Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Inner

🇮🇩Nry_6826
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.7k
Views
Synopsis
Berkisah tentang seorang remaja yang kesulitan dengan hidup yang dijalaninya. Masa lalu yang hilang serta masalah-masalah yang dihadapi dan kemampuannya melihat suatu hal, tidak membuatnya bangga malahan terganggu. Semakin lama ia menentang, semakin ia diseret terbawa mengalir menuju sebuah petualangan yang tidak bisa digabungkan dengan logika maupun akal sehat. Semakin ia berenang, ia semakin tenggelam dalam bahaya-bahaya dan bertemu dengan banyak orang yang ia tidak pernah ditemui sebelumnya. bahkan ada seorang pria tua berjanggut putih bilang, "dalam hidup ini ada delapan kekuatan aneh yang tersimpan dalam diri manusia." Apakah mengupil dengan jempol kaki adalah salah satu kekuatan? Apakah ia bisa terus menjalani hidupnya? Apakah ia bisa melawan sesuatu yang sedang bangkit dalam dirinya? "Kalau penasaran, maka dari itu baca!" ucapnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - The Prologue of Mystery

Dari dulu sampai sekarang, aku selalu merasa bahwa disini bukanlah tempatku yang sebenarnya. Aku selalu merasa ragu, seperti ada yang ingin menghalangi. Susah memang. Apalagi saat aku bangun tidur. Mataku enggan terbuka, dada sesak, nafas keluar masuk.

Pada akhirnya yang kulihat hanyalah kegelapan, yang lebih pekat dari malam, lebih pahit dari kopi hitam. Tak ada yang lebih mengerikan dari mimpi yang aneh. Tapi lebih mengerikan lagi karena itu bukanlah mimpi sama sekali. Sebab saatku terbangun, kegelapan itu masih ada.

Benar kata ibu kita, habis gelap terbitlah terang. Perlahan kegelapan tadi dimakan pelan-pelan oleh cahaya, lalu semuanya berangsur-angsur memutih dan aku tersadar kalau sekitar sudah aman. Barulah saat itu aku dapat bernafas dengan tenang dan memulai hari.

Itu tadi misteri pertama milikku. Misteri kedua adalah tentang ingatanku yang hilang. Sumpah, sama sekali tidak ada, diambil orang mungkin? Tapi hidup terus berlanjut. Aku tidak boleh terus terjebak dalam diam. Menurutku pula, ingatanku diambil pasti karena hal itu sangat buruk, mungkin kejadian memalukan milikku atau aku ditolak cewek.

Sekarang aku akan mengadakan quiz kecil-kecilan. Mengapa setiap malam pintu kos-kosanku diketuk dan mengapa terdengar suara-suara misterius? Kalau kau jawab hantu, selamat. Sebab itulah jawabannya.

Semua berawal saat aku sudah sadar kalau ingatanku sebagian ada yang terpotong. Detik itu juga aku bisa melihat 'suatu hal.'

Bentuk mereka tidak menyeramkan, seperti seberkas cahaya atau energi kurasa, tapi disinilah misteri keempat muncul, yaitu yang selalu mengetuk pintuku tidak memiliki bentuk. Hanya berupa suara saja. Suara yang mengganggu ini selalu berbeda setiap harinya.

Kemudian muncul misteri kelima, yaitu berupa pola suara ketukan dipintuku yang berbeda setiap harinya.

Seperti pada hari senin, awalnya sunyi lalu ketukan pertama terdengar, kemudian sunyi lagi, next diakhiri oleh satu ketukan. Hari selasa satu kali ketukan. Hari rabu satu kali ketukan, kemudian sunyi dan diakhiri ketukan. Hari kamis berbeda, sebab dihari ini tidurku paling tidak nyenyak. Tangan dan kakiku bagai terikat, lalu leherku seperti ditiup angin tapi panas. Hari jumat dua kali ketukan tanpa jeda, terkadang aku melewatkan gangguan ini, sebab terjadi sangat cepat. Hari sabtu diawali sunyi lalu satu ketukan yang sangat cliffhanger, diketuk sangat amat pelan. Asmr sekali bung. Lebih anehnya lagi, semua suara dan gangguan itu selalu terjadi tepat pukul 3 malam, bisa kurang bisa lebih.

Mengapa terdapat pola-pola ketukan yang berbeda tiap harinya? Kurasa sesuatu ingin menyampaikan sebuah pesan untukku, tapi aku bukanlah pria yang peka akan kode.

Oh sampai lupa. Hari minggu tidak ada gangguan suara. Tapi biasanya dihari itu aku kerap kali bermimpi. Mimpi itu sendiri aku bagi menjadi 3 macam:

Dimimpi pertama aku seorang diri hanya duduk di kursi kayu tua yang sudah lapuk, disekitarku hanya dikelilingi oleh gelap. Mimpi itu berhenti sampai aku terbangun.

Mimpi kedua lebih aneh. Di mimpi ini aku tiba-tiba sudah berbincang-bincang asyik dengan diriku sendiri, lebih tepatnya diriku yang berada di dalam cermin. Kami tertawa seperti kawan lama, tapi aku lupa dengan topik obrolannya.

Kamu pikir aku akan ketakutan dengan semua keanehan-keanehan diluar nalar itu? Sama sekali tidak. Saraf ketakutanku sudah mati, begitu kata dokter. Aku saja tidak bisa merasakan yang namanya bulu kuduk berdiri. Haha aku punya lawakan bagus: Bisa saja bulu kudukku sudah diberi tempat duduk kan? Badum tss. Aku tahu, aku tahu, sama sekali tidak lucu kalau sudah dikatakan.

Kedua mimpi itu tak memberikan efek apa-apa bagiku, mungkin bingung sedikit, tapi sama sekali tidak membuatku merinding. Karena sudah kubilang tadi, bulu kudukku dan ketakutan tak berfungsi.

Tapi mimpi ketiga, entah mengapa setiap kali aku terbangun dari mimpi itu, air sudah berlinangan turun dari kelopak mataku yang buat kasur apekku jadi basah. Ya, akan kujawab dengan jujur kalau kala itu aku menangis.

Dan tidak, aku tidak menangis sedih, tetapi menangis bahagia.

Kali inipun aku tidak ingat apa alasannya, tapi justru disitulah estetiknya muncul, karena menurutku sesuatu akan lebih bermakna bila sudah hilang.

Terkadang bila aku pusing atau bingung karena masalah-masalah tadi, aku akan naik ke atas rooftop kos-kosanku untuk mendinginkan kepala dan bukan untuk apa-apa seperti loncat atau maling kolor, oke?

Diatas sana sepi tapi aku biasa ditemani oleh jemuran-jemuran celana dalam wanita, tapi kadang diatas sana jadi tempat aku nongkrong dengan kawan.

Walau aku misterius dan aneh begini aku juga punya teman lho, bukan berarti aku harus seperti tokoh film atau kartun jepang yang mengunci diri mereka dan gak mau akrab dengan orang lain. ignorant, Begitu inggrisnya.

Juga tidak karena aku dikelilingi misteri, aku akan melupakan hal yang penting. seperti sekolah, walaupun semua masalah-masalah tadi mengganggu konsentrasi pembelajaranku.

Malas sih, tapi itulah hidup.

Di sekolah aku tidak dikenal-kenal amat, karena menurutku terkenal dan dikenal banyak orang itu memalukan. Aku juga gak kuat menahan diri bila ada siswa-siswi yang membicarakanku dibelakang. Singkatnya aku ini tak suka dikritik.

Sama seperti murid lain, akupun dapat julukan. Si tempat tongkrongan, karena hanya aku saja satu-satunya murid yang tinggal sendiri.

Maka setelah pendiskusi'an yang sengit dengan seorang ketua preman disekolah, kamar kosku pun dijadikan basecamp.

Jangan kaget kalau isi kamarku berantakan dan bau asap rokok. Itu semua karena ulah teman bajinganku yang mengundang bajingan yang mengundang bajingan lainnya.

Aku biasa memanggil mereka begitu. Apa aku babak belur? Tidak.

Tampang mereka mungkin memang seperti preman pasar ikan, kelukuan mereka juga gak ada yang bener, tapi mereka semua tetap baik kok, mungkin kebaikan mereka juga timbul karena aku pemilik rumah.

Setelah itu akupun akrab dengan orang-orang seperti mereka, tapi tetap takkan kusebut sebagai teman.

Lalu rumahku terkenal, aku tidak.

Pernah aku dimarahi karena asal masuk oleh salah satu orang, rambutnya punk dan pakai anting-anting besar warna hijau, ih norak.

Aku setelah itu melirik mata kearah orang disebelahnya, ia tentu saja lebih mengenaliku daripada bocah punk itu.

Orang disebelahnya kemudian membisiki bocah punk dan dia langsung terdiam, mati kutu! Hahaha, jangan apa-apa denganku, aku kenal baik dengan ketua mereka dan akrab pula.

Hidup terus kulalui dengan susah payah, sekuat apapun aku mencoba jadi cuek. Misteri-misteri itu terus membuntuti buntutku.

Maka aku memberi julukan baru untuk diriku sendiri, yang awalnya disebut sebagai sang tongkrongan, kurubah menjadi misteri berjalan. Aku lebih suka julukan itu, terdengar lebih terkesan aneh dan misterius, cocok seperti aku. Bukannya apa, bagiku yang aneh-aneh dan tak biasa sudah jadi biasa bagiku.

Lalu akanku beritahu padamu tentang sesuatu: Menjadi aneh dan harus normal disaat yang sama itu sulit.

Pergi sekolah saja sudah cukup melelahkan bagiku, hidup pun juga. Kau pikir biaya makan dan rental rumah dibayar orang tuaku? Tidak. Aku membayar semua biaya tadi dengan bekerja keras.

Selesai pulang sekolah aku langsung menjadi kasir di Indomaret sampai waktu sore. Belum lagi masalah yang kuhadapi sesampainya dirumah, yang awaknya saat kutinggal pergi bersih, balik-balik jadi berantakan oleh ulah bajingan-bajingan itu. Kebersihan yang jadi sebagian dari iman, sudah hilang tak tersisa, meninggalkan hanya bau rokok mentol yang memuakkan, sampah-sampah botol minuman dan aku yang marah.

Pernah pula ada pembalut. Pembalut loh! Memangnya bajingan seperti mereka itu bisa datang bulan apa? Lagipula kok mereka bisa masuk kerumahku sih. Woy siapa yang ngambil kunci cadangan rumahku!?

Orang tuaku hanya membiayai sekolahku, mereka jarang berkomunikasi selain hanya menanyakan kabar dan basa basi dengan anak satu-satunya ini. Ekspresi mereka bahkan biasa saja saat aku bilang ingin tinggal sendiri, mungkin mereka kecewa, anak yang seharusnya berbakti bahkan tidak sanggup untuk mengingat nama orang tuanya sendiri. Aku maklum.

Nah, dengan semua masalah-masalah tadi soal misteri, masa laluku, sekolah, biaya hidup, bajingan-bajingan serta pembalut mereka dan aku yang tidak dianggap sebagai anak. Semua itu malah -akan kukatakan dengan bangga- tidak sama sekali menghancurkan mental psikis milikku.

Well, Ya tidak akanku sanggah kalau aku pernah kecewa, sedih dan marah (terkadang juga stress) terhadap diriku, orang lain dan hidup, tapi semua itu tidak serta-merta membuatku bungkam, lantas mengunci diri dari kehidupan. Kan sudah kubilang, hidup terus berjalan.

Oh iya, aku akan beritahu soal hal-hal yang 'dapat aku lihat.'

Mereka itu -yang bentuknya berupa cahaya atau energi- menurutku bukanlah hantu, soalnya ya, bukankan hantu seharusnya menakut-nakutimu? Tapi mereka tidak, mereka hanya diam saja dan seakan membimbingku menuju kearah sesuatu.

Pernah aku ingin pergi kerja, tiba-tiba cahaya itu muncul satu persatu, awalnya hanya berupa bola-bola cahaya kecil yang berbentuk seperti cilok (aku tahu, tapi susah mendeskripsikan mereka) yang kemudian bergabung menjadi bola cahaya cilok raksasa! Yang bentuknya sebesar kepala manusia remaja.

Cahaya itu sepertinya punya tugas untuk membuatku bolos kerja, tapi aku hanya tertawa meremehkan. Sebab cahaya itu pasti hanya nembus kalau kulewatin.

Ternyata cahaya itu tidak nembus saat kulewatin, bagaimana caranya kutembus kalau belum 5 langkah kakiku berjalan saja kepalaku sudah sakit duluan, rasanya seperti kepalaku ditendang sebagai bola penalti, tapi aku tak mau kalah.

Kucoba melawan rasa pusing itu dengan terus mencubit paha, tapi semua seakan sia-sia, cubitanku tidak memberikan rasa.

Disitulah aku bingung karena aku diberikan dua pilihan oleh yang maha kuasa.

Kalau aku terus memaksa lewat, bisa-bisa kepalaku pecah seperti balon hijau, terus kalau aku menyerah, berarti aku akan memilih bolos kerja dan dipecat sebab aku sudah dapat SP dua kali karena terlambat bangun. Bila tiga habislah sudah.

Maka aku yang kuat inipun memilih untuk melewati cahaya itu.

Hasilnya ternyata tidak sesuai ekspektasi. Aku ternyata tidak kuat dengan pusing kepala dan memilih dapat SP ketiga lalu dipecat. Hari itu aku tidur dirumah seharian dan berdoa semoga besok memiliki alasan yang bagus untuk pak bos.

Kabar baiknya aku tidak mati. Sungguh sebuah kebetulan yang aneh dan seram. Sebab hari itu juga kalau aku tetap memaksa pergi atau jika cilok-cilok itu tidak muncul, maka aku akan mati tertembak karena indomaret tempat kubekerja, kemarin dirampok oleh begal yang buron beberapa minggu ini.

Kabar buruknya teman yang menggantikan shiftku mati. Setelah mendengar berita itu, keterpurukan pelan-pelan menggerogoti hidupku bak musuh dalam selimut yang sedang mengembangbiakkan diri. Suatu saat hal itu akan menjadi penyebab stress dan kematianku barangkali, semoga saja tidak.

Sudah di obok-obok oleh hidup, tidak dianggap. Kini aku menumbalkan temanku agar tetap hidup. Meski tidak terduga dan kebetulan, tetap saja hal itu membuatku mual dan ngeri, aku jadi mulai berpikir alasanku hidupku bukanlah sebuah anugerah atau kesempatan yang diberikan tuhan, melainkan aku hidup hanya untuk dijadikan pion oleh seseorang, barangkali hal ini berkaitan dengan masa laluku.

Anehnya memikirkan semua itu tetap membuat bulu kudukku duduk. helloww?

Setelah hari yang paling membuatku taruma terjadi, ternyata aku berhasil lolos dari pemecatan, aku malah dipuji pula oleh bossku. Ia bilang, kemalasan telah menyelamatkanku dari taring singa. Dengan bahagia ia menjabat tanganku sampai hampir copot, aku hanya tersenyum canggung, tapi aku tetap mengundurkan diri. Aku trauma dan terus-terusan dihantui oleh bayang-bayang temanku itu. Aku juga ngeri kalau-kalau ia tidak terima dengan ketidak adilan dan memintai setengah dari gajiku saat malam nanti. Bung, tidak ada yang lebih menyeramkan dari potong gaji. Maka dari itu aku secepat mungkin pindah kos-kosan dan mengundurkan diri dari tempat kerja.

Tetap dengan sekolah yang sama, karena aku harus ikut ujian, aku kelas 3 smp.

Kemudian. Tidak sampai 2 hari aku dengan cepat menemukan kedua tempat baru, bahkan hampir pada waktu yang bersamaan.

Pertama adalah rumah baruku. Letaknya di kiri jalan taman biri-biri. Kos-kosan itu tidak bisa dibilang mewah, tidak juga dibilang berkualitas rendah. Tembok-temboknya masih bagus, baru direnovasi mungkin. Kamar mandi dan wcnya tidak jadi satu, kemungkinan untuk menjaga kebersihan dari orang-orang dirty. Semua kos-kosan di cat hijau, menunjukkan warna bagi kami seakan mengingatkan, "hey kalian kaum miskin." Lantainya diberi keramik kaca tapi bertekstur kayu, memberikan suatu kesan yang tidak bisa diekspresikan dengan kata-kata maupun tulisan bagiku, tanpa sebab keramik tekstur kayu itu memberiku sedikit kesan nostalgia, padahalkan aku gak ingat apa-apa.

Setiap kos diberi kanopi diatasnya, agar penghuni bisa berleha-leha santai di teras kos tanpa tersengat sinar matahari saat siang, tentu kursi dan sofa dijual terpisah.

Suasana disana enak juga, sebab didepan kos-kosan sudah menghadap langsung dengan sawah milik bapak budi (bapak ini ramah dan baik). Disekitar juga banyak ditumbuhi pohon-pohon dan tumbuhan hijau, jadi setiap siang angin sepoi-sepoi menyentuh lembut badan dan memberikan efek ngantuk, ini hal buruk karena menurunkan produktifitas kerja. Kalau malam atau subuh, hawa jadi lebih dingin, bila malam harus cepat-cepat menyelimuti diri dengan apapun yang hangat, inipun juga jadi hal buruk karena saking nyamannya jadi malas beranjak dari tidur.

Bos pemilik dari kos-kosan hebat ini adalah seorang ibu yang ramah bernama bu astika, ia telah jadi janda dari 3 tahun yang lalu dan mengurusi semuanya sendiri, bisa juga disebut sebagai seorang Single mother.

Ia memiliki anak gadis berumur 12 tahun. Saat kulihat mereka mengobrol malah tidak terlihat seperti ibu dan anak, malah seperti kakak dan adik, aku saja masih bingung berapa umur bu astika. Soalnya bu astika itu sudah cantik, kaya, single pula dan baik pula.

Berkat kebaikannya, kos-kosan itu kudapatkan dengan murah, hanya bayar 500rb perbulan. Itu murah banget loh!

Esoknya pagi-pagi sekali, sesudah mendapatkan tempat untuk tidur, dengan berbekal ktp serta ijazah palsu buatan temanku, aku pergi mencari pekerjaan. Aku dipinjami motor oleh pak budi. Jadilah aku mengelilingi daerah sekitar situ. Karena hal itu jadi banyak tempat yang kuketahui.

Ada bioskop dengan film-film down to date atau bisa dibilang kudet, taman bermain terbengkalai tapi ramai, perumahan tanpa pintu gerbang, warnet, juga ada alfamart.

Alfamart? Aku memberhentikan motor karena akhirnya telah menemukan tujuanku. Tertulis disana, lowongan jadi kasir tidak perlu lulusan sma yang penting bisa hitung-hitung dan cukup umur.

Saat itu juga aku mengabdikan diriku menjadi kasir alfamart. Membuang jauh-jauh kenangan saat menjadi kasir indomaret dengan segala kepalsuan bibir yang tersenyum seraya mengatakan, "tidak sekalian beli barang ini kak? Mumpung ada diskon ljo!" Atau, "kak uang 500 rupiahnya buat sumbangan ya?"

Roda kehidupanku kembali berputar dan aku mulai sedikit demi sedikit mencoba melupakan masalah-masalah dalam hidup.

2 bulan kemudian hidupku kembali tenang. Sekarang disinilah aku, duduk beratapkan kanopi sambil menikmati hidup dengan rokok dan segelas kopi luwak sachetan. Berkhayal tentang masa depan dan kelak jadi apa aku nanti. Memikirkan apakah bumi itu kotak atau jajar genjang.

Masalah soal ketukan pintu dan gangguan-gangguan itu sudah jarang terjadi, entah mereka hilang kemana, aku tak peduli. Menurut logikaku mereka hilang karena aku pindah kosan. Hilangnya gangguan membuatku menjadi kembali produktif. Sekarang aku bisa lebih fokus belajar, kerja tepat waktu dan tidur semakin lelap, bahkan aku kembali mengembangkan hobi menggambarku.

Kuhisap bagian manis dari rokok bermerek murah dan aku sadar, nikmat mana lagi yang akan aku dustakan? Mulai saat itu aku kembali menemukan arti bahagia.

Ternyata aku salah, aku tidak menemukan arti bahagia melainkan kehidupanku dalam bahaya.

Baru sekarang aku sadar, kalau jalan yang kupilih ini bukanlah takdir atau kebetulan. Hidupku sudah diatur, bukan oleh tuhan melainkan sesuatu yang lebih jahat dari setan. Aku bertemu dengannya. Pertemuan yang singkat dan canggung, tapi ia berhasil menyadarkanku. Memberitahuku bahwasannya semua konspirasi-kospirasi itu saling terikat. Ia tidak hanya membuka sesuatu dalam diriku, tapi membuatnya semakin menganga. Membangkitkan sosok hitam dari peti matinya, yang berupa masa laluku. Ia membuatku berpikir, bahwa seluruh kisah hidupku -yang barusan aku ceritakan panjang lebar- itu hanya hal sepele, semua hanya bagian dari propaganda yang kalau diibaratkan seperti episode pilot.

Kini aku tahu kehidupanku kedepannya akan jadi seperti apa, tapi tak bisa kutebak rintangan apa yang menghalangi didepan sana. Kemungkinannya lebih buruk dari cahaya bola cilok, tapi aku yang rapuh ini masih bisa melawan dan akan terus kulawan. Karena selama ini, hidupku hanyalah prolog dari misteri