Chereads / Tawaran Tuan Quan / Chapter 20 - Jangan Impulsif

Chapter 20 - Jangan Impulsif

Semua orang yang senang bermain poker pasti tahu bahwa ada banyak trik penipuan dalam permainan judi. Trik tipuan tangan tak lagi asing sama sekali sehingga tidak perlu disebutkan lagi. Bahkan, kemampuan untuk melakukan trik tipuan tangan tanpa ketahuan telah menjadi keterampilan tersendiri. Namun, jangan sampai sampai ada orang yang sempat melihat trik itu sekilas karena mereka pasti sudah bisa menebaknya. Jika tertangkap, siapa lagi yang bisa disalahkan jika bukan tangan sendiri yang terlalu lambat bergerak?

Quan Rui melihat ekspresi wajah Jiang Hao dan Meng Fan yang menjadi semakin suram, lalu ia menoleh dan pura-pura mendisiplinkan Bai Ran, "Ranran, ada beberapa hal yang cukup kamu simpan dalam batin. Mengapa kamu harus mengatakannya?"

Perkataan Quan Rui membuat semua orang di sekitar meja judi itu kembali tertawa keras. Bai Ran juga mengerti maksud Quan Rui sehingga ia menanggapi, "Baiklah. Lain kali aku tidak akan mengatakannya lagi walaupun aku melihatnya dengan jelas."

Jiang Hao dan Meng Fan yang diam-diam bekerja sama kini hanya bisa terdiam di tengah-tengah suasana yang semakin riuh. Seluruh wajah Jiang Hao memucat karena sepertinya ia tahu bahwa orang-orang di sekitar menertawakannya. Sebagai Tuan Muda Jiang, Jiang Hao telah terbiasa hidup dengan mewah dan terhormat sejak kecil. Mana pernah ia merasakan amarah seperti ini?

Jiang Bangyuan melihat amarah Jiang Hao yang nyaris meledak sehingga ia buru-buru mengulurkan tangannya untuk menghentikan adiknya sendiri, "Jangan impulsif."

Kobaran api di dalam hati Jiang Hao seketika padam dalam sekejap. Ia tidak mengatakan apapun, kemudian ia hanya mengambil napas dan menenangkan diri. Sementara itu, Meng Fan tampak jauh lebih santai. Seperti kata pepatah, Jika ingin menjadi ahli bela diri, harus bisa bertahan saat dipukuli terlebih dahulu. Tak peduli seberapa bagusnya kemampuan bela diri seseorang, jika ia ditinju dua kali saja pasti tidak akan bisa berdiri lagi. Hanya orang yang tahan dipukul yang nantinya bisa melatih kemampuan bela dirinya. Sama halnya dengan belajar poker, tertangkap melakukan trik tipuan di awal mencoba adalah hal yang tidak bisa dihindari. Meng Fan sendiri bisa sampai di titik ini sekarang setelah terbiasa ditangkap. Kadang, ia harus dipukuli sampai nyaris mati sebelum akhirnya kemampuannya diakui. Apalagi, sekarang ia hanya ditertawakan sejenak saja.

Meng Fan tampaknya sama sekali tidak terpengaruh dengan tawa orang-orang tadi. Ia menoleh dan kembali melihat Quan Rui, lalu berbicara dengan nada yang penuh dengan provokasi, "Kali ini Tuan Quan mempersiapkan berapa? Apakah saya harus mengingatkan Tuan untuk melihat kartu dulu? Jika tidak, nanti tidak akan ada yang tahu bagaimana Tuan mati...." Meng Fan bisa dibilang seperti anak sapi yang baru lahir, tapi tidak takut pada harimau. Ia bahkan berani berbicara memprovokasi Quan Rui seperti ini, seakan benar-benar tidak memandang Quan Rui dengan serius.

Sementara itu, ekspresi datar Quan Rui dan senyumnya yang samar sama sekali tidak berubah. Ia melihat sekilas Meng Fan dengan santai, seolah-olah Meng Fan hanyalah anak buah kecil yang rendahan sehingga sama sekali tidak layak untuk dilihat kedua matanya. Penglihatan Quan Rui selalu tertuju pada Bai Ran.

Kali ini, Quan Rui menjadi semakin arogan. Ia memainkan helaian rambut Bai Ran yang terurai di sela-sela jarinya, lalu menarik sejumput rambut Bai Ran dan melingkarkannya di jarinya. Quan Rui seakan baru saja menemukan mainan baru dan kini sedang bermain dengan sangat senang. Bai Ran mengira Quan Rui tidak akan menjawab Meng Fan karena pria itu telah terdiam agak lama. Namun, kemudian Quan Rui berkata dengan tenang, "Dealer, berapa batas maksimal taruhan untuk setiap orang?"

Dealer cantik itu melihat Quan Rui dengan sopan, lalu mengangguk sambil tersenyum dan menjawab, "Seratus juta."

Quan Rui melihat-lihat empat kartu di depan dealer hingga alis rampingnya bertaut. Matanya yang gelap sedikit menggelap, seperti sedang memikirkan sesuatu. Bai Ran masih berada dalam pelukannya, tapi gadis itu tidak bisa melihat apalagi menebak isi pikiran Quan Rui. Bagi Bai Ran, Quan Rui masih cukup dalam dan misterius.