Rutinitas seperti biasanya.Tidak ada yang menarik dari hari ini.Orang-orang yang tidak berubah,suasana yang tetap sama seperti biasanya.Namun,ada satu hal yang membuatku menjadi lebih bersemangat dari biasanya.Aku bangun di atas kasurku pagi ini dan menyadari bahwa ini bukanlah hari yang biasa.Ulang tahun.Hari ini adalah ulang tahunku dan kakakku.
"Nai,fokus.Pelajari teknik yang digunakan oleh St.Flie,dari tadi senyum-senyum sendiri." tegur Brill sambil tetap memperhatikan St.Flie yang sedang melumpuhkan beberapa kondekasi dengan teknik-teknik yang sangat rumit untuk para kondekasi pahami.
Aku sudah pernah mencoba teknik tersebut dengan menggunakan sapu di rumahku, kuakui bahwa itu memanglah cukup rumit untuk dapat dikuasai.Tapi saat sudah berkali-kali mencobanya percayalah,gerakan berputar dan melompat lima puluh sentimeter sambil mengayunkan besi ke segala arah sebagai bentuk perlindungan dari serangan, kemudian melemparkan tendangan ke arah kanan atas dengan menggunakan punggung kaki sebagai bentuk serangan dalam waktu sembilan detik adalah hal yang sangatlah mudah.
"Hmm" aku hanya balas bergumam saja menanggapi tegurannya yang menjadikan hayalanku tentang rencana ku untuk bertemu dengan Taze kembaranku di tepi sungai buyar.Aku terus-menerus menyuruh kepada diriku sendiri untuk tetap fokus dan tidak berpikiran melantur ke sana sini.Namun,percuma.
"Nai," aku sekonyong-konyong menoleh ke depan dan mendapati tatapan dingin dari St.Flie.Bonus untukku.Seluruh kelas juga sedang menatapku.Tak ingin berlama-lama mendapat sensasi terpanggang di bawah tatapan seratus dua puluh pasang mata,aku langsung menanggapi dengan mengangguk sekilas lantas maju ke depan dan langsung menyambar tongkat besi yang tergeletak di lantai.
Kamu sudah sering melakukan hal ini Math...,kau pasti bisa kali ini.
Aku menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskan ya melalui mulutku sambil berjalan mengelilingi lantai 'pelatihan' dan terus memajukan pandang pada kaki seorang yang kini sedang menjadi lawanku.Dia mengikuti pergerkanku dengan jarak yang cukup untuk memungkinkan bagi kami berdua untuk menyerang.
Kuperhatikan terus dia sambilengambil ancang-ancang untuk menangkis.Aku tahu dia adalah tipe penyerang dulu.Kubiarkan dia mengambil sebanyak-banyaknya peluang dengan menggerakkan kakiku yang kiri selalu melangkah sedikit lebih ke kanan dan memperlambat lajuku.Dalam kata lain,aku sedang menyuguhkannya kaki kirimi untuk dia serang.Namun,dia tidak sadar bahwa aku sedang membaca kemungkinan-kemungkinan yang sangat kuyakini akan dia lakukan.Dari cara dia menyeringai dan berkali-kali melirik ke arah kaki kiriku,dia pasti akan menyerang kaki kiriku terlebih dahulu.Meski dia telah berusaha untuk melihat ke arah lain-lain dariku agar tak terbaca akan menyerang apa,tapi aku sudah biasa membaca pergerakan lawan.Bahkan teman.
Aku berkelit dari upayanya untuk memukulkan kaki kiriku.Sudah kuduga.Aku langsung menyamping dan melompat ke arah yang berlawanan saat dia berusaha untuk melayangkan tendangan dari sisi kananku.Yang ini juga sudah kuduga.Dia adalah tipe yang tak akan memutuskan perlawanan.Setelahgagal memukul kakiku,dia berusaha untuk menendangku.Gagal.Dia pasti ingin membuatku kewalahan mengahadapi serangan darinya.Tidak.Itu tidak akan terjadi.Karna aku akan mempercepat pertarunganku dengannya kali ini.Aku langsung meloncat ke belakangnya saat dia mengayunkan tongkat besinya ke arahku.Aku pun tak perlu ambil pusing dan langsung menendangnya dengan kakiku yang tadi diincarnya sekuat tenaga.Kuakui bahwa dia dua kali lipat lebih berat dariku,aku sendiri dapat merasakannya saat menendangnya.
Berakhir sudah pelatihan ini.Pertandingan yang kulakukan dengan Grez tadi ditutup dengan ukuran tanganku yang tak dibalas olehnya.Aku dapat memaklumi hal itu,dia pasti masih merasa kesal karena telah kupatahkan lengan kanannya,juga kecewa karena telah kukalahkan.
Seharusnya aku senang.Setidaknya.Namun,aku malah khawatir dan terus memikirkan yang disampaikan St.Flie saat di akhir.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.Hady.Vionna Ruhady.Dia memilih untuk menggunakan nama Hady sebagai nama kode untuknya di sini.Aku takut kalau dia masih marah padaku dan tidak mau mendengar penjelasanku.Terakhir kali kami bertemu,berakhir dengan sebilah pisau untuk mengupas buah di tanganku dan adiknya terluka parah,bersimbah darah serta dia yang menatap adiknya sambil menangis.Ketika itu,aku berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya.Namun aku malah mendapati tangannya yang menunjuk ke arah pintu.
Yang paling parah dari semua itu adalah...
"Nai,kamu akhirnya ada teman sekamar juga..." ujar Ruth sambil cengengesan.Aku mematung ditempatnya dudukku.Rasa-rasanya aku dapat memecahkan gelas yang kupegang.
Tidak adakah yang lebih buruk dari ini.
***********