"Permisi!" ucap Sooji ketika mendorong pintu kaca. Semua orang yang sudah duduk di dalam Dance Studio milik Larry Kang menatap Sooji dan berseru untuk mempersilahkan Sooji untuk duduk.
Satu sudut bibir Vincenzo terangkat melihat sosok Sooji yang menyapa tetangganya. Ia berdehem sebelum melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong ketika Sooji masuk. "Jadi, aku berencana membuat sebuah surat perjanjian besok. Kalian hanya perlu untuk menandatanganinya."
Sayangnya, para penghuni Plaza Geumga lebih tertarik dengan identitas Vincenzo. Mereka melemparkan pertanyaan untuk memastikan apakah Vincenzo memang seorang pengacara Italia. Apakah Vincenzo mengerti tentang hukum di Korea Selatan.
"Pengetahuan tidak terlalu penting dalam hal ini. Aku berjanji pada kalian. Dan kalian hanya perlu untuk tanda tangan. Hanya dua hal itu yang penting." Vincenzo berusaha meyakinkan. Bahkan pemilik gedung, Cho Yeongun menambahkan pernyataan untuk meyakinkan sang penyewa. Vincenzo dan Yeongun berencana untuk membangun kembali Plaza Geumga. Mereka menjanjikan penyewa akan mendapatkan tempat setelah pembangunan selesai.
Umumnya penyewa tidak percaya dengan ucapan itu. Mereka tanpa resah dan memberikan pertanyaan untuk memastikan bahwa ini bukanlah penipuan. Bahkan Biksu Chaeshin diminta untuk menilai ketulusan Vincenzo dan Yeongun.
"Kau tidak ingin berkomentar apapun Sooji?" celetuk Seo Miri, satu-satunya perempuan pemilik piano di Plaza Geumga itu.
"Aku rasa hal itu tak apa!" balas Sooji yang tidak terlalu ingin banyak berbicara.
Setelah cukup lama berdiskusi, penyewa menyetujui tawaran itu. Namun mereka menambahkan bahwa akan mencekik Vincenzo selama enam hari jika melakukan penipuan. Vincenzo hanya tertawa kecil mendengar hal itu.
***
Sooji menghentikan langkahnya ketika berselisih dengan Chayoung melangkah cepat dan lebar ke dalam Plaza Geumga. "Hai Sooji!" sapa Chayoung tanpa menghentikan langkah ataupun memperlambatnya.
"Kak Chayoung?" Sooji menatap wanita itu yang masih melangkah cepat. Sooji menduga bahwa sebentar lagi akan terjadi keributan besar di firma hukum Jipuragi. Gadis itu cepat-cepat membuang kantong sampahnya dan berjalan ke ruangan yang dimasuki Chayoung. Benar saja, begitu Sooji sampai di pintu, terdengar suara keras yang diakibatkan oleh Chayoung yang melempar tasnya.
Chayoung berdebat dengan Yuchan untuk kesekian kalinya. Masalah yang mereka bahas masih sama, yaitu persidangan yang digelar beberapa hari lalu. Namun kali ini sedikit berbeda karena Yuchan mengeluarkan surat putus hubungan keluarga dengan Chayoung, putrinya.
"Ini sangat tak masuk akal!" Chayoung tertawa terbahak-bahak. "Permainan yang kekanak-kanakan!" tambahnya dengan tertawa lebih keras. Bahkan Nam Joosung yang hanya diam memegangi selembar kertas ikut disemprot oleh Chayoung. Laki-laki berkacamata itu dimarahi tanpa penyebab apapun.
Sooji menghela napas. Ia melangkah pergi. Baru beberapa langkah berjalan, ia mendengar teriakan lainnya dari ruangan laundy. Untuk kedua kalinya, Sooji melihat seseorang yang kesal. Kali ini Vincenzo menggerutu dengan sangat karena pakaian yang dicucinya berubah ukuran. Ia menggunakan bahasa Italia yang pastinya tidak akan dimengerti oleh Hongsik. Lagi, Sooji menghela napas dan berlalu meninggalkan tempat itu.
Sooji hendak berangkat ke kafenya. Namun di depan Plaza Geumga ia bertemu sekelompok orang-orang yang tampak menyeramkan. Bahkan lebih menakutkannya Sooji terkepung oleh orang-orang itu.
"Aduh! Mengapa aku tidak tahu ada anak semanis ini di sini?" tanya Jeon Soonam. Ia melangkah perlahan mendekati Sooji.
"Kalian! Kalian siapa? Ada urusan apa ke tempat ini?" tanya Sooji takut. Ia mundur perlahan. Tiba-tiba sebelah tangan Soonam menggenggam hoodie yang tengah dipakai Sooji.
"Adik manis! Beritahu tetanggamu yang lain bahwa plaza ini sudah dibeli oleh Tuan kami, Park Seokdo. Dan akan segera diruntuhkan juga." Soonam memasangkan hoodie ke kepala Sooji kemudian mengangkat tangannya ke udara.
"Tidak mungkin!" Sooji berlari ketakutan sambil berseru untuk mengabari penyewa lainnya. Semua penyewa berkumpul untuk mendengarkan penjelasan Sooji. Mereka juga melihat selebaran yang memberitahukan tentang hal itu. Kini, semua penghuni sudah berkumpul. Kelompok yang mengaku telah membeli Plaza Geumga juga sudah berdiri di hadapan mereka.
"Salam kenal! Aku adalah pemimpin Ant Company serta ketua pembangunan menara Babel, Park Seokdo!" umum seorang laki-laki berambut gondrong dan keriting. Ia berdiri di baris paling depan dan laki-laki yang berdiri di belakangnya bertepuk tangan.
"Ant Company?" tanya Chayoung.
"Kelompok lintah darat yang suka memukul orang-orang!" jelas Yuchan. Chayoung mengangguk paham.
Seokdo kembali menjelaskan bahwa Plaza yang mereka tempati sudah dijual padanya. Ia ingin menyelesaikan semua dengan aman dan damai.
Para penyewa mulai mengumpat. Mereka menyalahkan Vincenzo yang mereka pikir memberikan janji palsu.
Seokdo tertawa. "Kalau kalian ingin membangkang, silahkan berurusan dengan anak buahku yang sudah gatal untuk memainkan fisiknya."
Sooji berdecak. "Tidak membangkang pun kalian pasti akan main pukul! Dasar manusia-manusia iblis!" gerutu Sooji yang sedang bersandar ke dinding.
Tiba-tiba Soonam sudah berdiri di hadapan Sooji dengan wajah kesal dan tangannya mencengkram kuat hoodienya. "Kau ingin aku hancurkan wajah cantikmu itu, huh?" geram Soonam. Bahkan sebelah tangannya sudah terangkat di udara dan tampak hendak memukul Sooji.
"Berhenti!" seru Vincenzo dari belakang penyewa. Ia melangkah cepat dan menepis tangan Soonam. Kemudian ia meminta Sooji untuk mundur dan berdiri di belakangnya. Para penyewa yang lain langsung membimbing Sooji untuk menjauh dari sana. Mereka memeluk penyewa paling muda di Plaza Geumga itu.
Para kelompok perusuh itu mengejek Vincenzo. Namun wajah Vincenzo tetap datar dan tampak sedikit kesal. Sebenarnya laki-laki itu sedang menahan amarahnya. Sebelah tangannya sudah memegang pengukur milik Hongsik yang dirampasnya ketika berjalan. "Mari kita selesaikan dengan baik-baik," tawarnya.
"Memangnya siapa kau, huh?" hardik Soonam.
Vincenzo menatap tajam laki-laki itu. "Vincenzo Casanova," umumnya. "Pengacara Pak Cho Yeongun, pemilik tempat ini."
Soonam mendengkus. Ia menggerak-gerakkan lengannya, bersiap memukul Vincenzo. Namun serangan itu dengan mudah dipatahkan oleh Vincenzo. Bahkan Soonam terdesak dengan posisi tangan terpelintir di belakang. Vincenzo mendekatkan wajahnya. "Ti ucciderò, un giorno!" lirihnya. Usai mengancam, Vincenzo menendang kaki Soonam hingga laki-laki itu tersungkur. Vincenso menghela napas dan memperbaiki lengan bajunya.
Seokdo tertawa kecil. Ia melangkah maju. Dengan gaya santainya, ia berkata, "Mari kita dengarkan! Kau ingin bicara apa, huh?" tanyanya.
Vincenzo menatap ke luar jendela. Ia melangkah maju. Dengan cepat sebuah sudah mendarat di wajah Seokdo hingga membuat laki-laki gondrong itu mimisan.
Seokdo terkejut. Pun dengan bawahannya. Kejadian itu memancing amarah Seokdo. Pertarungan terjadi. Namun Vincenzo dengan santai menghindarinya dan membuat Seokdo bergantung di jendela.
"Jika kalian bergerak, bos kalian akan jatuh!" teriak Vincenzo. Ia berdehem dan tersenyum lagi. Sebelah tangannya menahan pengukur milik Hongsik.
Seokdo berpegangan pada pengukur kecil itu. Bawahan Seondok semakin panik. Bahkan Seokdo dengan penuh ketakutan memberikan perintah pada bawahannya agar tidak melakukan tindakan bodoh.
Vincenzo mengedarkan pandangan ke sekitar. "Ah! Kau tidak akan mati jika terjun dari sini. Tak apa! Kakimu hanya patah! Namun, jika posisi sedikit berbeda. Misalkan jatuh dengan kepala terlebih dahulu, ...." Vincenzo menghentikan ucapannya. Ia berdesis sambil memicingkan matanya. "Aku adalah orang terakhir yang kau lihat dalam kehidupan ini!"
Seokdo bergetar. Ia tampah ketakutan. Bahkan para penyewa Geumga juga ikut ketakutan. Namun Sooji hanya menatap malas. "Tidak apa-apa! Bukankah dia tidak akan mati?" tanya Sooji. Seokdo masih ketakutan. Mulutnya bergetar meminta Vincenzo untuk mengangkatnya.
Vincenzo hanya memiringkan kepalanya. "Konstruksi Babel membeli bangunan ini dengan cara ilegal. Aku tak akan memaafkan orang-orang seperti itu. Aku ... akan dapatkan gedung ini dengan cara apapun!" ancam Vincenzo. Seokdo semakin pucat. "Questo posto è mio!" tegasnya.
Para peghuni Geumda bertanya-tanya arti ucapan itu. Perlahan, Sooji menerjemahkannya ke dalam bahasa inggris. "This place is mine," lirihnya. Ia memicingkan mata menatap punggung Vincenzo.
Rupanya penghuni Geumga masih tidak tahu artinya. Namun Chef Toto yang menjadi fokus pandang mereka menjadi salah tingkah. Ia bertepuk tangan untuk mengalihkan perhatian. Akhirnya insiden itu berakhir dengan tepuk tangan yang meriah dari penghuni Plaza, kecuali Sooji. Matanya masih menatap ke punggung Vincenzo. Yuchan dan Chayoung juga hanya diam. Kedua memandang misterius pada Vincenzo.