Chereads / Legacy Falls / Chapter 13 - Pasukan Misterius

Chapter 13 - Pasukan Misterius

Mendengar hutan dibelakang rumah mas Jaka, aku bersama para Cindaku yang Lain langsung bergegas ke hutan yang dimaksud.

Saat kami sudah sampai, api telah membakar setengah dari jumlah pohon di hutan ini.

Siapa yang membakar hutan ini? Apakah orang luar yang melakukan hal ini? Atau seorang Cindaku yang melakukan ini? Aku tidak bisa memastikan karena sosok yang membakar masih belum ditemukan.

"Kakak!".

Oh Raka sudah sembuh seperti semula. Pasti ini berkat Risa yang tidak tega melihat dia tergeletak ditanah tidak berdaya.

"Raka apa kau melihat orang lain di hutan ini sebelum pertarungan Tingkas?".

"Tidak. Seharian Aku berada di hutan aku tidak menemukan orang lain yang berkeliaran di hutan."

Aku yang masih memakai mode Garuda Full Body pun terbang menggunakan sayap Garuda untuk mencari orang yang membakar hutan ini lewat udara. Aku yakin jika pembakar hutan ini belum pergi karena dia harus memastikan apakah api nya akan terus menyebar ke pohon lain atau tidak.

Di saat Aku memantau dari udara, aku menemukan sesuatu yang janggal yaitu topeng Leak.

Jangan-jangan….

"Risa, aku menemukan topeng Leak."

Risa langsung mengeluarkan ekspresi kaget. "Jangan-jangan ini ulah—".

"Benar! Ini ulah kami!".

Kami semua melihat kearah belakang kami dan terdapat pasukan bersenjata golok dengan topeng Leak sedang berdiri dibelakang kami.

"Siapa kalian?!," Tanya Raka.

"Kami? Kau tidak mengenal kami?! HAHAHAHAHA! Kami adalah pasukan Baratayudha! Pasukan yang hebat dan tak terkalahkan."

Sudah Aku dan Risa duga. Yang membakar hutan ini adalah pasukan Baratayudha, pasukan yang menentang organisasi Nusantara dan sering berperang dengan pasukan Garuda. Mereka adalah musuh kedua kami semua setelah para Mutan.

"Setelah kemunculan Bishop kalian tidak lagi bertindak, dan sekarang kalian mulai bertindak lagi. Apa yang sebenarnya kalian mau?!".

"Apa yang kami mau?! Hahaha! Kami hanya ingin kalian berhenti melakukan usaha untuk bertahan hidup di dunia yang telah hancur ini!,"

Ucap salah satu pasukan Baratayudha yang berdiri paling depan.

Itulah yang diinginkan pasukan Baratayudha, yaitu kehancuran dunia. Mereka menentang organisasi Nusantara karena mereka pikir dunia ini telah hancur dan tidak ada gunanya lagi untuk berjuang. Mereka juga pasti akan menghancurkan sesuatu yang menurut mereka seharusnya tidak ada di dunia yang sudah hancur ini, seperti hutan ini.

"JIKA KALIAN BERANI MEMBAKAR HUTAN INI BERARTI KALIAN SUDAH SIAP MATI DITANGANKU!," Ucap Raka sambil memperlihatkan urat di tangannya.

Para Cindaku yang lain juga sepertinya sudah siap bertarung melawan pasukan Baratayudha yang lumayan banyak ini.

Senjata yang dipegang oleh pasukan Baratayudha bukanlah senjata yang lemah, melainkan senjata yang mematikan yaitu FAMAS. Sekuat-kuatnya Cindaku kalau sudah terkena peluru dari FAMAS pasti akan mati, apalagi mereka yang tidak memiliki Laskara.

"Kalian semua dengar. Musuh menggunakan senjata yang bernama FAMAS dan jika kalian terkena satu peluru maka kalian akan mati dengan mudah."

"Baiklah," ucap mas Jaka.

"Kalian dengar apa kata Sang Tingkas? Karena itu kita harus berhati-hati melawan musuh yang ada didepan! Jangan gegabah!".

Aku jadi semakin penasaran, apa sih yang dia maksud dengan 'Sang Tingkas'?.

Disaat Aku memikirkan kata 'Sang Tingkas' tanpa kusadari para Cindaku telah menyerang duluan dan suara FAMAS pun sudah terdengar.

Aku memperhatikan dari belakang dan melihat cara para Cindaku bertarung melawan pasukan Baratayudha membuatku ingin bergabung juga.

"Oi Sang Tingkas, jangan diam saja dan bantu kami membasmi mereka semua!".

Sekarang Raka pun ikut-ikutan memanggilku 'Sang Tingkas'. Serius apa sih artinya Sang Tingkas?! Kalau begini Aku gak bakal fokus melawan pasukan Baratayudha.

"Jangan lengah kau bodoh!".

Ada satu pasukan Baratayudha yang mendatangi ku namun dia bodoh karena dia menembakkan FAMAS nya ke jirah Garuda Full Body.

"Siapa yang bodoh disini?!".

Aku mendekati nya lalu memegang kepalanya dengan sangat kuat lalu mengangkat dia ke udara dan membantingnya dengan sangat keras ketanah sampai dia pingsan. Aku tidak ingin membunuh mereka karena aku benci mengotori tanganku.

"Antara, di belakangmu."

"Iya Risa."

Satu lagi yang mendatangiku dan Aku melakukan hal yang sama seperti tadi.

Aku dan Risa bisa santai seperti ini karena yang sebenarnya kita lawan adalah pasukan rendahnya Baratayudha dan tidak ada sama sekali dimata kami berdua kalau mereka berbahaya. Paling-paling yang berbahaya cuman FAMAS nya saja.

Aku jamin juga tidak ada yang mati karena serangan pasukan rendahan Baratayudha ini. Tapi kalau pasukan menegah dan atas yang menyerang maka Aku bisa khawatir dan serius.

—2 Jam Kemudian

"Terus bagaimana dengan mereka semua ini? Jumlah mereka ada ratusan," tanya Risa.

"Telpon aja paman. Pasti dia akan kemari dan menjemput pasukan Baratayudha ini."

Setelah perbincangan ku dengan Risa, para Cindaku langsung berlutut di depanku seperti memujaku.

"Ini semua berkat anda, wahai Sang Tingkas yang agung."

"Serius dah apa sih Sang Tingkas yang kalian sebutkan dari tadi?".

Jaka berdiri lalu dia pergi sebentar dan balik lagi dengan membawa sebuah gulungan yang terlihat sangat kuno.

"Jika Manusia telah berhasil mengalahkan Jawara Cindaku maka dia akan menjadi Sang Tingkas, penghubung dunia Manusia dan dunia Harimau serta dia akan terus diikuti oleh roh harimau putih Byakko."

Heh??...

"Sekian. Apakah anda sudah mengerti wahai Sang Tingkas yang agung?".

J-Jadi ini yang dimaksud mas Jaka "Mendapatkan Kesaktian" tadi? Ah… terus ada harimau putih yang mengikuti ku kemanapun Aku pergi? Serius ini bukan kesaktian tapi sebuah kutukan.

"Bagus kan Antara? Kamu bakal diikuti oleh roh harimau sepanjang kau hidup."

"Bagus darimana nya woi?!".

Setelah itu Jaka kembali berlutut lagi di depanku. "Sang Tingkas, mulai sekarang lindungi lah kami dari marak bahaya."

Buset dah… kayak jadi penjaga mereka aja Aku.

"Aku tidak bisa menjaga kalian terus, tapi jika kalian butuh bantuan aku pasti akan datang dan membantu kalian jika sedang kesusahan."

"Tidak masalah! Hidup Sang Tingkas!".

"Hidup!".

———

*to be continued-