Ricko dan teman-teman anaknya sedang bercengkrama sambil menghabiskan suguhan yang telah dihidangkan oleh Dinda.
Dani mengirim pesan kepada Dinda. "Yank, jangan lupa bawa k*ndom titipan Gilang! Anaknya sudah nanyain tuh!"
Drrt drrt drrt
Hape Dinda bergetar, Dinda langsung memiringkan hapenya agar Ricko tidak bisa membaca pesan dari Dani.
Posisi Dinda dan Ricko saat ini sedang duduk bersebelahan.
"Iya!" balas Dinda.
Dinda bangkit dari duduknya dengan alami sehingga tidak menarik perhatian yang lainnya termasuk Ayahnya sendirian.
Dinda berjalan masuk ke dalam kamarnya dan mengambil bungkusan k*ndom yang tiga hari tidak sengaja terbawa olehnya.
K*ndom itu Dinda masukan ke dalam tasnya dan dia keluar lagi dari dalam kamarnya.
Teman-teman yang lainnya kini sudah berada di luar rumah karena sudah saatnya mereka berangkat ke tempat tujuan mereka yaitu pantai.
Semuanya sudah memakai baju bebas dengan bawahan celana dan rok biru seragam SMP mereka.
"Om kami berangkat ya Om!" pamit mereka semua.
"Iya, hati-hati di jalan ya!" pesan Ricko.
"Beres Om!"
"Siap Om"
"Dan, Om titip Dinda ya!"
"Oke Om!" sahut Dani.
Anak-anak remaja SMP itu mulai meninggalkan halaman rumah ini dengan motor mereka masing-masing.
Anak-anak itu memang belum cukup umur untuk membawa kendaraan sendiri, namun apa daya orang tua mereka tidak membatasi anaknya sehingga sudah lumrah di kalangan masyarakat anak-anak seumuran mereka membawa kendaraan sendiri.
Ani keluar dari dalam rumah dan kini berdiri di sebelah Ricko.
"Eh sayangnya Mas sudah keluar!" ujar Ricko saat melihat kehadiran Ani di sebelahnya."Baru saja mau Mas panggil sudah nongol saja! Hahaha" tawa Ricko renyah.
Ani langsung melendot manja. "Mas ayo kita segera berangkat!"
"Iya ayo!" sahut Ricko.
Ricko dan Ani berjalan ke arah mobil Ricko dan masuk ke dalam kendaraan itu.
Ricko dan Ani lupa tidak mengunci pintu rumah ini. Bahkan mereka dengan teledornya tidak menutup kembali pintu gerbang yang masih terbuka lebar.
***
Intan dan Alex sedang dalam perjalanan kembali ke rumah Intan karena Intan baru menyadari bahwa dia lupa membawa cincin milik Aston.
"Kok kamu minta putar balik sih Tan?" tanya Alex penasaran.
"Cincin Aston ketinggalan! Ntar kalau tidak dibalikin dikira aku lagi kasih kesempatan!" dengkus Intan.
"Ya tidak apa-apa kali! Aston kan tampan, mapan, dan yang paling penting cinta setengah hidup sama kamu Tan!"
"Tapi aku tidak mau Lex! Aku itu sudah berumah tangga! Sudah punya suami dan anak-anak!"
"Oh iya, aku penasaran sama Ricko! Kok kamu bisa tahan pacaran sama dia lama banget sih Tan? Padahal dulu waktu jaman masih sekolah dan kuliah banyak yang ngejar-ngejar kamu!"
"Ricko itu orangnya baik, pengertian, dan yang paling penting dia setia!" Intan tersenyum ketika terkenang dengan masa mudanya saat masih pacaran dengan Ricko.
"Setiap tikungan ada ya Tan!" canda Alex.
"Sembarangan!"
Plak
Intan menggeplak lengan Alex.
"Hahaha" Alex malah tertawa.
Intan dan Alex sudah berteman sejak mereka masih sekolah dasar, sehingga meskipun Alex adalah atasan Intan, mereka terkadang masih berinteraksi seperti teman pada umumnya.
"Lex gimana sama istri kamu?! Sudah ketemu titik terang belum?!" tanya Intan yang penasaran dengan nasib rumah tangga teman kecilnya ini yang sedang diujung tanduk.
***