Beberapa hari lalu Plaza Geumaga menjadi gempar. Semua penghuni berlarian ke luar demi melihat seorang laki-laki yang datang bersama pemilik gedung. Suasana semakin rusuh ketika Lee Cheolwook, pemilik Pawnshop yang tidak pernah meninggalkan kupluknya menyebarkan berita.
"Aku melihatnya masuk bersama pemilik gedung. Aku mengikuti mereka dan sepertinya dia tinggal di atas lantai kita. Dia terlihat sangat misterius seperti penjahat tampan di film-film."
Bahkan Nam Joosung, pengacara di firma hukum Jipuragi menambahkan.
"Penjahat yang tampan adalah penjahat yang paling kejam dan menakutkan."
"Mungkin karena itulah orang-orang takut denganku." Cheolwook memperbaiki kupluknya.
Seorang gadis berambut ikal sebahu menghela napas di pintu. "Paman, berhenti menyebarkan kebohongan!"
"Kim Sooji!" seru Cheolwook protes dengan ucapan gadis itu.
"Kau tahu? Orang-orang tak pernah takut padamu," ucap Hong Yuchan dengan ekspresi datar. Sooji mengatupkan mulutnya. Ia menahan diri sekuat tenaga untuk tidak tertawa.
Kerusuhan semakin berlanjut ketika semua penyewa Plaza Geumga berlarian menuju toko laundry milik Tang Hongsik. Sooji yang sebenarnya tidak tertarik harus ikut terseret dan berdiri paling pinggir sambil memperhatikan seorang laki-laki berjas abu-abu cerah sedang melepaskan jasnya.
Suara kagum keluar dari mulut-mulut manusia bergender perempuan. Laki-laki itu terus berdebat tanpa sadar bahwa banyak pasang mata yang sedang mengagumi keindahan tubuhnya. Bahkan ada yang kini menandai laki-laki yang masih asik berdebat itu manusia dewa.
Laki-laki itu tersentak ketika berbalik. Dalam pandangannya, ia seolah melihat para hantu yang menempelkan badan ke kaca. Ia memandangi mereka satu-satu dengan wajah yang terkejut. Hingga akhirnya matanya bertemu pandang dengan Sooji.
Sooji melangkah mundur. Ia merasa terintimidasi dengan sorot laki-laki itu. Padahal Sooji sangat yakin bahwa laki-laki itu adalah dewa dengan tatapan yang polos seperti anak kecil. Sooji masih merasakan pandangan laki-laki ketika laki-laki itu mulai melangkah ke luar laundry. Karena sudah tidak tahan, Sooji bersembunyi di belakang Yuchan.
Laki-laki itu melangkah santai dengan sebelah tangan dimasukkan ke saku. Ia mengangkat sebelah alisnya ketika langkahnya dihentikan oleh Yuchan yang berdiri dengan wajah bersahabat. "Aku dengar Anda datang bersama pemilik gedung." Laki-laki itu mengangguk. "Salam kenal! Aku adalah direktur dan pengacara senior di firma hukum Jipuragi, Dan ketua komite penentang pembangunan. Hong Yuchan!" tambah Yuchan sambil memberikan sebuah kartu nama.
Lagi, laki-laki itu tersenyum. Ia menerima kartu nama itu. Sejenak ia melirik Sooji yang kini berdiri di belakang Yuchan. Pandangannya kembali difokuskan pada Yuchan sambil berkata, "Senang bertemu dengan Anda! Aku adalah Vincenzo Casanova, pengacara juga."
Orang-orang yang mendengar nama itu merasa aneh. Mereka bertanya-tanya apa marga laki-laki yang baru saja datang itu. Akhirnya Vincenzo menjelaskan bahwa namanya adalah nama inggris. Ia juga menjelaskan bahwa dirinya merupakan pengacara di Italia. Bahkan pembicaraan itu berlanjut hingga ternyata Chef Toto yang mengaku sebelumnya juga pernah tinggal di Italia.
"Kau tinggal di Milan di bagian mana?" tanya Vincenzo pada Chef Toto.
Chef Toto menelan ludah. Ia menunduk sambil berkata, "Di Milan, Italia, di bagian tengah!" Ia mencoba menggambarkan dengan tangan.
"Uffizi?" tebak Vincenzo.
"Ah!" sentak Sooji. Ia hendak mengoreksi. Namun mulutnya kembali tertutup rapat ketika Vincenzo menatapnya. Lagi, ia menyembunyikan dirinya di balik Yuchan.
Chef Toto mengangguk akan tebakan Vincenzo. Sedangkan Sooji hanya menggigit bagian bawah bibirnya mendengar semua itu. Setelahnya Vincenzo berjalan mendekati Chef Toto. Perlahan ia tersenyum, kemudian meletakkan tangannya di pundah laki-laki berpakaian putih itu.
"Piacere! Ci vediamo dopo!" Vincenzo tersenyum misterius setelah Chef Toto menjawab "si".
Yuchan mencoba menahan Vincenzo dengan mengajaknya bicara. Namun Vincenzo menjawab sambil terus melangkah melewati Yuchan. Ia sempat berhenti dan meletakkan tangannya di pundah Sooji. Gadis itu hampir saja teriak.
Vincenzo berkata lirih, "Ciao, piacere! Sei tu Kim Sooji?"
"Si, sono io!" Tanpa sadar Sooji membalas ucapan itu. Yuchan yang berada di dekat mereka melebarkan mata. Alis terangkat mendengar percakapan singkat itu.
Vincenzo menepuk sekali bahu Sooji sebelum akhirnya melangkah pergi dengan senyum. Tiada yang tahu apa yang tengah dipikirkan laki-laki yang melangkah anggun itu. Tiada yang tahu apa tujuannya menyapa Sooji. Kini, semua bertanya-tanya. Mengapa laki-laki yang berbalut busana mewah itu menyewa di dekat rumah mereka.
Sooji menghembuskan napasnya. Sedari Vincenzo meletakkan tangan di bahunya, Sooji menahan napas. Ia merasa udara sangat sesak di sekitarnya. Kini, gadis itu menyandarkan punggungnya ke dinding. Matanya menatap Vincenzo, hingga sosok itu menghilang di perbelokan.
Sooji menepuk jidatnya ketika menyadari bahwa pengacara Italia itu menyewa tepat di sebelah rumahnya. Ia menduga-duga bahwa laki-laki itu mengetahui namanya karena pemilik gedung. Sooji mencoba untuk mempercayai hal itu.
***
Sooji menutup wajahnya dengan frustasi. Entah bagaimana caranya, ia terseret makan bersama Vincenzo di restoran Chef Toto. Kini, laki-laki yang lagi-lagi berpenampilan sangat rapi itu menatap buku menu. Matanya tidak terlalu antusias dengan tulisan di sana.
"Apa masakan terlezat di sini?" tanya Vincenzo.
"Jamur porcini! Spageti porcini trufel!" balas Chef Toto.
"Kalau begitu aku memesannya dua, untukku, dan untuknya." Vincenzo menunjuk Sooji. "Kau setuju bukan?" tanyanya pada Sooji. Sooji mengangguk saja.
Lagi-lagi Sooji menutup wajahnya. Vincenzo mengambil tisu dan mengeluarkan makanan yang berada di dalam mulutnya setelah mencicipinya beberapa detik lalu.
"Makanan ini seperti makanan dari tempat sampah!" komentar Vincenzo sambil melemparkan tisu ke lantai. Ia tersenyum dan mengeluarkan selembar uang kemudian meletakkan di atas meja.
"Ayo kita sarapan di kafemu, Sooji!" ajak Vincenzo.
Sooji tercengang. Vincenzo memanggil namanya dengan santai. Padahal laki-laki itu belum meminta izin padanya.
Sesampainya di luar, Vincenzo berkata, "Tidak apa-apa kan jika aku memanggilmu seperti itu?" Laki-laki itu tampak bisa membaca pikiran Sooji.
"Ah! Boleh ... uhm ... Tuan!"
"Kakak!"
"Eh?"
"Kakak!" ulang Vincenzo.
"Tapi ...." Sooji tampak ragu.
"Tidak apa-apa. Aku akan sangat senang jika kau memanggilku seperti itu!"
"Baiklah!" Sooji mengangguk pasrah. Ia memilih diam. Bahkan sampai Vincenzo memesan kopinya dan beberapa roti kafenya. Usai sarapan pagi, Vincenzo pamit dan pergi entah kemana. Sooji bernapas lega setelah laki-laki itu benar-benar pergi dari tempatnya.
"Kim Sooji!" sapa laki-laki tinggi yang menggunakan helm hitam di atas rambutnya yang keriting. Senyumnya lebar dan sebelah tangannya menunjuk sesuatu di luar kafe.
"Kak Joonwoo!" Seketika suasana hati Sooji berubah cerah. Seolah musim kemarau yang melanda paginya berganti dengan musim semi yang hiasi oleh bunga-bunga yang cantik. Ia segera menghampiri laki-laki itu dan menawarkan cokelat hangat untuknya.
"Kau sangat tahu kesukaanku Sooji!" ucap Joonwoo sambil membuka helm dan meletakkannya di atas meja.
"Kakak naik skuter listrik?" tanya Sooji melihat benda yang ditunjuk Joonwoo tadi. Laki-laki itu mengangguk sambil mengunyah rotinya.
"Kau tahu Sooji? Pengacara Yoon Inseo menyuruhku untuk memfotokopi 1200 lembar kertas!" keluh Joonwoo dengan nada sedih.
"Mengapa kakak menerimanya saja? Bukankah kakak magang bersama Kak Chayoung?" tanya Sooji kesal. Itulah salah satu alasannya tidak ingin bekerja di suatu instansi. Ia tidak suka dengan sistem senior-junior yang selalu terjadi untuk mereka yang baru-baru. Lagipula ia lebih suka hidup dengan membuka usaha sendiri tanpa dikekang oleh apapun. Karena itulah kafe kopinya berdiri. Tidak hanya itu, Sooji juga memiliki suatu rumah yang disewakan. Pendapatannya semakin bertambah tanpa harus susah payah bangun pagi dan pulang malam.
"Ah! Senior Chayoung pasti sedang menungguku untuk sidang hari ini!" Joonwoo memasukkan semua roti yang tersisa, mengunyahnya terburu-buru, dan kemudian meneguk cokelatnya sampai habis. Ia berdiri lalu mengacak rambut Sooji. "Pembayarannya akan aku transfer nanti ya Sooji!" ucapnya semanis mungkin sebelum akhirnya berpacu dengan waktu bersama skuter listriknya.
"Jangan membayarnya lebih lagi kak!" seru Sooji.
Yunjin menyenggol Sooji dengan bahunya. "Bu, Anda jangan terlalu membuka aib!" celetuhnya dengan nada centil.
Sooji hanya tertawa lebarmendengar ucapan karyawannya. Setidaknya, harinya yang aneh berubah indahketika Joonwoo menyapanya sebelum berangkat kerja. Laki-laki itu selalu membuatharinya menyenangkan. Bahkan hari semakin berbunga-bunga ketika sebuah pesanJoonwoo masuk dan mengabarinya tentang sidangnya hari itu.