Di hari minggu yang terik ini biasanya orang orang lebih memilih rehat atau quality time dengan kerabat atau keluarga masing masing—terkecuali Lyanne dan teman kelasnya yang harus pergi ngampus demi mendapatkan nilai dari dosen yang terkenal dengan sebutan si inces incridible karena pakaiannya yang sangat nyentrik walau sudah memiliki cucu dua.
"Setiap gue liat ni dosen sakit mata terus sumpah." Dhea—salah satu mahasiswi yang tergabung dalam forum gosip kampus menekan matanya yang terpejam. "Dhea ada benernya juga sih, lo sadar nggak sih Lyn? Si inces lagi pake louis Vuitton kw lagi, kasian gue." Chaera menggelengkan kepalanya.
Sebenarnya Chaera tidak pernah mengjudge masalah pakaian orang, walaupun pakai barang branded versi tanah abang pun. Hanya saja dalam kasus ini, ia telah mendapatkan nilai merah dalam mata kuliah si inces karena tak sengaja bertanya yang membuat muka si inces merah padam, "bu kok tali tasnya ibu warnanya beda ya sama yang saya?" Membuat satu kelas menahan tawa karena mereka jelas sadar mana tas yang asli dan kw super.
Setelah mengantre untuk pengecekan tugas dan mendapat nilai, mereka memilih untuk saling membubarkan diri. Lyanne sendiri memilih ke perpustakaan kampus untuk meminjam buku puisi feminis yang sempat di rekomendasikan Carla, "ngena banget kan ini puisinya? di perpus ada tiga buku yang sama lo pinjem aja deh." Ucap Carla saat itu sambil berapi-api.
Lyanne mendorong pintu setelah berhasil menyelesaikan urusan peminjaman, dan pandangannya langsung tertuju pada pria yang juga sama baru keluar dari pintu Starbucks Coffee yang menyatu dengan perpustakaan.
Lyanne mendorong pintu setelah berhasil menyelesaikan urusan peminjaman, dan pandangannya langsung tertuju pada pria yang juga sama baru keluar dari pintu Starbucks Coffee yang menyatu dengan perpustakaan
Azema yang melihat Lyanne segera menghampirinya, "loh aku kira kamu udah pulang bareng si kembar," kembali lagi ia menampilkan senyuman andalannya. Pakaiannya yang tampak seperti idol Korea semakin menambah tingkat kedewasaan dari seorang Azema; celana hitam bahan yang dipadukan dengan kemeja yang dikeluarkan sebagian.
Ya tuhan bukankah ia lebih mirip Na Jaemin dibanding Dilan?
"Hah enggak aku mampir ke perpus dulu mau pinjem buku," Lyanne menunjukan buku karya Rupi Kaur yang sedari tadi ia peluk dengan tangan kirinya, "Kamu suka Rupi Kaur juga? sama dong," mereka berbincang sambil berjalan menjauhi perpustakaan, "baru suka kok,"
Tak ada tujuan setelah berhasil menjauhi perpustakaan, Azema mengajak Lyanne untuk pergi sekadar mengelilingi kota dengan motor PCX nya yang telah selesai di servis. "Lyn pilih A apa B?" Tak mendengar dengan jelas apa yang Azema bicarakan, Lyanne lebih memilih melontarkan kalimat sejuta umat jika berada diposisinya, "hah? iya iya,"
Azema yang mendengar respon dari Lyanne hanya tertawa dan mengulang kembali ketika lampu merah sambil menengok kebelakang—dan mereka yang sangat dekat membuat masing masing jantung mereka berdegup cepat, "o-oh A aja," ia berucap sambil mendorong helm Azema canggung. Sebenarnya Lyanne tidak tahu maksud pilihan yang dibicarakan Azema, tapi yasudah lah let it flow.
"Kita sampai tuan putri," Azema melepaskan helmnya begitu juga dengan Lyanne. Tatapannya tak lepas dari bangunan dihadapannya yang dikelilingi pohon pinus, tulisan Graha Cahya Aussi terpampang jelas dipintu bangunannya.
"Aduh cucu kita datang!" Seorang nenek dengan tongkatnya menghampiri pelan dan membiarkan Azema mencium telapak tangannya. "Siang menjelang sore nena Ayu," dan dua lansia lain menghampiri Azema dan Lyanne—tapi sepertinya mereka tidak sadar ada Lyanne yang terdiam canggung disana, sampai lansia berkacamata bentuk mata kucing berbicara, "cucu kita bawa gadis loh," yang dibicarakan langsung menyalami tiga lansia yang ada dihadapannya,
"Jema tumben datangnya bawa cewek," seorang yang lebih muda—tampaknya perawat disana memanggil Azema ketika mereka berlima masuk kedalam, Lyanne hanya bisa tersenyum kikuk ketika nena Ayu memeluk lengan kanannya. "hehe baru dari kampus sekalian aja diajak kesini mah,"
Setelah Azema dan Lyanne membantu dan menemani para lansia disana, mereka memilih beristirahat di taman samping sambil memakan bubur kacang ijo yang saat itu menjadi menu santapan siang hari. "Kamu sering kesini jem?" yang dipanggil menengok sambil tetap menyeruput pelan, "seringnya hari minggu aja, sisanya kalau ada waktu senggang."
Lyanne baru pertama kalinya mengunjungi panti jompo. Awalnya ia kira tempat ini hanya diisi para lansia yang memang membutuhkan sekali bantuan, namun tampaknya panti jompo disini agak berbeda: disini para lansianya begitu semangat, fasilitas disini juga lebih dari cukup, dan poin utamanya dari ketiga wanita lansia yang tadi menyambut mereka berdua.
"Nena Ayu, oma Pipit, sama nena Acel lansia paling berada disini, masing masing punya usaha yang nggak bisa dibilang kecil. Mereka milih buat tinggal disini karena merasa keluarganya nggak peduli dan sibuk sama urusan masing masing. katanya disini lebih enak soalnya ada temen yang kalau diajak bicara sejalur." Kemudian langit tampak mendung disusul dengan datangnya ribuan titik air yang membasahi kota ini.
"Lyn kamu gapapa pulang agak maleman?" Kini mereka sedang duduk diruang tamu sambil melihat hujan yang tak kunjung berhenti dan sialnya Azema lupa membawa jas hujan. Lyanne tersenyum simpul, "santai aja kali, besok juga nggak ada jadwal pagi kan?" Azema berulang kali meminta maaf sampai oma Pipit datang dengan secangkir teh,
"oma pengennya neng Lyan nginep disini temenin oma, tapi pasti yang dirumah khawatir," Lyanne mempersilahkan oma Pipit duduk disebelahnya, "a Jem bisa naik mobil?" Azema mengangguk dengan tatapan bingungnya, "pakai mobil oma aja atuh dibelakang. kuncinya ada di Ajeng." yang dimaksud adalah perawat yang menyambut mereka tadi.
Berakhirlah mereka didalam mobil oma Pipit melaju ditengah macetnya kota. "Lyn maaf ya sumpah aku nggak expected bakal hujan kayak gini. Udah bilang ke orang tua kan kalau kamu lagi pergi sama aku?" Azema menyalakan radio dengan tatapan yang masih tetap melihat jalan, "udah tadi kok santai." Mereka kembali berbincang hal absurd untuk kesekian kalinya. Unik sekali seorang Azema Malik Nugroho ini.
Jangan jangan Azema cucunya Dilan lagi.
drtt...
Iel cungkarku calling..
Belum sempat Lyanne angkat, handphonenya mati diwaktu yang salah. "Siapa Lyn?" Azema meliriknya sekilas, "Jazziel. Tumben banget nelpon dia," melihat handphone Lyanne yang mati ia bernisiatif menawarkan powerbank, hanya saja ditolak Lyanne dengan alasan rumahnya sudah dekat.
Sesampai didepan rumah Lyanne, Azema kembali berinisiatif membukakan pintu dan mengantarkan Lyanne dengan payung berhubung hujan masih tak kunjung reda. Di depan pintu mereka disambut oleh bunda Lyanne, "Azema izin pamit ya tante, Lyn Assalamualaikum." Setelah memastikan mobil yang dikendarai Azema melaju, Lyanne dan bundanya memilih masuk kedalam rumah.
Dan tampak mereka sadari, Jazziel mengamatinya—sedari tadi di jendela kamarnya.