Chereads / Flower Emperor - Lord of Valkyrie (IND) / Chapter 19 - Terlalu polos!

Chapter 19 - Terlalu polos!

...

Fuu...

Nafas keruh berhembus keluar dari mulut Oz ketika luapan energi beputar-putar di sekelilingnya.

" < Mortal Martial > tingkat 8! "

Mengepalkan tinjunya dengan erat, dia menjadi bersemangat ketika merasakan energi di dalam tubuhnya bergejolak dengan liar.

Bang!

Oz menghancurkan batu hanya dalam satu pukulan ringan!

" Hehe... " Membusungkan dadanya tinggi-tinggi, ia terkekeh dengan bangga.

( Kenapa kau bertindak begitu sombong hanya dengan kekuatan seperti itu? ) Cibiran Elena membubarkan semua euforia yang dialami Oz.

" Er... Ayolah Elena, tidak bisakah kau membiarkanku untuk pamer sebentar? "

Jelas dalam hal kekuatan, Oz tidak mungkin bisa berdebat dengan wanita ini.

Dia benar-benar kalah telak!

( Sudah cukup lama sejak kita 'berolahraga' bukan? Datanglah! )

" Uh... " Oz hanya bisa tersenyum pahit saat sosoknya mulai kabur dan menghilang dari tempatnya.

...

...

Seperti biasa... Aula megah menjadi hal pertama yang Oz dapati ketika datang ke tempat ini.

Dengan berbagai furnitur yang begitu glamor, tidak diragukan lagi bahwa yang membangun tempat ini adalah seorang dengan tingkat eksotisme tertinggi.

Tidak hanya terlihat megah. Istana ini juga memancarkan aura elegan yang penuh dengan keharmonisan, semua hal tepat berada ditempat yang seharusnya.

Ini hanya bagian dalam Istana!

Jika dia melihat keluar, dia bisa melihat pemandangan hamparan hijau berbagai tanaman, bunga-bunga mekar dengan indah, danau, gunung, dan masih banyak lagi keindahan alam menghiasi tempat ini.

Dia juga sempat bingung darimana datangnya cahaya di tempat ini...

Apakah matahari juga ada disini?

Namun fakta membuktikannya. Semua hal persis sama dengan dunia luar, siang dan malam juga terjadi disini.

Bahkan Oz sempat ragu bahwa tempat ini mungkin adalah surga dengan betapa melimpahnya energi yang dia rasakan.

Sayang sekali, ia hanya dapat tinggal beberapa waktu disini...

Bahkan Elena hanya mengejeknya ketika mengetahui keinginannya itu.

Sigh

" Heh... Bagaimana kau masih begitu terpesona ketika sudah sering melihatnya? " Elena mengelus bulu putih yang berada dipangkuannya sembari mencibir pada Oz.

" Hmph. " Oz hanya mendengus ringan tidak peduli dengan cibirannya.

Eh ada yang salah!

" Yuzuha? "

Oz menatap 'bulu putih' yang berada di pangkuan Elena dengan mulut ternganga.

Kenapa dia bisa ada disini? Oz bingung dengan itu.

" Auu... " Rubah kecil itu hanya bisa melolong penuh kesedihan kepada Oz seolah mengatakan 'tolong keluarkan aku dari sini'

" Ini sangat lembut. " Elena mengangkat alisnya sedikit saat menatap Oz yang bingung.

" Um... dia terlihat tidak nyaman, bisakah kau membiarkannya pergi, Elena? "

'Tahan sebentar Yuzuha! Aku akan menyelamatkanmu dari tangan penyihir itu!'

'Aku mengandalkanmu, master!'

Pandangan pemuda dan rubah itu bersilangan seolah bisa mengerti satu sama lain.

Namun...

Elena mengangkat rubah kecil, mata merah dan perak saling bertemu. " Apakah kau merasa tidak nyaman? Anggukan untuk YA, gelengan untuk TIDAK. "

Dengan aura ratu yang memancar darinya, Elena bertanya pada rubah itu.

Menggeleng.

Elena mengangguk dengan puas.

Ketika ia menatap Oz lagi dengan penuh ejekan meski tidak memiliki ekspresi apapun, ia memeluk rubah itu seolah mengatakan bahwa 'ini adalah punyaku' yang membuat Oz hampir terjatuh.

'Maafkan aku Yuzuha! Penyihir ini terlalu kuat!' Oz hanya mendesah melihat sisi kekanak-kanakan Elena.

" Sudah lama, Elena, kau menjadi lebih penuh energi daripada sebelumnya sekarang. "

" Kita bertemu kemarin. Bagaimana bisa lama? " Elena memiringkan kepalanya dengan bingung.

Guh!

'tidak bisakah kau mengikuti basa basiku, nyonya?' akhirnya Oz terjatuh dengan penuh kepahitan.

" Lupakan, anggap saja itu hanya omong kosong. "

" Mari menuju tempat biasanya." Elena bangkit dari singgasananya sambil memeluk rubah kecil saat sosoknya berkelebat, menghilang entah kemana.

" Sigh... kenapa penyihir ini begitu bersemangat ketika akan menyiksaku? "

Berbeda dari Elena yang cepat, Oz lebih memilih untuk berjalan dengan santai, tidak. Lebih tepatnya berjalan lebih lambat ketika menggerakkan kakinya dengan enggan ketika menuju tempat latihan.

Ya! Mereka akan melakukan latih tanding seperti biasanya, namun itu lebih seperti 'penyiksaan' bagi Oz.

...

Ada sebuah lahan kosong di pinggir danau, itu di kelilingi oleh pepohonan yang rindang seperti sebuah pagar.

Hanya bangunan seperti pondok yang terlihat berdiri dengan kokoh di tepi lahan itu.

Berbagai alat pelatihan ada disana, baik dari boneka, patung, target tembak, dan sebagainya.

Jika ada orang luar melihat ini, mereka akan jelas mengatakan bahwa tempat ini adalah tempat pelatihan militer dari suatu kekaisaran atau sejenisnya.

Namun, Elena tidak berada di salah satu tempat itu melainkan pada panggung beton yang terlihat seperti sebuah arena.

Dengan ujung pedang kayu yang menusuk lantai beton, ia dengan anggun berdiri di atas arena saat angin melambaikan rambut perak indahnya.

Ia hanya menatap danau tanpa memperhatikan Oz yang telah tiba dengan gugup dengan pedang kayunya sendiri.

" Kuhum... " Meski ia sangat menikmati pemandangan betapa indahnya Dewi ini, semakin lama ia melihat semakin ia terpesona padanya.

Matanya tidak tahan! Itu terlalu menyilaukan!

Elena mengalihkan pandangannya dan memperhatikan Oz yang berdiri beberapa langkah darinya, pupil peraknya yang seperti berlian menatap seluruh tubuh Oz dari atas kebawah.

" Aku baru menyadarinya ketika melihatmu dari dekat... " Elena menyipit, bulu matanya yang panjang menambah pesona tertentu ketika membuat ekspresi termenung seperti itu.

' Apakah dia terkesan dengan penampilanku yang jantan ini? '

Oz membusungkan dadanya saat berpikir seperti itu.

"... Kau terlihat mirip seperti salah satu Raja iblis yang kubunuh sebelumnya, serba hitam... Hanya bedanya kau memiliki penampilan manusia daripada iblis dengan tanduk dan taring yang memiiki sisik itu."

Dia melanjutkan saat mengangguk dengan ibu jari dan telunjuk meraih dagunya.

Guh!

Oz ingin menangis saat dibandingkan dengan sosok 'Raja Iblis' yang bahkan telah dibunuh oleh Dewi ini.

'Apa yang salah denganmu nyonya!? Kupikir kau akan memujiku, namun ternyata kau malah menusukku disini!'

Wajah Oz hanya bisa menjadi aneh saat berkedut tidak karuan.

" Wajahmu semakin terlihat mirip dengannya saat ini! " Elena berseru dengan kagum.

Argh... Wanita ini!!!

" Tolong jangan pedulikan penampilanku... Dan tidak bisakah kita hanya memulai pelatihan...? " Oz berkata dengan penuh keluhan seperti istri yang teraniaya.

" Tentu. Melihatmu seperti ini hanya membuatku ingin memukulimu dengan keras saat ini, jadi berhati-hatilah." Elena mengangguk dengan penuh keseriusan, aura kuat secara tidak sadar keluar darinya.

Gulp!

Sepertinya dia harus mengganti pakaiannya jika tidak ingin mati kali ini,

" Tunggu sebentar! " dengan 'woosh' Oz lari entah kemana dan kembali ketika penampilannya telah berubah.

Fiuh... Menyeka keringat di dahinya, Oz lega ketika ia berdiri lagi di hadapan Elena yang hanya memutar mata padanya.

'Aku tidak ingin mati konyol, nyonya!' Oz berteriak dalam hati.

Meski ia masih menggunakan jubah hitamnya, pakaian bagian dalam nya telah berubah. Itu menjadi sepasang pakaian putih polos dengan beberapa motif abstrak menghiasinya.

Melempar jubah yang ia pakai kesamping, Oz meraih pedang kayunya.

" Mari kita mulai Elena! Aku pasti akan membuatmu menggunakan pedang kali ini! " hal yang membuat Oz sedikit frustasi adalah bahwa ia bahkan tidak bisa membuat wanita ini menyilangkan pedangnya.

Ia selalu mengalahkannya tanpa pedang!

" Jika kau bisa membuatku menggunakan pedang bahkan hanya sekalipun untuk menyerang atau menangkis. Aku akan menuruti semua permintaanmu! Tapi itu sebatas hal yang wajar." Elena mencibir Oz yang matanya sudah bersinar.

Elena sedikit mengangkat alisnya dengan tenang ketika melihat Oz yang datang padanya kemudian.

Bang!

Pedang kayu melintas di tempat Elena berdiri sebelumnya dan menabrak lantai dengan keras.

Bang!

Kali ini bukan suara benturan dari pedang melainkan sosok Oz yang sudah mencium lantai dengan menyedihkan.

" Lambat. Apakah terobosan mu tidak membuahkan apa-apa? " Elena masih berdiri tenang dengan pedang yang masih menancap seperti sebelumnya.

Menyeka kotoran dari wajahnya, Oz kembali berdiri dan mengacungkan pedangnya lagi.

" Oh... sikap yang cukup baik. " suara Elena terdengar kagum.

Oz tidak memiliki gaya seperti sebelumnya. Kali ini dia hanya menggunakan satu tangan alih-alih kedua tangan untuk memegang pedangnya saat matanya yang gelap fokus pada sosok wanita didepannya.

Oz juga menyadari bahwa gaya pedang dengan satu tangan lebih cocok baginya.

Ia merasa lebih bebas!

" Ini akan berbeda dari sebelumnya, Elena! "

Woosh!

Menerjang dengan cepat, Oz melambaikan pedangnya dengan gesit dari atas kebawah, kesamping, menyilang... namun usahanya hanya mengenai udara.

Elena dengan santai dapat menghindarinya lagi dan lagi dengan tarian yang anggun tanpa berkeringat.

Bang!

Lagi lagi pedang kayu Oz hanya mengenai lantai.

'Dia masih saja tetap cepat seperti biasanya! Sejauh mana sebenarnya kekuatan wanita ini! Aku bahkan tidak bisa menyentuh satupun ujung gaunnya!' Oz menjadi kesal sekaligus kagum pada Elena.

Menyeka keringatnya, ia bangkit dan menyerang lagi.

Wuss wuss wuss....

Siulan dari pedang kayu Oz terdengar di udara.

...

...

Bang!

" Haah... haaa... "

Nafas kasar kelelahan Oz menghiasi suasana panas pada arena pelatihan. Penampilannya sudah tidak karuan, wajahnya penuh dengan kotoran, pakaiannya menjadi berantakan, beberapa memar tercetak dikulitnya yang basah dengan keringat.

" Sekarang giliranku yang menyerang. Bersiaplah. " Dewi di depannya masih sama seperti sebelumnya, tanpa debu, tanpa keringat. Ia menatap Oz dengan ketenangan seorang ahli.

" Tunggu sebentar-gah..."

Bang!

Ia sudah terbang saat perutnya dipukul oleh sesuatu yang tak terlihat.

" Ayo! Gunakan pedangmu! Gerakkan tanganmu alih-alih mulut! Fokuskan semua indramu pada sekitarmu... " Tatapan dingin Elena menyebabkan Oz merinding saat bangkit perlahan.

'Iblis Elena telah terbangun!'

Yuzuha yang menonton dari samping juga merasakan sengatan yang membuat ekornya berdiri tegak.

Bang! Bang! Bang!

Oz jatuh berkali-kali saat menerima serangan Elena tanpa bisa membela, tubuhnya semakin berat... pandangannya menjadi kabur, indranya semakin menjadi kacau karena kelelahan.

Namun tekadnya yang kuat menggerakkan kakinya untuk terus berdiri.

Elena masih menatapnya dengan dingin.

Dia bergerak lagi!

Oz menutup matanya,

'Jika aku tidak bisa melihat gerakannya melalui mata. Aku hanya perlu fokus pada indraku yang lain seperti yang dikatakan Elena!'

Ia menjadi sangat fokus, keheningan menyelimuti arena pelatihan.

'Belakang!'

Bang!

Oz membuka matanya saat merasakan pedangnya menahan tekanan yang datang, ia melihat telapak tangan yang halus terulur mengenai pedang kayunya.

Oz tersenyum "hehe... aku berhasil!". Namun sial baginya karena sebuah tinju telah mengenai perutnya, membuat wajahnya terpelintir kesakitan.

" Cough- Cough! Uh... "

Oz berjongkok ketika mencengkeram perutnya yang kesakitan.

'Kenapa sesuatu yang dilakukan Elena dapat menyakitiku seperti ini?'

'Bahkan gelombang api ganas tidak bisa menggoresku!'

" Ayo! Jangan terlalu senang dengan keberhasilan kecil! Kelemahan akan terbentuk jika kau memiliki celah. " Elena mengatakan dengan tegas seolah itu bukan apa-apa.

'Ya Dewa! Iblis ini tidak punya belas kasihan sama sekali!' Oz hanya melanjutkan dengan tekadnya yang masih tersisa.

Lagipula, ini adalah jalan untuknya menjadi kuat. Jadi dia sebenarnya sangat berterimakasih pada Elena yang entah mengapa mau melatihnya...

...

...

Setetes keringat meluncur dari dahi wanita berambut perak.

" Ini adalah pertandingan terakhir. " Suaranya yang indah berdering saat sosoknya membelakangi matahari yang mulai tenggelam.

Sorotan matanya menatap Oz dengan serius seolah mengatakan 'Tunjukkan apa yang telah kau pelajari hari ini'

Berbeda dari sebelumnya, pandangan Oz kini menjadi lebih tenang, sikapnya menjadi lebih alami, meski sosoknya sudah berantakan... penampilannya kini memiliki sedikit ketajaman ketika mengayunkan pedangnya.

" Ayo! " Hanya satu kata yang keluar darinya.

Snap!

Bang!

Bang!

Suara tabrakan dari pedang kayu dan telapak tangan bergema di arena pelatihan, mata rubah kecil yang berada disamping berkilauan ketika melihat Masternya yang bisa mengimbangi 'Penyihir' itu...

Ugh!

Sesekali Oz tergelincir dan terkena pukulan Elena, namun ia tidak jatuh saat mengembalikan serangan dengan pedang.

Kilatan licik berkedip di mata Oz.

Pedang Oz lurus menebas Elena dari atas, Elena hanya mendengus menghadapinya dengan tangan kosong.

Namun, Oz tiba-tiba melepaskan genggamannya dari pedangnya ketika memutar tubuhnya dengan gesit kebawah...

Tangan kirinya menahan tanah saat ia melompat seperti seeokor harimau dengan tangan kanannya perlahan mendekati bagian bawah Elena yang bulat dan kenyal dari belakang.

'Jika aku tidak bisa membuatmu menggunakan pedang! Aku hanya akan membuat situasi dimana kau dengan terpaksa akan menggunakannya!' Oz tertawa seperti setan dalam hatinya.

Elena yang sedikit lengah berkedip dengan kesal saat tanganya meraih pedang kayu dipinggangnya, menggerakkannya sedikit.

Tak!

Cakar mesum Oz terhalang oleh pedang kayu, meski dia merasa kecewa dia juga merasa senang bersamaaan!

Ia menggunakan pedangnya!

Meski hanya sedikit gerakan! Menggunakan berarti menggunakan!

Dia menang hari ini!! Akhirnya...

Snap! Snap! Snap! Bang! Bang!

" Argh!!!!! " Lolongan pemuda itu terdengar saat cakarnya yang mesum disiksa oleh sebuah pedang kayu.

Rubah kecil yang berada di samping hanya berkedip dengan keheranan melihat pemandangan ini.

Pertandingan selesai dengan kemenangan menyakitkan Oz.

_____

#Oz's POV

...

" Ugh! Kenapa kau begitu kejam, Elena? Itu hanya strategi, Oke? " Oz mengelus tangan kanannya yang bengkak dengan penuh keluhan memandang Elena.

" Kau menyebut itu strategi? " Suhu menurun dengan cepat, aura menakutkan datang dari sosok Elena yang menatap dengan kesal pada Oz.

" Hei... hei... tapi itu berhasil bukan? Lihat... kau menggunakan pedangmu! Bahkan menyerangku dengan membabi buta seperti itu! Ini adalah kemenanganku! Kau tidak bisa menyangkal itu!" Oz menyatakan dengan penuh kemenangan yang hanya mendapat dengusan dingin dari Elena.

Tapi Oz tidak peduli!

" Sekarang... apa yang harus aku minta ya...? " Oz menggosok kedua telapak tangannya saat memandang Elena yang kesal.

" Katakan saja sehingga aku bisa lebih cepat 'menyembelih' ular mu itu. " Elena tidak peduli ketika mengatakan suatu hal yang membuat Oz menjerit ketakutan.

" Kenapa!!? " Ia tidak bisa tidak bertanya-tanya.

" Bukankah sudah kukatakan sebelumnya, jika kau berani berbuat aneh lagi maka... "

'Slash' Elena membuat gerakan memotong dengan pedang kayunya yang membuat Oz merinding.

" Tapi aku tidak berhasil menyentuhmu kan? " Oz membela diri sebisanya.

" Tapi kau punya niat kan? " Elena akhirnya tersenyum, namun hanya senyum seperti Iblis yang menghiasi wajah cantiknya.

' Ia akhirnya tersenyum! Tapi kenapa hanya senyum seperti itu yang dia buat sekarang?' Oz semakin merinding melihatnya.

" Baiklah katakan saja permintaanmu. "

Snap! Snap! Snap!

Suara ketukan pedang kayu yang menghantam lantai menyebabkan Oz menelan ludah dengan ngeri.

'Kenapa harus seperti ini ketika aku mendapat kemenangan?' Oz menjerit dalam hati.

" Aku- Aku... Aku ingin kau tidak pernah menyembelih 'ular' ku lagi... Selamanya! " Oz datang dengan ide cemerlang pada akhirnya.

Fiuh... Dengan ini, aman sudah kau 'little brother'

" Hm? " Elena mengangkat alisnya lalu melanjutkan " Baiklah. Tapi... jika kau melakukan 'hal' yang aneh lagi, aku akan..."

Thurst! Elena menusukkan pedangnya dengan ganas di lantai beton.

'Apa? Apakah dia akan menusuk lalu membunuhku? Tapi mengapa dia menatap pantatku ketika menusukkan pedangnya? Hii... dasar iblis!'

" Ngomong-omong, ada satu hal yang membuatku penasaran. "

" Apa? " Oz memiringkan kepalanya, 'wanita ini pasti memiliki pemikiran yang aneh! Aku yakin itu!' ia hanya berpikir seperti itu.

" Kenapa wanita itu, Jiya. Sangat senang ketika bermain dengan 'ular' mu itu?" Elena dengan polos bertanya.

Oz berdiam kaku seperti patung ketika matanya sudah bulat seperti piring menatap Elena.

" Bahkan ia memasukkan 'ular'mu ke lubang kencingnya... apakah dia tidak merasa itu aneh? Dan kalian berdua bahkan lengket seperti itu ketika telanjang... kalian terlihat sangat tidak tahu malu."

'Kau yang aneh disini!' Oz meraung dengan keras dalam benaknya.

" Bahkan jika dia tahu 'ular'mu tidak beracun... Itu bisa meludah, kau tahu. Untuk diludahi seekor 'ular' dan terlihat senang... Seperti yang diharapkan dari wanita seorang pria aneh, dia juga akan menjadi aneh." Elena mengangguk penuh pemahaman.

" Kenapa kau hanya diam saja? Apakah kau sebegitu takutnya aku akan menyembelih 'ular' itu? Tenanglah... aku orang yang selalu menepati janjinya, jadi tidak perlu khawatir." Dia penuh dengan aura kebenaran ketika mengatakan itu.

" Bisakah kau memukulku sampai pingsan, Elena? " Suara serak Oz akhirnya bisa keluar.

'

Apasih yang dipelajari wanita ini sampai tidak mengerti 'hal' mendasar seperti itu?