"Jadi, maksudmu Bos ingin menikahinya? Tapi, walaupun dia juga putri keluarga Jiang, dia hanyalah putri tidak sah. Bos kita adalah pangeran keluarga Quan, ini..." George masih sedikit skeptis setelah mendengar penuturan Luo Wi. Lalu, ia berpikir, Bagaimanapun juga, Bos memiliki status yang terhormat. Jika Bos ingin menikahi, Bos seharusnya menikahi putri wanita tertua dari keluarga terkenal, kan?
Luo Wei dan George memiliki pemikiran yang berbeda karena kini Luo Wei malah membingungkan hal lain. "George, apa menurutmu Bos melakukan ini karena Bos menyukai dia? Kalau tidak, karena apa lagi?"
George merasa bingung saat mendengar perkataan Luo Wei dengan Ia tidak mengerti dan ia selalu merasa ada sesuatu yang tidak dapat ditebaknya dalam kasus ini.
"Adik-adik Jiang Bangyuan adalah yang paling menyusahkan. Mereka selalu melakukan apapun untuk kepentingan keluarga Quan. Jika Bos menikahi wanita lain, hal ini akan benar-benar menjadi pukulan telak untuk mereka," terang Luo Wei. Kurang lebih, ia telah sedikit memahami maksud Quan Rui.
"Benarkah?" George justru merasa bahwa perkataan Luo Wei tidak bisa dipercaya. Ia malah memandang ke arah pria dan wanita yang berada di taman rumput yang tidak jauh dari mereka dengan nada sedikit ragu, "Tapi, aku tidak pernah melihat Bos seperti ini sebelumnya. Mungkin dia benar-benar menyimpan perasaan untuk wanita ini?"
Luo Wei tidak menjawab pertanyaan George karena sejujurnya ia tidak terlalu mempercayai asumsi itu. Bos mereka selalu mengambil keputusan dengan tegas dan ambisius sehingga tidak pernah ada yang bisa menghentikannya.
Sementara Luo Wei dan George masih saling berbisik, Quan Rui akhirnya menemukan cincin yang dicari-cari Bai Ran. Cincin yang kecil dengan berliannya yang juga sangat kecil, tapi warna dan desainnya tampak tidak buruk. Quan Rui mengambil cincin itu dari taman rumput, lalu mengangkatnya ke depan wajah Bai Ran dan bertanya, "Ini?"
"Benar, benar benar! Ini!" Bai Ran langsung mengangguk. Ia tidak menyangka Quan Rui bisa menemukan cincin itu dengan begitu cepat. Bagaimanapun juga, cincin ini benar-benar sangat penting bagi Bai Ra dan Quan Rui berhasil menemukannya.
Bai Ran buru-buru mengulurkan tangan untuk menerima cincin itu, tapi Quan Rui malah menyimpan cincin itu dalam kepalan tangannya dan menyingkirkan tangan Bai Ran. Bai Ran tidak mengerti maksud Quan Rui sehingga ia pun mengangkat mata dan melihat Quan Rui yang berdiri dengan sangat tenang.
Quan Rui memasukkan cincin yang ia temukan itu ke saku celananya sendiri, kemudian berkata pada Bai Ran, "Besok, datanglah dan cari aku. Jangan lupa, selama sehari, kamu adalah milikku."
Setelah berkata begitu, Quan Rui berbalik dan langsung pergi. Ia hanya menepati janjinya pada Bai Ran tadi untuk membantu mencari cincin yang hilang. Namun, setelah menemukan cincin itu, ia justru tidak berniat untuk memberikannya pada Bai Ran. Jika Bai Ran begitu peduli dengan cincin ini, maka Bai Ran pasti akan pergi mencari Quan Rui selama cincin ini masih berada di tangannya.
Quan Rui tidak menghentikan langkah dan segera meninggalkan sisi Bai Ran. Bai Ran langsung tersadar dan bergegas menyusul Quan Rui, tapi pria itu sudah masuk mobil ke mobilnya dan melaju pergi. Suara guntur masih berlanjut, begitu pula hujan yang masih mengguyur. Bai Ran berdiri terdiam di tempat sambil memegang payung dan masih belum benar-benar memahami apa sebenarnya yang terjadi. Cincin itu jelas milikku? Bukannya Quan Rui bilang dia mau membantuku mencari cincin itu? Mengapa setelah dia membantuku menemukan cincin itu, dia malah mengantongi cincin itu dan pergi? Ini… Tuhan sedang bercanda denganku, ya? batin Bai Ran. Ia merasa kepalanya mulai berdengung.
"Bajingan! Setidaknya beritahu aku bagaimana cara menghubungimu!" Bai Ran berteriak ke arah mobil sedan yang sudah melaju jauh. Namun, hujan benar-benar terlalu deras hingga menenggelamkan suara Bai Ran. Quan Rui pergi begitu saja dengan angkuh, bahkan tanpa meninggalkan jejak.