terdengar suara tangisan yang berada di dalam ruangan kecil dan disela-sela isakan itupun Kirana masih sempat berkata "ampuni hamba ya Allah.... ha-hamba ti-tidak sengaja..." kata Kirana sambil terisak-isak.tok tok! "assalamualaikum.." suara itu tidak asing ditelinga kirana. dengan sigap Kirana langsung menghapus air matanya dan memakai cadarnya lalu menyusul orang yang mengetuk pintu tadi. "kamu!?" dengan nada terkejut Kirana langsung menutup kembali pintunya dan segera masuk. "eh.. tunggu gua mau ngomong sama lu jangan ditutup pintunya" ucap cowok itu sambil mengetuk-ngetuk pintu berkali-kali. Kirana sangat takut ketika melihat cowok itu ada didepannya tadi. dia teringat kejadian yang baru ia alami kemarin di sekolah ya! Kirana begitu karena Rifki yang tak sengaja memegang tangannya. karena merasa terganggu oleh keberisikan cowok itu yang minta dibukakan pintu, apa boleh buat Kirana terpaksa harus membukanya. ngiiittt.... dengan wajah menunduk dia bertanya "mau apa kamu kesini?" "emmm.. guaaaa.. kesini mau minta maaf soal yang kemaren, Lo mau kan maafin gua?" Kirana diam. "yaa.. gua tau lu ngejaga banget aurat lo, tapi gua kebawa emosi, jadi maaf ya?" sambungnya. "kamu pikir dengan kamu minta maaf aku bisa kayak dulu lagi? iya?" tanya Kirana "ya... terus gua harus ngapain dong biar dimaafin?". "dasar ini cowok gk tau hukum" batin Kirana "cari tau aja sendiri" jawab Kirana. Kirana langsung masuk kedalam dan menunutup pintu. "aarrgghhh... kurang apa lagi sih gua" ucap Rifki kesal sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. dia bingung apa yang harus ia lakukan cara ini telah dicoba namun gagal lalu cara apalagi yang harus ia pakai agar di maafkan. karena hari sudah sore dan dia seperti patung hanya berdiri didepan rumah Kirana akhirnya dia memutuskan untuk pulang kerumah. setelah Rifki pergi, Kirana sempat mengintip lewat jendela, memastikan bahwa cowok itu sudah pergi, lalu dia bergegas untuk bersih-bersih lalu sholat Maghrib.