Pikiran Alifah terbang jauh saat kejadian kemarin dulu tepatnya beberapa hari yang lalu.
Flesh Back
Saat Ia berjalan lambat seperti siput sebagai ciri khasnya. Tiba tiba kapal kertas melintas dan berhenti tepat di dapannya. Dia mendongak keatas mencari sang pelaku, menengok kekanan kekikiri arah belakang tapi sang pelaku tak ada. Dia pikir hanya sampah, tapi akan berakibat fatal jika dia yang dituduh sebagai pelaku. Karena terdapat peraturan jika membuang sampah tidak pada tempatnya maka ada sanksi yang harus di bayar. Jadi dengan terpaksa Alifah mengambilnya untuk membuangnya ke kantong sampah yang tersedia tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dan tiba tiba rasa penasaran menyerangnya. Biasanya ini penyakit si Fira yang penasarannya sudah ketingkat akut tak tertolong lagi. kok dia ikut tertular sih??! Dibongkarnya pesawat kertas itu siapa tau, ada pesan terselebung di dalam lipatan kertas untun dirinya.
Sungguh ini konyol dan dia merasa ini bukan dirinya. Daannn....simsalabin abda kababraaaa ternyata beneran ada. Kata hati memang tak pernah berbohong. Dan setelah di baca jantung Alifah terasa ingin copot. Ingin lepas dari tempatnya. Ini lebih mengerikan dari teror Wahai pemirsa.
" Astagfirullah hal adzim.. sia.. siapa yang memberinya kertas ini. " tanya Alifah dalam hati sambil menjerit. Ini ungkapan main main kah? Atau keisengan belaka?, tapi pelakunya siapa?? Apa dia serius??
Mendadak dia seperti Fira saat penasaran, memburu jawaban dengan pertanyaan yang belum memuaskan dirinya. Ya kalo di ajak pacaran tampa harus berpikir, lansung di tolak. Kan pacaran haram. Kita dilarang mendekati zina sementara pacaran itu awal dari zina. Ibarat kita berada di depan pintu, dan pacaran itu adalah pintunya. Jika membiarkan diri kita memasuki pintu, itu artinya kita sendiri mengundang mala petaka dan mengudang murkanya Allah.
Alifah sih Ogah di murkai Allah. Kalian juga kan??!! Makanya kita di larang untuk mendekati yang namanya pacaran. Kita mesti berlari menjauh sejauh mungkin dari pintu gerbang tersebut, kalau perlu bikin tuh tembok yang tebal dan tinggi menjulang serta siapkan Senjata beserta pasukan agar virus Love tak bisa menyerang kita. Jangan biarkan setan berteman dengan kita dan tertawa atas perbuatan kita. Karena Virus Love akan berkah pada sesuatu yang halal, kalo dalam masih pacaran itu mengundang bencana pemirsa. Setan tak akan membiarkan kita hanya berpegangan tangan saja, tapi dia akan berusaha keras agar kita melakukan yang lebih dari pada itu. Bahkan lebih dan lebih lagi.
Nah kalo dilamar?? Waow nekat benner ??Patut di ajungi jempol nih jika Niatnya karena Lillah. Emang si cowok sudah mampu?? Mampu dalam segala hal?? Apa jangan jangan Alifah keseringan berkoar ya jika ada yang 'menyet' langsung di beri ayat. Tentang larangan pacaran,lantas seseorang ingin melamarnya??
Belum selesai rasa penasaranya sang pelaku ternyata datang dari depan berlari ke arahnya. Dan Alifah sudah tahu Alifah yang di maksud bukan dirinya. Tetapi Alifah yang lain. Rasa penasarannya hilang seketika dan berganti dengan malu yang di sembunyikan sedalam mungkin karena sempat mengira jika yang dimaksud adalah dirinya. Meskipun rona merah dipipinya masih terlihat malu malu. Tampa sang pelaku meminta kertasnya Alifah menyodorkannya dan berlalu begitu saja tampa suara.
" Aku minta maaf" kata Alif sang pemilik kertas.
Langkag alifah memang berhenti, tapi tak menoleh sekalipun. Kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Kamu enggak dengar?? Aku bilang aku minta maaf" kata Alif menaikkan dua oktaf volume suaranya.
"Di maafkan" balas Alifah singkat sambil berlalu dengan cuek.
Alif tak mengganggunya lagi, toh dia sudah meminta maaf dan Alifah juga sudah bilang di maafkan. Jadi ngapain repot repot mengkofirmasi yang sudah selesai. Dimaafkan secara tulus maupun enggak itu bukan urusan Alif lagi, yang jelas dia sudah meminta maaf. Beres. Rasa bersalah abaikan.
Belum jauh Alifah melangkah karena memang langkahnya mirip siput, tiba tiba suara tamparann terdengar jelas di telingah Alifah. Spontan dia berbalik semoga dia salah dengar. Tetapi tidak... pendengarannya ternyata tajam. Bekas merah cap tangan dipipi Alif tergambar jelas dengan indah. Membuatnya bukan hanya dia yang kaget tapi seluruh sisiwa yang ada disekitar lapangan, karena memang posisinnya di pinggir lapangan foly, mereka memfokuskan kekejadian yang langkah ini. Dan mustahil terjadi.
Andai ini bukan anak pemilik sekolah, Alif sudah jadi sasaran kamera oleh teman temannya. Yang tiba tiba ingin jadi wartawan seketika secara berjamaah. Tapi sayang berita news nan hot yang akan diterbikan, hanya sampai dikepala saja. Mereka takut beurusan dengan sang Nenek penguasa sekolah yang sangat melindungi cucunya itu. Tak ada yang menyangka jika Alifah, sahabat Alif sendiri pelakunya. Pencetak cap tangah di wajah tamfan Alif.
"Aku benci sama kamu!!" kata Alifah lirih dengan air mata yang hampir tumpah. Orang yang Alifah maksud selain dirinya.
Alifah kaget mendengarnya. Pertemanan mereka tersebar sudah sejak lama. Dan selama ia memasuki sekolah ini hingga sekarang alias sudah tiga tahun mereka belum pernah cekcok. Mereka tetap mesra bagaikan sahabat rasa pacar Bahasa anak jaman sekarng. Dan sekarang dia menyaksikan secara live tangan Alifah mendarat mulus di wajah tampan Idolah mereka. Termasuk Alifah yang masih terbengong yang tak jauh darinya. Dan apakah dia beruntung atau tidak, karena dirinya bukan hanya menyaksikan tapi juga bisa mendengarkan perkataan kebencian Alifah. Sementara teman temannya tentu tidak, karena perkataan Alifah sahabat kecil Alif terdengar lirih. Alifah yakin hanya mereka bertiga lah yang mendengarnya. 'Ahhh pura pura tuli saja lah.' pikir Alifah. Tapi dirinya masih berdiam diri, masih enggan untuk beranjak. Hehe dia masih penasaran Apakah Alif akan membalas perlakuan Sahabatnya, atau menunggu respon Alif. Ok Fiks, virus Fira sudah tersebar kedalam tubuhnya.
Setelah menampar Alif dan mengatakan kebenciannya Alifah berlari dengan kemarahan yang hanya dirinya yang tahu. Bahkan Alif masih bingun kesalahan apa yang pernah dibuatnya sehingga Alifa menamparnya dan mengucapkan kata becinya.
Tatapan Alif tiba tiba langusng menusuk kemata Alifah yang masih mematung. Alifah salah tingkah ditatap seperti itu, dan memutus tatapan Alif padanya. Melarikan bola matanya kesegala penjuru selain ke arah Alif karena gugup tiba tiba melandanya, menyembuhkan Virus Fira yang menyerangnya barusan. Tetapi dia tau Alif masih menatapnya dengan tajam. Seolah ingin mengataka sesuatu lewat matanya. Alifah ingin meniriaki Alif rasanya dengan peringatan Zina mata wooee... sadarr!!!
Alifah berbalik dengan kikuk secara perlahan seolah mengatakan" Aku tidak melihat dan mendengar apa apa kok, jangan khawatir!!" Dan melangkah secepat mungkin. Bukan gaya siput lagi tapi langkah ketika dia berkejaran dengan sesuatu yang mendesak. Hampir di katakan lari sih. Langkah Alifah terhenti sejenak dengan kertas yang ada dihapannya. Kertas ungu itu sudah remuk redam tapi tidak sobek. yah... kertas yang sama. Kertas yang jatuh tepat di hadapannya beberapa waktu yang lalu, kini kembali mendarapt tepat di hadapan kakinya. Yang bertuliskan "Alifah, izinkan akun melamarmu" tapi kali ini pemiliknya membuangnya dengan sengaja dengan hati yang remuk redam seperti kertas kapal tadi. Tidak seperti tadi yang jatuhnya tidak di sengaja. Lalu berjalan cepat melewati Alifah.
Flesh off
Dan kali ini bukan hanya kertas yang bertuliskan lamaran tapi ucapan lamaran pun di ucapkan oleh sang pemilik kertas. Apa Alif sakit?? Jelas jelas dia tau, kata kata itu bukan untunya. Tapi kenapa kata kata itu tertuju untuknya dengan berlian yang cantik??. Ini salah!! Bukan ini yang Alifah harapka. Ekpektasinya melayang jauh dari jangkauan.
Bukannya mengiyakan lamaran Alif, Alifah rasanya ingin bertanya balik..."apakah kamu sakit?"
"Alifah apa kamu tidak mendengarnya?? Aku melamarmu?!" ulang Alif menyadarkan Alifah dari lamunan panjangnya.
Ohh tidak!! semua mata tertuju padanya memgharap jawaban. Dia seperti saksi pelaku atas sebuah kasus pembunuhan yang jadi tersangka dihadapan sang Hakim, karena tiba tiba bukti mengarah padanya. Bisakah ia berlari saat ini.??! Menghilang atau apapun itu!! Tapi...bayangan makam ayah akan di bongkar satu minggu lagi menari nari dalam matanya. Apalagi membayangkan adiknya akan di jual..ohh tidak... ia tidak sanggup membayangkannya.
"Alifah, izinkan aku melamarmu"Ulang Alif sekali lagi gemes melihat keterdiaman Alifah tapi berusaha agar terlihat sabar menanti jawaban.
Mata Alifah mengarah ke Bu Tania, seakan meminta penjelasan. Tapi yang di tatap seakan mengatakan 'iya kan saja, aku sudah membayar utangmu'.
"Alifah...."
Panggilan Alif mengarahkan Alifah kepadanya. Seakab tak yakin kenapa Alif setuju dengan ide neneknya. Bukankah ia akan mencari bukti dan menedangnya jiks ia palsu.
"Apa kamu yakin??" Jawab Alifah pada akhirnya. " Bukannya kamu dengan..."
"Kenapa tidak??!" Balas Alif cepat memoting omongan Alifah yang akan di lontarkan. Bisa gawat jika eyang tau dirinya nyaris memberi lamaran kertas Kapal pada sahabatnya.
"Aku sangat menyayangi eyang dan mama. Mana mungkin saya menolak ke inginan mereka. Mungkin bagimu ini mustahil dan tak masuk akal, tapi yakilah ini yang akan membahagiakan eyan. Iya kan eyang?
Eyang cepat mengangguk. Bahagia rasanya ketika cucunya tidak menolak permintaannya.
'Mungki akan membagiakan eyang, tapi dosanya tidak bisa saya tanggung' jerit Alifah dalam hatinya.
"Bukannya kemarin kemarin kamu tidak setuju?? Kenapa tiba tiba kamu..."
"Saya tidak pernah menolak sebelumnya, kenapa kamu berfikiran seperti itu".
"Apa??" Kaget Alifah dengan jawaban Alif. Apa maksudnya tidak pernah menolak.
"Alif hanya diam jika di tanya setuju atau tidak jika di jodohkan. Dia tidak pernah menolak sebelumnya sayang"
Bela eyang, yang membuat Alif tersenyum miring meremehkan.
Ohh tidak.. itu artinya mereka akan menikah?? Apa boleh ia menolak??
"Kamu maukan sayang??" Tanya eyangnya sekali lagi.
"Kalau seandainya saya itu palsu apa yang yang akan eyang lakukan??
Pertanyaan Alifah membuat mereka melotot. Apalagi bu Tania mama Alif. Matanya hampir keluar saking kagetnya. Apa Alifah sudah gila mengakui jika dirinya palsu. Bisa bisa bukan cuma Alifah yang akan kena masalah tapi dirinya juga.
Lain halnya denga Alif. Senyumnya semakin mengerikan, seakan inilah yang ia tunggu. Jika memang Alifah bukanlah paslu, pastinya ia ngotot akan menolak perjodohan ini. Kecuali jika ia tergiur dengan harta eyangnya. Tapi jika di lihat dari karakter Alifah selama ini, opsi kedua mustahil. Jadi dia tidak perlu repotkan mencari bukti untuk membongkar kebohongan Alifah.
"Jadi kamu mengakui dirimu itu palsu?" Ejek Alif menyadarkan Alifah bahwa ia di jebak. Inilah yang di inginkan Alif, mengakui kebohongannya sendiri. Tapi mau bagimana lagi, nasi sudah jadi buburkan. Mungkin inilah saatnya mengakui semuanya.
Ia memandang bu Tania seakan meminta maaf.
"Sini saya perlihatkan tanda lahir kamu supaya semua orang tidak meragukan kamu lagi"
Kata eyang mengabaikan tuduhan Alif. Bu Tania semakin pucat di buatnya. Dia tidak pernah menyangka akan seperti ini hasilnya. Rasanya ia ingin pingsan saja saat ini.
"Saya tidak punya tanda lahir eyang" Akui Alifah
Tetapi sang eyang tetap ingin melihat tanda lahir Alifah dengan menggulung lengan baju tangannya sebelah kanan, tetapi Alifah menolak. Bukan takut, toh dia sudah pasrah tapi karena ada Alif di ruangan ini dan ia tidak mau memperlihatkan auratnya.
"Alif kamu jangan menghadap kesini....saya mau memastikan dulu sesuatu"
Dengan senang hati Alif menghadap kesana. Sebentar lagi....tetapi.....
"Tuh kan bener, kamu punya tai lalat agak besar di lipatan siku kamu" seru eyang bahagia. Dugaannya benar.
Dengan refleks Alif menghadap eyangnya memastikan kebenaran eyang. Dan matanya melotot, ternyata benar.
"Augghh" ringis Alif karena lemparan bantal mengenai wajah tampannya. Ingin rasanya Alif mencakar siapa pelakunya. Karena matanya kena bantar, rasanya perih.
"Aurat kak Alifah jangan diliat!!" Kata Mawar dengan polos sambil melotot. Dia tidak takut dengan aurah membunuh Alif.
Sementara Alifah cepat cepat menarik kembali lengan bajunya. Dia juga kaget kenapa bisa keberulan seperti ini. Tidak mungkin kan dia itu cucu teman eyang.
"Kan eyang sudah larang menghadap kesini. Kenapa bandel" kata eyang mendukung perbuatan Mawar. "Jadi bagimana??"
"Dia pasti tidak maulah eyang. Orang dari tadi banyak alasan..."
"Saya bersedia eyang" jawab Alifah lirih. Tadinya memang ia akan mengakui tapi sepertinya belum saat ini. Ia berharap Aliflah yang menolak ini, bukan dirinya. Karena perjanjian dengan bu Tania haruslah ia bayar dengan kebohongan.
"Baiklah jika kamu bersedia. Pernikahannya akan di adakan dua hari lagi"
"Apa??" Kaget Alif Alifah bahkan mama Alif.
Ultimatum eyang membuat semua orang sekali lagi jantungan.