"Seratus juta, ya...."
Bai Ran tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Quan Rui, tapi pria itu tiba-tiba bergumam pelan. Suaranya tidak terlalu keras, tapi cukup jelas untuk didengar semua orang yang berada di sekitar meja judi hingga membuat mereka semua menahan napas. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa keluarga Quan dan Grup Global benar-benar mengerikan karena Quan Rui tampaknya berani melemparkan seratus juta hanya dalam satu permainan judi. Namun, apakah itu tidak terlalu sembarangan?
Meng Fan turut membeku karena terkejut. Bukan karena alasan lain, melainkan karena ia sedang tidak memegang begitu banyak uang. Meskipun ia telah memenangkan banyak set perjudian, seratus juta tetaplah nominal yang tidak bisa dikeluarkan begitu saja oleh orang biasa dengan mudah. Meng Fan pun menggertakkan giginya karena pikirannya mulai berantakan.
Berbeda dengan Meng Fan yang gugup, Bai Ran yang masih duduk di pangkuan Quan Rui malah menjadi semakin penasaran. Sebenarnya pria yang tiba-tiba menerobos ke dalam hidupnya ini orang seperti apa? Quan Rui begitu tiba-tiba muncul dan begitu tiba-tiba bernegosiasi dengan Bai Ran. Selain itu, hanya Bai Ran yang melihat kartu dalam permainan kali ini dan Quan Rui bahkan tidak melihatnya sama sekali. Bai Ran pun berpikir, Apakah dia benar-benar mau bertaruh seratus juta? Apa uang dan wanita benar-benar tidak ada artinya di mata pria ini?
Bagaimanapun, Bai Ran masih ingat janji Quan Rui bahwa jika Bai Ran memenangkan permainan ini, ia boleh mendapatkan setengah dari taruhan yang ia menangkan. Bai Ran tidak menginginkan begitu banyak uang. Asalkan ia bisa membayar pengobatan ibunya, itu sudah cukup. Karenanya, Bai Ran jelas tidak boleh kalah bermain.
"Tenang sedikit," Bai Ran akhirnya angkat bicara dengan suara agak berat. Tanpa sadar, ia memegang tangan Quan Rui yang terletak di atas meja. Lagi pula, Bai Ran sekarang sedang bekerja sama dengan Quan Rui. Jika Quan Rui benar-benar kalah sampai terlalu buruk, ia tidak tahu berapa lama lagi waktu yang ia butuhkan sebelum akhirnya menemukan cincinnya yang hilang.
Quan Rui awalnya masih mempertimbangkan taruhan. Namun, ia tak bisa menahan diri dan segera menoleh untuk menatap Bai Ran saat mendengar perkataan gadis itu. Kebetulan Bai Ran juga sedang melihatnya sehingga kini mereka saling memandang. Ada suatu perasaan yang muncul di antara mereka, namun tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Bai Ran merasa agak hilang fokus saat mata Quan Rui yang dalam menatapnya. Wajah Bai Ran sedikit memanas, sementara Quan Rui masih menatapnya dengan tatapan yang tenang namun intens. Mata jeli Bai Ran yang dapat membedakan benar dan salah itu sekilas berkilat-kilat hingga menunjukkan sedikit kebingungan, sedikit kepolosan, dan bahkan sedikit kekhawatiran
Bai Ran tetaplah seorang wanita yang baik hati. Mereka baru mengenal satu sama lain selama setengah jam, tapi Bai Ran sudah mulai mengkhawatirkan Quan Rui meskipun pria itu tiba-tiba menerobos masuk ke dalam hidupnya dengan agak kasar dan tanpa pemberitahuan. Bibirnya yang dingin menampakkan garis kontur yang indah. Quan Rui akhirnya menyadari bahwa punggung tangannya terasa sedikit hangat. Ia pun menurunkan matanya dan melihat bahwa tangan Bai Ran telah diletakkan di atas tangannya, entah sejak kapan. Tangan Bai Ran begitu mungil, lembut, dan hangat.
Quan Rui merasa suatu tempat di lubuk hatinya yang terdalam seakan baru saja disiram oleh mata air dingin hingga mengalir dengan darahnya. Ada perasaan nyaman yang tidak bisa dijelaskan. "Kamu sedang mengkhawatirkanku?" tanya Quan Rui dengan nada sedikit menggoda, namun juga sedikit bergurau.
Bai Ran tiba-tiba mendengar suara Quan Rui di tengah-tengah pikirannya yang sibuk menerka-nerka apa yang akan dilakukan Quan Rui selanjutnya. Saat ia mengangkat wajahnya, ia bertatapan langsung dengan sepasang pupil mata gelap Quan Rui yang bersinar bangga. Ia langsung menyadari apa yang baru saja ia lakukan dan cepat-cepat menarik kembali tangannya, seakan-akan ia baru saja memegang kentang panas. Kemudian, Bai Ran memalingkan wajahnya dengan sombong dan beralih untuk melihat ke arah meja judi sambil berkata, "Jangan salah paham. Aku hanya tidak ingin bebek yang sudah sampai di mulutku tiba-tiba terbang pergi begitu saja."