Sena kemudian meraih bajunya yang tercecer di lantai. Dia baru saja selesai menormalkan kembali pikiran dan kesadarannya. Dia merasa menyesal karena bercinta dengan wanita lain pun, hati dan pikiran Sena masih memikirkan Azmya. Dia malah membayangkan kalau dia sedang bercinta dengan Azmya bukan dengan Putri. Dan Sena merasa bersalah, karena mungkin ini sangat tidak adil buat Putri. Tapi di situasi sebelumnya, dia juga tidak bisa menahan diri. Dan haruskah Sena menghancurkan semua kepercayaan Putri yang sudah menyerahkan tubuhnya untuk Sena. Meskipun itu tidak spesial, tapi cukup jelas kalau dia menikmati perbuatan itu.
Putri kemudian datang kembali membawa dua cangkir kopi.
"Putri, aku tidak akan lama di sini. Aku harus pulang," kata Sena sambil merapihkan kemeja dan jasnya.
"Minumlah kopi yang sudah aku buatkan untuk Bapak!" ucap Putri memaksa Sena untuk meminum dulu kopi yang sudah dibuatnya.
Sena tersenyum merasa tidak enak.
"Baiklah."