Hargai aku dengan voment :)
Lyanne berlari cepat mengitari koridor gedung fakultas hukum setelah susah payah membalas pesan ke empat pria yang diluar ekspetasinya bersama sama mengirimnya pesan di menit yang sama. Ia berhenti ketika melihat salah satu sang pengirim pesan bersender di mesin minuman,
"Kak man—
"eh kok lari larian? nih minum dulu," Mark menyodorkan minuman isotonik yang baru ia beli di mesin minuman. Lyanne yang tentunya selalu berpikir 'tak perlu sungkan kalau ada yang memberi' langsung meneguk cepat minuman isotonik. "Jangan jangan kak Mark yang punya perusahaan minuman ini ya? hobi banget ngasih ini," batinnya.
"Minumnya perlahan dong, kalau keselek gimana?" Lyanne sedikit tidak peduli walaupun sebenarnya hatinya sangat peduli—ia berdegup sangat cepat. "Kak cincinnya mana? aku buru buru," Mark segera mengambil cincin emas putih di saku kemeja kotak kotak merah hitamnya.
ootd Mark kali ini—kaos hitam dengan kemeja yang tak dikancingi dipadukan dengan ripped jeans hitam dan sepatu vans old skoolnya mempertegas sekali kalau ia memang idaman para mahasiswi disini. Ya tak terkecuali Lyanne yang menatapnya sambil menelan ludah sesekali.
"Mau kemana lagi emangnya?" Sambil memberikan cincin Lyanne, "ada deh pokoknya penting kak, makasih ya kak, izin pamit duluan!" Mengapa harus Mark dulu yang Lyanne temui? Karena cincin itu pemberian dari ayahnya ketika umurnya tujuh belas tahun dan berharga baginya. Lyanne kembali berlari menuju pria selanjutnya yang kini sedang gundah didalam mobil hitam miliknya,
"As—taga maaf!" ucapnya setelah duduk di jok mobil samping Jeno. "abis marathon dari Monas lo?" Enggan menjawab Lyanne meneguk sisa air isotonik dari Mark, "bokap nyokap gue ngirim seseorang cuman buat cari identitas lo," sambil mengambil topi hitam yang terlihat berharga fantastis dan memasangkan di kepala Lyanne, "usahain menghindar kalau ada yang narik lo pergi, pakai topi kalau mau kemana mana." Jeno tampak terdiam sebentar,
"Pasti lo bakal ikut kebawa sama masalah kolot ini sih. Lo mau kan bantuin gue?" Jeno kembali menatapnya. Kata 'masalah' tampak sangat asing bagi Lyanne yang sebelumnya penyandang gelar 'si biasa saja'. Pasalnya, Lyanne selama hidup tidak pernah mendapat masalah; Tak pernah dimarahi orang tuanya, tak pernah sekalipun dipanggil keruang BK-kecuali ketika ia diminta mengumpulkan arsip siswa, dan ia tak pernah begitu mempermasalahkan kisah asmara nya sampai sekarang—walau sebenarnya sekarang ia sedang mendapat masalah didekati empat pria. tidak bisa dibilang masalah sih. Hanya saja, ini pertama kalinya ia diajak masuk dalam permasalahan orang kaya tentang pertunangan seperti cerita di wattpad yang Viona dan Nanda gemari.
"Gue usahain masalah cepet selesai, sampai kakek gue percaya kalau gue emang cocok jadi penerusnya dan lo bisa kembali ke kehidupan biasa lo." Sumpah demi tuhan Lyanne tak bisa berkata, "gue tentu siapin kompensasi buat lo kalau bantu gue."
Dan berakhir lah Lyanne dengan wajah dongonya duduk dibelakang motor Jazziel. "lo kenapa sih? Lo nyolong topi seharga dua belas kali Olaf servis dimana? Dosa lu!" Olaf—yang dimaksud adalah vespa matic kesayangannya. Gila Jazziel udah gila makin gila! batin Lyanne sambil mengeratkan pegangan tangannya ke jaket Jazziel.
"Ke pinggang dong mbaknya kebiasan ya, awas aja kalau gue tiba tiba ngebut lo jatoh, nggak bakal gue tolong." Lyanne tak urung mengerutkan dahinya, "nggak bakal ada yang marah?" wajah Jazziel tampak bingung terlihat jelas oleh Lyanne dari spion, "yaudah ayo ngebut!" tak kunjung dapat respon, Lyanne memilih memeluk pinggang Jazziel ketika olaf mulai mempercepat lajunya membelah jalanan.
Otak Lyanne terus memutar lagu make you mine -PUBLIC dan terhenti ketika sadar sudah sampai didepan rumahnya—dan seberang rumah Jazziel. "Lo tuh sumpah ya cung, udah kayak intro youtube-nya Hirotoda 'apakabar Jazziel Sungkar? sudah gilaaa!'" Lyanne berucap sambil menirukan gaya si youtuber dengan mengangkat kedua tangannya.
"dan lo masih tetep dongo kayak ponyo. Padahal nama lo ada unsur princessnya ya?" Sambil melepaskan helm yang masih bertengger dikepala Lyanne, "bulan depan ada Disney on Ice lo temenin gue nonton ya ya? Tenang semua biaya gue yang tanggung."
Kalau gratis, Lyanne bisa apa?
Besoknya berhubung Jazziel lebih dulu ke kampus karena jadwal mereka yang berbeda, Lyanne lebih memilih untuk berangkat dengan KRL dibanding dengan gojek, "memakai transportasi umum demi Indonesia lebih baik lagi" katanya. Setelah berhasil mendudukkan bokongnya dikursi, ia tersadar kalau didepannya ada wajah yang tak asing sedang berbincang sambil menampilkan gigi kelincinya dengan nenek dan sang cucu. Sadar dirinya diperhatikan, Azema menoleh pada Lyanne sambil bergumam tanpa menghilangkan senyuman giginya, "Eh Lyanne? Aku duduk disebelah kamu ya!" dan alhasil ia mereka duduk bersebelahan.
"tumben Jem naik KRL?" Azema terkekeh, "lagi di servis kemarin motor mati ditengah jalan Lyn, untung kamu nggak jadi bareng aku ya? aduh malu banget aku pasti kemarin haha," Lyanne hanya menggeleng mendengar pernyataannya. Sambil terus berbincang absurd: mulai dari membicarakan topi berharga fantastis yang dipakai Lyanne, menanyakan kemarin Lyanne pulang dengan siapa sampai membahas tetangganya, Jazziel,
Dan ternyata di sisi lain telinga sang empunya berdenyut panas, saat itu juga Jazziel bertanya ke Haechan "kok telinga gue panas sih?!" Yang hanya dibalas hujatan oleh Haechan "ka ghibah mereun maneh mah da beungeut piomongeun," yang sama sekali tak Jazziel mengerti.
Akhirnya mereka sampai di pemberhentian dan memilih opsi berjalan menuju gedung fakultasnya. "Lyn Lyn ku!" Cheara dan tentunya dengan Chenle menghampiri Lyanne dan Azema setelah mereka memasuki ruang kelas yang masih belum penuh, "pergi bareng sama si Dilan KW?" Chenle bersuara sambil menepuk pelan bahu Azema, "nggak sengaja ketemu di KRL tadi," mereka memilih untuk duduk bersebelahan sambil menunggu dosen datang,
"Naik KRL enak nggak sih?"
tentunya hanya cucu konglomerat yang berani bertanya seperti itu. "Kayak kita naik KRL di Jepang aja sih Le cuman agak beda dikit aja," saudarinya—Cheara berujar malas sambil mengambil kotak coklat bermerek Godiva dan membagikannya ke Azema dan Lyanne, "wih oleh oleh nih makasih ya!" ujar Azema semangat.
"Siapa bilang oleh oleh? tiap hari dirumah kita juga ada." Azema dan Lyanne memandang mereka tak percaya,
"the real rich asian anjir."
jangan lupa vote dan comment ya!