1 April 2030 pukul 19.00 GMT
Kings Cross—ST Pancras, Granary Square, Restoran Dishoom.
Seorang wanita Asia dengan gaun tertutup yang indah sedang bersantap malam dengan seorang pria yang memakai setelan bisnis.
"Dia tidak memainkan game Osigna?"
Suara wanita itu menyenangkan untuk didengar, dia seorang perancang busana yang melakukan tur keliling dunia bersama managernya.
"Benar, bukankah hubunganmu dengannya hanya masa lalu? Kenapa kau bersikeras untuk bisa menemukannya?"
Pria bersuara bass itu menjawab dengan lancar.
"Ya, aku hanya teringat padanya. Jika dia tidak memainkannya, apa boleh buat. Apakah alamat ini benar?"
Wanita itu, Celine, menunjuk berkas yang ada di depannya.
"Tentu saja, semua informasi tentangnya ada di dalam. Apa ada hal lain yang kau perlukan?"
"Tolong pesankan tiket pesawat kelas ekonomi untukku ke Indonesia, pilih penerbangan tercepat."
Permintaan itu membuat managernya bingung.
"Maaf?"
"Menyebalkan jika ada yang tahu aku pulang, jadi penyamaran adalah yang terbaik."
"Baiklah, akan segera kusiapkan."
Managernya berdiri lalu pergi meninggalkannya menyantap makan malam sendirian.
- "Wow, bukankah dia Ruby Rose? Sangat cantik, aku ingin mengambil fotonya."
- "Kudengar dia sudah bergabung dengan guild?"
- "Sungguh? Guild apa yang beruntung mendapatkannya?"
- "Guild Battle Angel, kukira Ruby Rose sudah berhenti bermain solo. Menaikkan level sendirian memang sangat sulit.... "
Celine mendengar semua perkataan orang-orang di sekitarnya, wajahnya cukup pucat saat ini dan menjadi lebih pucat lagi ketika seseorang datang tak lama setelah managernya pergi.
"Kau terlihat tidak sehat, Ruby?"
"Namaku Celine dalam kenyataan, Tarnia."
Orang yang datang adalah seorang wanita berambut pirang dengan kesan sombong, tetapi dia memiliki wajah yang cantik hampir sebanding dengan Celine.
Mereka saat ini mengenakan alat penerjemah yang dipasang di sekitar telinga dan mata kiri, dengan teks-teks dalam layar transparan sebagai hasil terjemahan sehingga memudahkan berkomunikasi meskipun terkesan kaku.
"OK. OK. Jangan melihatku seperti itu, Celine sayang. Selamat bergabung dengan guildku."
Tarnia menawarkan jabat tangan tapi Celine mengacuhkannya.
"Seharusnya kau tidak mencampurkan kenyataan dan game, Tarnia."
"Bukankah kita berjuang di keduanya? Itu bukan game tapi dunia lain, anggaplah begitu dan kau akan menguasai segalanya di sana."
"Aku hanya akan bergabung sementara, ingatlah."
Tak!
Celine menyelesaikan makan malamnya dan pergi ke hotel tempatnya menginap di Kings Cross—ST Pancras.
***
2 April 2030 pukul 10.00
Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam karena memikirkan Taha.
Mungkin aku akan jatuh cinta padanya kalau tidak mengingat perilaku di masa lalu, aku seseorang yang posesif dan pencemburu, hal itu membuatku menjadi gila ketika jatuh cinta pada seseorang dan saat orang itu pergi, aku akan benar-benar tak bisa mengendalikan diri, mungkin pemikiran bunuh diri akan muncul lagi.
Itu alasan yang jelas, bukan berarti aku tidak percaya padanya, tapi berpikir rasional sebelum emosional itu lebih baik.
Aku sangat memahami kepribadian diri sendiri, jadi aku takkan membenarkan hal yang ku lakukan, justru tak apa jika dia menyalahkan dan membenciku.
Seharusnya seperti itu, tapi pagi ini aku menerima telepon yang mengejutkan.
(Uang sewa kontrakanmu sudah dibayar sampai bulan depan, sepertinya kau memiliki pacar yang baik.)
Aku membeku ketika mendengarnya.
(Halo, ah ya sudahlah)
Tut.
Telpon terputus.
Setelah memulihkan pikiran, aku bergegas mengganti pakaian dan berlari menuju rumah temannya yang berada di kompleks yang sama.
Dok Dok Dok
Aku menggedor pintunya dengan keras, memang tidak sopan, tapi aku punya firasat buruk.
Ceklek!
Pintu terbuka.
"Toni, apakah dia masih di sini?"
Toni, teman Taha semasa kuliah. Dia terlihat bingung sesaat, lalu menjawab.
"Dia udah pergi di pagi buta, dia hanya tidur sebentar."
Apa? Dia pergi?
"Begitu, apa dia tidak menyuruhmu menyampaikan sesuatu?"
Ekspresi Toni berubah muram.
"Dia bilang mari kita putus sementara."
Mataku membelalak kaget.
"L-lalu ada lagi?"
Aku menahan perasaan sedih.
Toni mengusap rambutnya.
"Aku gak tahu kalian ada masalah apa, tapi kuharap tidak terlalu serius. Dia hanya mengatakan itu lalu pergi, aku gak sempat menanyai alasannya."
Oh, baiklah. Rasa sakit ini pada tingkat yang bisa kutahan daripada saat aku benar-benar jatuh cinta.
"Terimakasih."
Aku pulang ke kontrakanku dan merebahkan diri di kasur dengan lemas.
Dia tidak memberitahu alasan apapun dan kata-kata 'putus sementara' itu ambigu. Bisa jadi, dia meninggalkanku dan mencari wanita lainnya pada masa sementara itu. Lalu kenapa dia membantuku?
Aku memandang langit-langit kamar dengan perasaan kacau, aku meminta cuti hari ini dengan maksud akan mengajaknya berkencan, tapi dia malah pergi.
Aku mengambil smartphone dan memeriksa kontaknya, dia memblokirku. Itu pasti begitu.
"Sekarang apa?"
Ting!
Hnm?
Aku memeriksa smartphone dan melihat ada email masuk.
[Dari Asosiasi]
Asosiasi?
Apa itu? Ah, benar aku melupakannya. Aku bergabung ke sebuah forum freelance, dan menjadi freelancer dua tahun lalu. Aku berhenti sebagai freelancer satu bulan lalu karena ada pekerjaan-pekerjaan berbahaya yang dibebankan.
Forum yang kumasuki adalah forum hacker, kemampuanku rendah dibandingkan anggota lain karena aku tidak sungguh-sungguh mempelajarinya, tetapi aku bisa melakukan beberapa hal dasar sebagai freelancer dalam forum itu.
Memperketat keamanan dan menerobos suatu website ilegal sesuai permintaan klien. Bayarannya lumayan, tetapi resikonya lebih besar karena posisiku bisa terlacak kemudian menjadi sorotan hacker lainnya di forum. Tidak hanya hacker kerah putih, tapi juga hacker kerah hitam.
Aku sudah keluar dari forum, tapi asosiasi masih menghubungiku?
Asosiasi ini adalah pemilik forum itu yang identitasnya tak diketahui sama seperti anggota lainnya.
Mungkin akan ada hal buruk terjadi jika aku membaca email itu. Jadi kuputuskan untuk mengabaikannya saat ini.
Aku masih punya hati yang lurus, jadi mengalami dunia semacam itu adalah hal yang menyesakkan. Awalnya hanya mencoba, ternyata itu sangat beresiko.
Mempelajarinya selama tiga tahun dan mempraktekkannya selama dua tahun, itu adalah catatan yang ingin kuhapus dan kulupakan. Lagipula aku membuat identitas baru sebagai Gita, itu bukan nama asliku. Hanya saudara perempuanku yang tahu tentang identitas asliku, sayangnya dia tak mungkin mau menemuiku saat ini.
Perasaan sedihku jadi sedikit hilang karena ini, Taha bilang putus sementara, apakah suatu hari kami akan jadian lagi? Jika itu terjadi, tidakkah dia sudah menemukan wanita yang lebih baik?
Menurutku karena pikiran rasional, tak perlu untuk menebak masa depan yang tak pasti, jadi yang akan kukerjakan berikutnya adalah mengikuti rutinitas harian seperti biasa dan juga mencari pekerjaan sampingan lain karena aku sudah dipecat dari cafe Osigna.
Aku takkan tahu untuk saat ini bahwa mengabaikan email itu akan menjadi bencana.
Aku mulai menerima kehidupan sederhana sebagai waktu yang menyenangkan daripada terus frustasi. Aku kira pemikiran tentang hidupku yang tak berguna dan frustasi harus kurubah.
***