Chereads / Vika's Story / Chapter 49 - Malam yang Kacau

Chapter 49 - Malam yang Kacau

So guys, first, karena ini bulan puasa, ku hanya ingin mengatakan hati hati, ada beberapa kata kata kasar dan lain lain, jadi kalau masih mau baca yaudah, pokoknya aku dah ngasih tau :(

××××

*Ting

Suara lift, pintunya sudah terbuka

"Seru?" tanya Elvin begitu Vika melewati kamarnya

"B aja" balas Vika acuh tak acuh, mereka semua masih di luar, dari tadi gak ada yang masuk ke dalam, Ini jam 17.00, Vika berendam air hangat kali ini, ia berendam selama 1 jam, kemudian keluar, Liona langsung masuk ke kamar mandi

Vika pergi keluar kamar, kosong, harusnya mereka mandi, ini sudah jam 18.00 dan matahari sudah tenggelam

30 menit

*Ceklek

"Jalan kuy?" tanpa basa basi, Jimin langsung ngajak jalan

"Skuy lah bangg" seru Liona

Mereka masuk ke lift, lalu berjalan jalan, Vika berjalan paling belakang

"Lama lama kesel" batin Vika

"Napa?" tanya El yang langsung ikut nimbrung

"Vika paling pendek disini! Padahal Vika 170 lhoo" gumam Vika

"Hah?" tanya Avan yang berada kedua dari belakang

"Gak papa" balas Vika

"Ya terima nasib lah Vik, hahaha" dasar, tapi, untuk pertama kalinya El tertawa kayak gitu

"Anjay, ketawa donk" batin Vika

Masih terdengar suara ketawa El, hingga lambat laun itu memudar

"Woy Vik!!" suara Liona

Vika langsung celingak celinguk, soalnya dia ngelamun dari tadi

"Cepetan!! Ngapain lo disitu?!" tanya Dimas

Ah...mereka sudah berbaris ingin berfoto, ada kakak petugas yang udah siap dengan hp Liona

Vika langsung lari aja ke arah mereka, duduk di bawah, samping Dimas, sementara Liona buat love dengan kedua ujung jari nya ditempel di pucuk kepala

"Udah kak" seru kakak itu

"Makasihhh" seru Liona yang langsung melihat hasil foto itu

"Bjirr, gue ganteng banget gila" seru Dimas

"Anjayy, gue cantik begoo" timpal Vika

"Bahahah, ini napa gini anjir?" tanya Liona seraya mengezoom muka bang Tae, aib bjir

"Ini juga kenapa njir??" tanya Vika seraya memindahkan perhatian ke muka bang nchim

"Syudah lah, gue tau gue tampan, mari kita lanjutkan perjalanan indah ini" seru Jungkook seraya pergi menjauh

Sisanya ngikut, Vika tetap dibelakang, ada apa ini? Kenapa Vika dibelakang teroz? Hm, mari kita tanyakan

Kenape mbak? -author

Gtw -Vika

Gtw troz, auk ah, w ngambek -author

Bodo -Vika

Gue tenggelemin mau gak? -author

Enggak ah -Vika

Back

Mereka jalan sana sini, 30 menit berlalu, jam 19.00, mereka makan malam, seperti biasa, Vika yang ngejagain makanan, dan Elvin ngambilin makanan ama minuman buat dia

Ricuh tentunya, Vika diam, gak tau ah napa, udah 15 menit berlalu, makanan Vika tinggal sedikit

Drrtt...dddrrrtt...

Hp Vika, tertulis nama 'bang Vito'

"Halo bang?" seru Vika

"Gedung selatan, coba liat" serunya

Vika langsung ngeliat ke arah gedung selatan, lantai paling atas, terlihat Vito sedang melambaikan tangannya, Vika membalasnya dengan lambaian dan senyum manis

"Nanti gue kesana, bilang kalau udah selesai oke?" cowok itu berbicara seraya tetap menatap Vika

"Okie bangg" balas Vika seraya menatap cowok itu pula

*Klik

Sambungan terputus, setidaknya mood Vika lebih baik (?) Ia tersenyum saat ini

"Uuuuu" itu Kuki

"Ada yang tertikungg" balas Liona

Vika cuma natap datar, senyumannya hilang

Hening sejenak, lalu Liona membuka mulutnya, "Oke, lo kenapa?" tanya Liona dengan nada tajam

"Gak papa" balas Vika seraya menyuapkan nasi ke mulutnya

"Kenapa setelah mandi hujan sikap lo kayak gini? Lo sakit?" tanya Liona

Vika cuma diam, males ngomong, males gelengin kepala

"Ayo jawab!" titah Liona

Vika natap datar, "Diam, gak usah malu malu in" seru Vika

*Brak!

"Apa lo bilang?!" Liona menggebrak meja, lalu berdiri

"Minta maaf, Vika" titah Ethan

"Gak mood" balas Vika cepat

"Liona, duduk" titah Yoongi

"Enggak sampai dia minta maaf" seru Liona dingin

"Gue gak bakal minta maaf" seru Vika dingin

"Vik" itu Elvin

"Halo bang? Masih makan?" tanya Vika pada orang yang ia telepon

"Kenapa? Udah? Yaudah gue kesana, tunggu ya" seru Vito

"Gak usah, ketemu di bawah aja" seru Vika

"Gue mau kenalan dulu ama abang lo, boleh?" tanya Vito

"Oh, yaudah" balas Vika

Sambungan itu terputus

"Vika" kali ini yang manggil Avan, setidaknya suaranya lebih lembut

Vika cuma diam, sibuk dengan hp nya

Liona akhirnya duduk, pegel soalnya

"Vika kenapa?" itu Dimas, pertanyaan nya sama seperti anak kecil waktu itu, anak kecil yang di taman, yang jadi teman pertamanya, setiap Vika sedih, pasti anak kecil itu akan bertanya sedemikian rupa

Biasanya Vika menjawabnya dengan senyuman, tapi dia malas, dia gak mau senyum untuk orang orang ini sekarang, kenapa? Mood nya cepat sekali berubah

"Vik?" itu Vito

"Oh, udah nyampe, kok cepet?" seru Vika seraya tersenyum dan mengambil posisi berdiri

"Beda gedung doank kita dek, bukan planet" seru Vito garing

"Garing bang, plis" seru Vika seraya terkekeh

"Gak dikenalin nih?" tanya orang itu

"Oh, ini abang aku, Elvin, Evan, Ethan, yang itu abang sepupu, Avan" seru Vika

Anak manusia itu cuma ngangguk ngangguk, "Pinjem Vika nya bentar ya bang" serunya seraya menarik tangan Vika

"Iya, hati hati ya" seru Ethan ramah

"Cih" Liona masih kesel

"Kunci pintu lo, kalau ada yang ngetuk, jangan dibukain" seru Elvin dingin

"Gak bakal" balas Liona

2 insan yang tadi udah nyampe di parkiran, mereka menaiki mobil Vito tentunya

"Pasar malam kan?" tanya Vito

"Iya" balas Vika

Mereka seneng seneng aja di dalam mobil, Vito nyanyi, terus dilanjutin sama Vika, akhirnya konser di dalam mobil

20 menit, mereka sampai

"Ayo, lagi lagi, maju, terus terus, hop! Batas sadar diri" itu tukang parkir guys

"Anjay bang, tukang parkirnya ambyar" seru Vika yang mendengar itu

"Habis ini pasti bilang mundur, yaudah yok turun" seru Vito

Mereka turun

"Abang pernah ke sini ya?" tanya Vika seraya berjalan jalan melihat itu semua

"Sempat tinggal di Bandung, terus pindah ngikutin papa, yaa, masih ingat lah jalan jalannya" jelas Vito

"Oh, gitu" seru Vika

"Sini, kita naik ini oke?" ajak Vito

"Okee" seru Vika

"2 orang mbak" mereka memesan tiket

"20.000" seru kakaknya

Vito yang bayar

"Kok abang yang bayar?" tanya Vika setelah mereka memasuki wahana

"Kenapa emang?" tanya Vito

"Nanti kasih tau nominalnya, Vika gak suka ditraktir" seru Vika seraya menggembungkan pipinya

"Gak usah, gue ikhlas" seru Vito seraya mencubit pipi Vika

"Vika ngambek kalo gitu" seru Vika

"Ih, lucu banget sih anak orang, semoga gue jodoh looo" seru Vito seraya mencubit hidung Vika

"Aw" Vika megangin hidungnya guys

Beberapa wahana udah mereka naiki, sekarang mereka naik biang lala

"Eh, bentar, mau gulali" seru Vika seraya memegang ujung kaos Vito

"Hm, bentar" seru Vito

"Eyy, nope, uang aku" seru Vika seraya berjalan duluan

"Enggak" tekan Vito

"Gigit nih?" ancam Vika

"Gigit aja" balasnya, "Pak, gulalinya satu, yang warna putih" seru Vito

"Ish" Vika ngambek ges :v

"Ini mas, 8.000" seru abang penjualnya

"Makasih ya pak" seru Vito seraya memberi uang pas

"Kan udah dibilangin uang Vika!" seru Vika

"Ini punya ku kok, wlee" seru Vito seraya berlari

"Anjer bang!!" Vika langsung ngejar donk, "Lari kemana hah?" Vika narik baju Vito

"Iya iya, ampun nya'i, Vito salahhh" serunya

"Ish!" balas Vika

"Nah nah, makan" seru Vito seraya menyumpalkan gulali ke mulut Vika, "Tuh kan, diem, ayo naik biang lala" lanjutnya seraya menarik tangan Vika, Vika ngikut doank, gulali nya nyangkut di langit langit mulutnya soalnya

Mereka udah masuk

"Kenapa pake traktiran segala coba?" protes Vika

"Ya biar kalo gak jodoh, kita sahabatan" balas Vito

"Hubungannya apaan?" tanya Vika sambil memakan gulalinya

"Kenang kenangan aja gitu" seru Vito

Vika cuma manggut manggut

3 kali putaran, mereka habiskan buat ngobrol ama foto foto terus nyanyi

"Capek?" tanya Vito

"Enggak juga" balas Vika

"Yaudah ayo naik itu" seru Vito

"Skuy" balas Vika

Mereka naik, Vika ketawa ketawa gak jelas, kenapa? Karena mereka menaiki wahana yang perahu itchu, aku lupa namanya, maaf :(

"Aww, perut gue sakit bang!" protes Vika

"Anda pikir saya tidak?" seru Vito tak terima

"Ish, iya deh, maap" seru Vika

"Saha yang marah njir? Boba?" tawar Vito

"Lah? Ada?" tanya Vika seraya celingak celinguk

"Ntuh" seru Vito seraya menunjuk satu tempat

"Baru tau di pasar malam ada boba" seru Vika

"Kita beli dulu terus pulang, oke?" seru Vito

"Sip" balas Vika

"Minumnya disini tapi" timpal Vito

"Iya bangg" seru Vika kesel

Mereka pergi ke tempat jualnya, ada kursi ama meja, jadi mereka duduk di kursi, bukan di meja

"Tunggu gue pesenin, samain atau gimana?" tanya Vito

"Samain" balas Vika manis

Vito pergi memesan 2 boba, Vika makan hp di kursinya, 10 menit, Vito kembali

"Nih" seru nya

"Thanks bang" seru Vika seraya menyeruput boba itu, sementara Vito memvideokan gadis di depannya, pas Vika sadar, jadilah mereka gelud

"Hapus ga-" ucapan Vika terpotong, "Kok panas...?" batinnya

Penglihatan Vika mulai menggelap

"Vik? Vika?" Vito panik, "Vik, kamu kenapa?" tanyanya begitu melihat wajah Vika memerah

"Panashh..." balas Vika, tanpa pikir panjang, Vito langsung ngegendong Vika ala bridal style, dia gak lupa bawa tas kecil, ama hp Vika, boba? Masih banyak, tapi gak mungkin dibawa kan? Boba itu yang buat Vika 'panas'

"Tahan bentar" seru Vito seraya menutup pintu mobil buat Vika

"Mundur, mundur terusss, yak, hop! Kanan!" tukang parkir itu

"Makasih ya pak" seru Vito seraya memberi uang 5.000

"Emh..."

"AC mobil udah dingin banget Vika, sabar ya, itu bukan aku, sumpah, aku gak tau apa apa" seru Vito yang mulai panik

"Ja...hat...Vika udah percaya! Kenapa...?" Vika meringkuk menghadap ke kiri, "Emh...shh..." suara laknat itu keluar dari mulut Vika, "Vika mau keluar!" Vika berteriak

"Enggak, jangan, gue bakal bawa lo ke hotel dengan selamat, plis, percaya sama gue" seru Vito seraya menahan tubuh Vika

"Lepas!" titah Vika

*Ckit

Mereka berhenti di pinggir jalan, jalanannya kosong

"Jangan..." Vika udah netesin air mata

Vito nangkup pipi Vika,"Vik, dengerin gue, percaya sama gue oke?" serunya seraya menatap dalam dalam ke arah mata sayu Vika, Vika udah diem, namun air matanya masih mengalir

10 menit, mereka sampai

*Cklak

Vito bukain pintu buat Vika, gendong Vika terus nutup pintu itu pake kaki

"Panash...emh..." Vika masih meracau gak jelas

"Kamar nomer berapa Vik? Lantai lima kan?" tanya Vito seraya berlari ke arah lift

Vika cuma ngangguk, "Sh...8...9..." serunya

*Ting

Lantai 5, kamar 89

Tok tok tok

"Permisi" Vito berseru

2 menit, gak ada yang keluar

"Se...belah...sh..." Vika berseru seraya mencengkram pundak Vito

"Sebelah?" tanyanya, lalu ia pergi ke sebelah kiri

Tok tok tok

"Vin" seru Yoongi

"Apa?" balas Elvin

"Bukain itu adek lo" seru Yoongi yang masih tiduran di kasur

"Gak usah, biarin tidur diluar" balas Elvin dingin

Yoongi cuma berdecak, turun dari kasurnya yang empuk lalu membuka pintu

"Maaf, mengganggu, Vika-" belum selesai ngomong, Vika langsung dirampas sama Yoongi, terus pintunya dibanting keras keras, Yoongi shock ngeliat Vika ngedesah gak karuan, makanya dia kayak gitu

"Gi!" Elvin berteriak mendengar bantingan pintu itu

"Urus sini adek lo" seru Yoongi seraya menaruh Vika di kasur Elvin

Elvin berdiri berjalan mendekat ke kasur

"Kenapa?" tanya nya sinis

"Pa...nash..." balas Vika seraya meringkukkan tubuhnya

"Hm, berapa ronde tadi? Enak gak?" tanya Elvin seraya berjongkok disamping tempat tidur

*Plak!

Vika menampar abangnya dengan sisa tenaganya, Elvin terkejut, kemudian menjambak rambut Vika hingga Vika terduduk

"Berani sama gue? Hm?" tanya Elvin dingin

Vika cuma nangis

"Vin" Yoongi berseru seraya membuat teh untuk dirinya

"Kenapa nangis? Tadi lo nampar kan?" tanya Elvin seraya menarik rambut Vika ke bawah sehingga ia mendongak

"Elvin" seru Yoongi

Elvin ngelepas tangannya seraya mencampakkan kepala Vika sehingga membuat Vika kejedot

*Duk!

*Ceklek

Elvin keluar kamar

"Lo gak papa?" tanya Yoongi

Vika gak jawab, dia masih nangis

Yoongi akhirnya ikut keluar, kamar itu dipenuhi isakan dan racauan seorang gadis

"Jahat!!" seru Vika seraya memukul bantal

"Vik..." itu El, dia sepertinya sedang membelai rambut Vika

"Kenapa Vika maafin dia?! Harusnya Vika gak maafin dia!! Dia gak pernah nganggap Vika jadi adiknya!!" Vika berteriak memenuhi ruangan itu, syukurnya ruangan itu kedap suara

"Lo tadi juga nampar dia kan?" seru El lembut

"Vika nampar juga gara gara dia gak jaga mulut!! Kenapa Vika selalu salah?! Dosa Vika pas dikandungan mama apa sih sampai kayak gini?! El tau kan?! Kasih tau sama Vika!!" Suaranya naik 1 oktaf

"Vika..." suara itu melembut lagi

"Diam!! Vika gak suka El kayak gini!!" bentak Vika

Walaupun tidak terlihat, gue yakin, El sedang tersenyum hangat, dia memeluk Vika dari belakang

"Maafin El ya Vika..." serunya

Vika nangis tambah keras, membiarkan makhluk apa pun itu memeluknya

Tok tok tok

"Vik, Vika! Bukain pintunya! Gue nyesel! Maafin gue Vik! Plis!" suara Liona, terdengar isakan juga, kayaknya dia nangis

"Bukain pintunya gak?" tanya El lembut

Vika gelengin kepala cepet

"Vika...bukain ya...?" itu suara Ethan

"Vik" Aaron...

"Kenapa gak dibukain?" tanya El

"Muak" seru Vika, ia menarik napasnya lalu membuangnya kasar, "Vika muak" ulang nya seraya duduk dipinggir kasur, "Ada pisau" serunya seraya melihat ke arah meja tv lalu berjalan mendekatinya, sepertinya pisau buah, tapi itu cukup tajam

"Vika jangan!" larang El

"Tutup saja matamu, kau tak akan melihatnya" seru Vika seraya mengarahkan pisau itu ke dada nya

"Vik! Vika plis..." suaranya menjadi lirih, "Plis jangan...gue minta maaf Vik..."

"Vika...bukain pintunya..." itu suara Dimas, terdengar lirih

"Iya juga ya...biar gak ngerepotin harusnya gak disini..." seru Vika seraya menggenggam erat pisau itu, ia kemudian berjalan ke arah balkon, "Nah! Kebetulan nih balkon ada tangga!" batin Vika senang, ia akhirnya menuruni tangga itu, gak lupa pintunya ditutup, dia pergi ke arah sungai, lalu mulai mengiris tangannya perlahan

Mereka semua masih di luar, Namjoon membawa seorang petugas ke atas

"Permisi, biar saya bukakan" seru orang itu seraya membawa kartu duplikat kamar itu

*Cklak

"Vika!!" Liona berteriak, dia pertama masuk

*Brugh

Liona jatuh, kakinya lemas, "Maafin gue Vik...plis...lo jangan nge drama kayak gini! Gue gak suka...!" seru Liona seraya menutup wajahnya

"Balkon ada tangga kan? Coba cari" seru Aaron

Bang Hoseok langsung keluar, menuruni tangga bersama Elvin dan Ethan

Mereka udah dibawah, celingak celinguk mencari Vika

*Brugh

Vika menidurkan tubuhnya di rumput

"Love it, huh?" suara seseorang, bukan, bukan El, suaranya lebih berat

"Hahah! Of course I love it! Kental! Merah! Lucu! Hahahah!!" dia tertawa lepas, seakan membuang semua masalahnya lewat irisan itu

"Suara Vika kan...?" tanya Ethan

Sementara Elvin langsung berlari ke arah suara

"C'mon, do it again" seru suara itu

"Wowww, relax, see this" Vika menggores tangannya untuk yang kesekian kalinya lalu tertawa

"Puas?" Elvin, Vika langsung terduduk dan melihat ke belakang, ia melihat dengan tatapan sinis

"Lihat deh, bukannya dia yang buat lo kayak gini? Enak juga kalo dibunuh"

"Vika...jangan! Dia abang lo!" siapa lagi kalo bukan El?

"Hahah! Iya abang gue, tapi orang ini brengsek" seru Vika seraya kembali tiduran

Elvin hanya diam

"Vin! Vika ma-" suara Ethan terhenti begitu melihat tangan adeknya, "Vik-!"

"Diam, menjauh sana" seru Vika dingin

"Vika!" suara beberapa orang menjadi satu, Vika melirik sebentar

"Pergi" tekan Vika seraya memainkan pisau nya

"Vik-!" Liona berlari mendekat, namun langkahnya terhenti begitu melihat pisau melayang, 1 centi lagi wajah Liona kena, sepertinya Vika memperhitungkan jaraknya hingga pisau itu tidak mengenai wajah sahabatnya

"Pergi" tekan Vika lagi

*Grep

"Vin!" suara Ethan meninggi, Elvin menjambak rambut Vika hingga Vika terpaksa berdiri, air mata? Keluar, dan itu deras

"Sakit?" bukan Elvin, tapi suara itu, suara yang hanya bisa didengar oleh Vika seorang

"Enggak" senyum itu kembali terukir

"Dimaafin?"

"Iya"

"Kenapa?"

"Karna gue yang salah"

"Kau berseru, bukan membatin"

"Aku tau"

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan membiarkan dia puas, setelah itu berlutut padanya"

"Mereka akan mengira kau gila karena bicara sendiri"

"Aku memang gila"

"Kau baik baik saja?"

Vika hanya tersenyum untuk pertenyaan itu, "Aku salah, aku minta maaf" seru Vika pada Elvin

"Bagus kalo sadar, lo ngerepotin, balik ke kamar" seru Elvin seraya mendorong Vika hingga terjatuh

*Brugh

Elvin sudah berjalan menjauh

"Maaf, Li" seru Vika seraya mengikuti langkah Elvin

Liona bengong, ia melihat sahabatnya menjauh mengikuti setan sialan itu

"Jadi gitu?! Kayak gitu?! Iya?! Kalian pikir dia robot?! Hah??!!" Vika berteriak pada Ethan dan Evan

"Liona" panggil Yoongi

"Apa?! Bukan urusan?!?! Lo pikir yang kayak gini masalah sepele bang? Hah?" Liona nangis, "Ngotak!" Liona dorong Ethan pake jari telunjuknya, "Lo pada punya otak kan? Pake, dikasih Tuhan, lo gunain, jangan dibuang" seru Liona sinis, "Bersyukur gue punya abang kayak mereka" Liona nunjuk abang abangnya dengan tatapan geram ke arah Ethan dan Evan, "Kalo gue sampe punya abang kayak lo, gue pasti bakal pergi dari rumah, ke jurang! Terus terjun tanpa penyesalan sedikit pun!" seru Liona

"Li, cukup" seru Dimas

"Cukup? Lo mikir juga donk! Itu ingatannya udah dihapus coy! Ingatannya dihapus aja kayak gitu! Gimana yang dulu?! Dia dicambuk sama papanya, Dim!! Gimana bisa dia masih senyum? Kenapa gak bunuh diri? Kenapa dia malah hidup senang senang kayak gini?" Liona capek, dia berhenti untuk sementara waktu, dan diwaktu itu, gak ada yang berani ngomong, Ethan sama Evan nunduk, nahan tangis

Liona narik napas panjang, "Gue bingung dosa dia apa, gue bingung, kenapa dia dikasih Tuhan orang orang kayak gini?" seru Liona, suaranya memelan, "Pernah minta maaf?" tanya Liona, "Oh, seringg!! Dimaafin? Oh, tentuu!! Atas dasar apa?? Gue cinta sama abang gue, wow, jawabannya bagus sekali, dia cinta sama abang nya? Manusia sampah kayak gini?" Liona kembali mencibir

"Liona, cukup" seru bang Namjoon

"Iya, itu cukup, gue capek, jumpa besok" seru Liona seraya kembali

Dan langkahnya diikuti dengan yang lain

Sementara itu, di kamar mandi kamar Elvin dan Yoongi, Elvin sama Vika berada di sana, diam diam an selama Liona memarahi dua abangnya, Elvin berdiri, bersandar ke wastafel, sementara Vika berlutut di kaki nya, menunduk

"Gara gara lo liburan jadi kacau" Elvin membuka mulutnya setelah sekian lama, "Nangis buat gue" titah Elvin, Vika terkejut, "Cepet" tekan Elvin

Vika gelengin kepalanya

*Duk!

Tendangan diluncurkan oleh Elvin, "Nangis buat gue" ulang nya

Vika masih diam

*Duk

Tendangan itu kembali, namun lebih kuat, Vika menangis

"Bagus" seru Elvin, dia menarik baju adiknya hingga Vika berdiri

"Vi-Vika minta maaf...Ma-maafin Vika...Vika salah..." seru Vika ditengah tengah isakannya

Elvin menatap lekat lekat adeknya, lalu memeluknya dengan erat

"Abang dah bilang di hotel aja kan?" seru Elvin lirih

Vika masih nangis

"Adek kenapa ngiris tangan sendiri? Hah?" kata kata Elvin jadi lembut, Vika malah nangis tambah keras, "Iya abang salah, abang minta maaf sekali lagi, oke? Adek maafin abang kan?" tanya Elvin seraya menangkup kedua pipi adeknya, Vika cuma ngangguk-in kepala

"Cuci dulu bekas lukanya ya?" seru Elvin seraya menghidupkan kran air, dia membantu adeknya membersihkan luka luka itu, "Sakit perutnya?" tanya Elvin seraya memijit perut Vika yang ia tendang tadi, Vika ngangguk lagi tanpa berhenti nangis

"Udah diem, nanti abang pijitin, tidur sama abang ya?" tawar Elvin lembut

Vika ngangguk lagi, kali ini dia berusaha berhenti-in isakannya, tapi gak bisa

"Gak usah dipaksa, pelan pelan aja" seru Elvin seraya mengusap punggung Vika

Lambat laun, isakan Vika memudar, tapi masih ada, akhirnya mereka keluar

"Udah selesai waktu abang adek nya? Itu piyama Vika, Liona bilang lo tidur disini malam ini" seru Yoongi

Vika cuma ngangguk, ngambil piyamanya terus ganti baju di toilet, pas keluar dia ngeliat abangnya lagi mainin hp sambil rebahan, jadi dia tidur disamping Elvin lalu memeluknya dari samping, Elvin langsung naruh hp nya di meja samping tempat tidur, terus balas meluk adeknya

"Duluan ye Gi" serunya

"Hm" balas bang Yoongi

Elvin mijitin kepala adeknya yang tadi dia jambak, terus sesekali cium kening Vika lama, 5 menit kemudian, Vika udah masuk ke alam mimpi

.

.

.

.

.

.

Typo bertebaran, maaf 🥺