbuatan Albern." Ucap Sila penuh penekanan sembari membersihkan wajahnya yang terkena cream. Edwin dan Tina menatap Sila ragu. Bagaimana bisa Sila membalas perbuatan Albern padanya?

"Sila, kau akan membalas Albern dengan cara apa?" Tanya Tina menatap ragu Sila.

Sila tersenyum miring, " Kita lihat nanti." Ucap Sila seraya melangkah keluar dari kamar mandi. Ketika Sila hendak berbelok menuju kelas tak sengaja dirinya melihat Albern dan teman-temannya juga berjalan menuju kelasnya.

Dari arah belakang Sila menatap Albern kesal. Dengan sejuta keberanian Sila melepas sepatu kets yang melekat pada kakinya dan mulai melayangkan tepat dikepala pemimpin The Dark tersebut.

"Arghh..." Teriak Albern sembari memegang kepalanya yang sedikit pening. Sila menatap puas hasil lemparannya, sungguh bakat yang sempurna, pikirnya.

Albern membalikan tubuhnya dan menatap Sila tajam yang kini menertawainya penuh kemenangan. Keberadaan The Dark sedikit menyita perhatian dari para mahasiswa ataupun mahasiswi yang sedang berada ditempat tersebut. Penampilan mereka yang sangat mewah dengan aura kuat milik masing-masing dari mereka membuat banyak gadis rela melakukan apapun demi The Dark. Albern cs lebih memilih penampilan dengan pakaian berlapis yang dipadukan dengan coatĀ untuk memberi kesan stylish.

Masih dengan menatap tajam Sila, Albern dan teman-temannya mulai mendekati Sila. Sedangkan Sila merasa gelisah dan juga gugup karena tatapan tajam dari Albern yang tertuju padanya.

Satu langkah lebih dekat dari Sila, Albern mulai mendekati Sila hingga nyaris tak berjarak. Sila yang berada didekat Albern mulai salah tingkah. Dirinya mencoba berlari dari tempat tersebut namun Albern dengan kuat menarik kerah bajunya dari arah belakang dan mulai menariknya ke tempat semula.

Dengan muka memerah menahan amarah Albern menatap Sila tajam. Namun tatapan yang awalnya tajam kini berubah menjadi sayu.

Sila menangkap ada perubahan dari raut wajah Albern. Albern yang tadinya menatap Sila tajam kini berubah menjadi sayu?

Tidak! Sila mencoba untuk tetap bertahan pada posisinya. Entah mengapa tatapan Albern membuat Sila mendadak melemah.

Albern merogoh sesuatu dari balik celananya dan melemparkannya tepat diwajah Sila. Sila yang tadinya berdiri kikuk kini memperhatikan sesuatu yang dilempar oleh Albern. 'Kartu merah?' Batin Sila bingung.

Dengan gaya angkuhnya Albern mulai berjalan sedikit demi sedikit menjauh dari Sila dan mengedarkan pandangannya pada semua orang yang menonton pertunjukan tersebut.

"Bagi siswa ataupun siswi kampus ini, aku persilahkan kalian menindas gadis tersebut hingga keluar dari kampus ini sendiri karna tak tahan. Silahkan lakukan apa yang kalian mau." Teriak Albern menggelegar dipenjuru kampus.

Sila yang tahu bahwa dirinya yang dimaksud oleh Albern terkejut bukan main. Sila tak pernah menduga kalau karna hal kecil ini Albern akan mengucapkan hal itu padanya. Sila berdiri kaku ditempatnya, bagai disambar petir di siang bolong lidahnya mendadak kelu. Tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

"Albern, kurasa keputusanmu salah. Dia perempuan." Sahut Edwar yang kini menatap Albern datar.

"Aku tak peduli." Ucap Albern penuh penekanan setelah itu pergi meninggalkan tempat tersebut. Albern melenggang pergi dari sana dengan aura keangkuhanya, jangan lupakan sorot mata Albern yang tajam bak mata elang yang siap menerkam siapapun yang mengusiknya.

"Sila, tolong maafkan Albern." Ucap Edward pada Sila yang menunduk.

Sila mendongak menatap Edward, bagaimana bisa Edwin berbohong padanya. Edwin berkata jika anggota The Dark juga sama sombongnya dengan Albern. Namun Sila tak melihat sedikitpun kesombongan dari teman-teman Albern. Bahkan mereka terlihat baik bagi Sila, ya ... walaupun Sila juga kadang jengah dengan sifat The Dark yang sok cool.

Sila mengangguk pada Edward dan mulai melangkahkan kakinya menuju kelas. Di sepanjang koridor kampus semua orang menatap Sila sinis. Sila yakin berita tentang dirinya dan Albern pasti sudah melebar luas di seantero kampus ini.

'Apakah aku akan dibully nantinya?' Pikir Sila sedih.

Sila menuju kelasnya dan dirinya dapat melihat Albern yang kini menatapnya intens. Sila mencoba bersikap tenang dan mengikuti kelas dengan baik.

******

Setelah 2 jam pelajaran, Sila segera bergegas menuju parkiran untuk mengambil sepedanya. Namun saat dirinya berjalan menuju parkiran, terdapat beberapa orang yang dengan sengaja menumpahkan minuman di baju Sila. Sila menatap tajam orang tersebut, namun beberapa orang tersebut malah menertawakannya dan berjalan meninggalkan Sila. 'Shitt' Batin Sila mengumpat.

Ketika sampai di parkiran, Sila segera menaiki sepedenya. Tapi ketika hendak mengayuh ada sesuatu yang mengganjal di sepedanya. Sekali lagi Sila mengumpat, ban sepedanya bocor dan rantainya terlepas. Kini dirinya mengerti kalau hal ini dilakukan dengan sengaja. Pasti ini karena ucapan Albern tadi pagi, pikir Sila. Akhirnya dengan terpaksa Sila menuntun sepedanya kembali ke rumah.

Ketika di pertengahan jalan, Sila berhenti di tepi jalan dan mengusap peluh yang membanjiri pelipisnya. Mata Sila melebar kala dirinya merasa semua baju yang dirinya kenakan basah dan juga kotor karena terkena noda tanah. Sila berteriak memanggil pengendara mobil yang melintas disampingnnya. Ya ... Sila tahu ini adalah sebuah kesengajaan untuk dirinya yang kesekian kali.

Sila menangis di sepanjang jalan, memikirkan nasibnya yang begitu buruk. Sila menyesali perbuatannya yang dengan berani melempar Albern menggunakan sepatunya. Kini Sila sendiri yang mendapat balasan. Tapi Sila juga geram karena disini bukan hanya dirinya yang bersalah tetapi juga Albern. Jika saja Albern tak menginjak ponsel Sila, Sila pastikan dirinya tak akan melakukan ini.

"Apa yang harus ku lakukan?" Gumam Sila seorang diri.

Sila berinisiatif akan meminta maaf dengan Albern besok. Sila tak peduli jika nantinya dirinya akan dipermalukan lagi oleh Albern. Yang terpenting bagi Sila sekarang adalah membujuk Albern. Tapi, satu hal yang mengganjal dalam hati Sila. Entah ada apa dengan dirinya, Sila menyukai senyum Edward. Sangat manis dan juga tulus, pikir Sila.

"Kenapa aku jadi memikirkan Edward? ya, ku akui dirinya memang tampan dan juga baik. Tapi sama saja, dia itu anggota The Dark. Oh iya, sapu tangannya?!" Ucap Sila dengan dirinya sendiri.

Akan ku kembalikan besok, pikir Sila. Sila tak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Tapi entah mengapa wajah Edward selalu terlintas di kepalanya. Apa Sila menyukai Edward?

Tapi Sila juga sadar diri kalau dirinya mungkin tak pantas jika disandingkan dengan Edward. Edward sangat tampan dan juga kaya. Memang, Sila juga berparas cantik, tapi bagi Sila cantik saja tidak cukup. Semuanya butuh uang. Satu hal yang perlu kalian tahu bahwa yang ada dalam pikiran Sila hanya uang. Sila selalu berandai-andai dirinya memiliki uang yang berlimpah.

Tapi ibunya selalu mengingatkan Sila, bahwa uang bukanlah segalanya. Percuma jika kita memiliki uang banyak kalau kita tak bahagia?

Itu semua hanya percuma.

Tak terasa Sila sudah sampai didepan rumahnya. Sila segera memasukan sepedanya ke dalam bagasi dan masuk kedalam rumah. Seperti hari sebelumnya, keadaan rumah Sila sepi. Tak ada siapapun didalamnya.

Sila memasuki kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya serta mulai melakukan kegiatan malamnya, Belajar.