Chereads / Legacy Falls / Chapter 71 - Great War Arc - Prolog

Chapter 71 - Great War Arc - Prolog

(POV Antara)

Sekarang Aku dan Theresa dikurung di ruang karantina yang semua temboknya bewarna putih terang yang membuat mataku sedikit sakit melihatnya.

"Aku khawatir dengan Angel," ucap Theresa.

"Aku jamin dia baik-baik saja Theresa. Daripada memikirkan Angel lebih baik kita mencari cara untuk keluar dari ruangan putih mengerikan ini," balasku.

Semenjak ditangkap oleh GARUDA aku merasakan kekuatan tertekan oleh sesuatu. Aku tidak bisa memanggil Byakko dan Lana tapi mereka tidak menjawab. Aku juga berusaha menggunakan Laskara tapi tidak bisa. Apakah ruangan karantina ini memiliki penekan kekuatan?.

"Yura…."

Tiba-tiba Theresa terjatuh dan dia bernafas sangat berat seperti terdengar sangat susah untuk bernafas. Aku mendekatinya dan aku melihat darah yang keluar dari hidungnya.

"Mimisan?," Tanyaku.

Tapi setelah aku melihatnya baik-baik warna darah Theresa bewarna hitam pekat.

"Theresa ada apa?!,".

"Antara kita harus keluar dari sini secepatnya!".

Wajah Theresa nampak sangat ketakutan. Darah di hidung nya terus keluar dan menetes kelantai. Aku merobek lengan bajuku dan menutupi hidungnya agar darahnya tidak menetes dilantai.

"Tenanglah! Memangnya ada apa?!".

"Pokoknya kita harus keluar dari sini secepatnya—".

Tiba-tiba pintu terbuka dengan sangat keras, sepertinya ada orang yang membuka paksa pintu karantina ini tapi siapa?.

Aku berdiri dan memastikan siapa yang membuka pintu dengan paksa. "Siapa disana?!".

"Tenanglah Antara ini aku Marco."

"Mau apa kau kesini pengkhianat?".

"Jahat sekali. Mah tidak apa-apa kau menganggapku seperti pengkhianat karena pekerjaan seorang pengamat selalu menjadi hinaan semua orang."

Marco masuk kedalam dan dia menutup pintu menggunakan kekuatan api Laskara nya. Dia mendekati Theresa namun kuhadang, tapi Theresa memperbolehkan nya. Dia memberi sebuah minuman bewarna hijau kepada Theresa dan membantu Theresa meminum minuman itu.

"Theresa tidak kusangka kau adalah Ratu para mutan. Seharusnya kau mengatakannya dari awal."

"Diamlah Ophiuchus."

"Huh?".

Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Theresa ratu para mutan? Tidak mungkin, dia adalah manusia dan aku bisa membuktikan nya! Tidak aku tidak percaya.

"Jangan bicara sembarangan Marco! Theresa adalah manusia dan dia bukan mutan! Dia manusia!".

Theresa menghentikan ku dan dia menghadap kearahku. "Akan ku jelaskan nanti, sekarang kita harus keluar dari sini. King telah memulai invasi besar-besaran."

Aku terkejut mendengar jika King mulai melakukan invasi besar-besaran. Tapi bagaimana Theresa bisa tau? Apakah Theresa memang benar-benar mutan Queen?…. Sial aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi sekarang ini. Aku harus mengikuti apa yang dikatakan Theresa saja saat ini dan tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan lagi. Tapi jika Theresa memang adalah mutan Queen maka apa tindakanku selanjutnya? Membunuh Theresa?

"Aku sudah menyiapkan Rune Teleport. Theresa, Antara nasib dunia akan ditentukan sekarang juga."

Tiba-tiba ada lingkaran aneh bewarna hijau di lantai dimana kami bertiga berdiri.

"A-Apa ini?!," Tanyaku.

"Ini adalah Rune, upgrade versi dari Laskara," balas Marco.

Tiba-tiba Rune ini bercahaya terang dan membutakan penglihatan ku selama beberapa detik. Setelah mendapatkan penglihatan lagi aku kaget karena aku tiba-tiba berpindah tempat yang tidak asing bagiku yaitu Agartha.

"B-Bagaimana kita bisa ada disini?!," Teriakku.

"Rune Teleport bisa memindahkan orang dalam sekejap," jelas Marco.

"Tapi kenapa Agartha?!," Tanyaku.

"Kita akan meminta bantuan kepada Kirin dan Earthmate lainnya. King telah bergerak, kita tidak bisa menyerang pasukan mutan yang sangat banyak hanya bertiga," jawab Theresa.

Aku mengangguk pelan untuk memberitahu kalau aku mengerti. Theresa sebenarnya siapa kamu? Jika kamu memang mutan Queen kenapa kamu malah melawan King?.

"Baru saja disebut sudah datang," ucap Marco.

Tiba-tiba Kirin mendarat dari langit dan mengigit kepala Marco. Aku dan Theresa kaget sekaligus ketakutan melihat Marco yang dimakan oleh naga sebesar Kirin.

"Tenang saja! Ini sudah biasa!," Ucap Marco.

"Sudah biasa bagimu! Bagi kami ini mengerikan!".

Satu bulan—maksudku selama sehari bertemu dan mengobrol dengan Kirin saja sudah lumayan membuat kakiku bergetar hebat. Kekuatan intimidasi Kirin sangat kuat tapi tidak ada yang memberitahukan kepadanya karena para Earthmate takut dengan Kirin.

"Antara… satu bulan lalu kau pergi dan sekarang kau kembali… ada apa gerangan?," Tanya Kirin.

Theresa berdiri di hadapan Kirin. "Kirin, ini saatnya."

"Theresa…."

Mereka saling kenal?! Kapan? Dimana? Argh aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi!!.

Dan Marco sudah ditelan oleh Kirin, semoga dia tenang di alam sana.

"Jadi hari ini adalah hari yang dijanjikan oleh King?…. Chartaphilus…. Antara mana Sukogenyu?".

Oh iya Sukogenyu! Sial pedang super sakti itu disita oleh 4 cantik bersaudara itu. Akan kubalas mereka nanti.

"Maafkan aku Kirin, pedang itu sedang berada di tangan orang lain."

"Baiklah tidak apa-apa.… Sekarang yang lebih penting adalah invasi besar-besaran yang akan dilakukan King.… Theresa aku harap kau belum melanggar janjimu juga."

"Tenang saja Kirin. Aku telah menjaganya sampai sekarang."

Aku hanya bisa menyaksikannya dan menerka-nerka apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Aku juga sedang menunggu alam bekerja agar Marco bisa keluar dari perut Kirin.

"Sieg! Iffy! Phonse!," Teriak Kirin.

Mereka bertiga langsung muncul didepan Kirin. "Kita akan ke permukaan. Sieg, Iffy, Phonse, dan Antara, sebagai Earthmate yang memiliki kekuatan para dewa mata angin aku ingin kalian membasmi semua musuh yang hendak menghancurkan bumi ini."

Tiba-tiba aku merasakan kehadiran Byakko yang selama beberapa jam menghilang. Aku langsung menyelam ke alam bawah sadar dan memberitahukan kepada Byakko apa yang sebenarnya terjadi.

…..

…..

"Byakko aku tidak punya waktu untuk basa-basi—".

"Antara larilah! Lana, Lana adalah entitas paling berbahaya."

"Huh?".

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menjalar keseluruh tubuhku. Aku merasa semua kekuatan ku terserap oleh sesuatu yang jahat dan hitam.

…!

Aku tidak bisa merasakan Laskara ku! Ada apa sebenarnya ini, kenapa aku tidak bisa merasakan Laskara ku lagi.

"Itu karena aku mengambilnya!".

…..!!!!!?

…..

…..

"ARGH!!!".

*Bernafas berat

Aku merasa jika jiwaku seperti keluar dari ragaku.

"Antara…."

Aku berusaha mengendalikan nafasku yang terasa sangat berat. Aku melihat kearah Theresa yang terlihat kaget akan sesuatu. Aku melihat kearah Theresa lihat dan aku melihat diriku sendiri dengan kulit agak hitam, rambut putih perak, dan ada bekas luka di wajah.

"Yo Antara, ini aku adalah Lana."

"Lana… bagaimana kau bisa keluar dari tubuhku?".

Tiba-tiba Lana berada dibelakang Theresa. "Pertama yang harus aku lakukan adalah membawa pulang Ratu kebinasaan."

Lana memukul belakang Theresa sangat kuat hingga terdengar suara retakan tulang. Aku berusaha berdiri namun sangat susah, mungkin ini adalah efek samping dari Lana yang keluar dari tubuhku.

"Fire Fist Execution!!".

Sieg menerjang Lana dengan pukulan apinya namun berhasil dihindari dengan Lana yang tiba-tiba menghilang dan muncul dibelakang ku.

"Hey berhenti menyerangku, kalau tidak akan kubunuh orang ini."

Tangan Lana sudah berada di belakang dan sepertinya dia sudah siap menusukkan tangannya ke punggungku. Aku tidak bisa melawan Lana sekarang ini, bahkan untuk berdiri saja sudah tidak berdaya.

"Dengarkan aku kalian semua. Aku adalah Allain, sisi mutan dari Antara."

Apa yang dia maksudkan?! Sisi mutan dari diriku?! Aku bukan mutan! Aku manusia!.

"Apa yang kau katakan—".

"Aku tidak punya waktu menjelaskannya inangku, karena King telah menungguku membawa Queen."

Lalu dia memukul leherku dan membuatku pingsan. Sesaat hendak pingsan, aku melihat pipi Theresa yang mengeluarkan air mata.

Sial… apa yang terjadi sekarang ini?!.

___

to be continued-