Cicil memperhatikan Julio yang kini tengah melipat sajadah. Perempuan itu duduk menunggu dalam diam di sofa sejak Julio mengambil air wudhu hingga selesai menjalankan ibadahnya.
Julio menoleh pada Cicil dan tersenyum. Perempuan yang menjadi kekasihnya itu balas tersenyum juga.
"Cicil sering lihat Kak Abel sholat. Rasanya adem banget," katanya.
"Gak mau nyoba? Belajar sama Kak Abel. Mana tahu kamu langsung berpaling."
Cicil memanyunkan bibir. "Gak deh, udah enak kayak sekarang."
Julio mendadak tersenyum masam. Kalau Cicil bertahan dengan keyakinannya sampai akhir, jelas sekali hubungan mereka tidak akan bisa dilanjutkan. Keluarganya anti sekali dengan pernikahan yang menganut perbedaan agama.
"Cil," Julio memilih duduk di sebelah Cicil dan perempuan itu langsung mendekatkan diri pada tubuh kekasihnya. "Aku cuma mau bilang, Bunda gak akan restui kita kalau kita masih beda-beda begini. Kamu pasti paham," lanjutnya.