Setelah Ye Fei melihat semua hal yang familiar, ia tidak bisa menahan memori-memori yang kembali mengingatkannya tentang semua hal yang pernah ia miliki. Ia kehilangan ibunya di usia tiga tahun dan tak lama kemudian, ayahnya menikahi wanita muda dari keluarga terpelajar, Jiang Huiru, yang menjadi ibu tirinya. Meskipun keluarga Jiang bukan keluarga yang kaya, Jiang Huiru kala itu adalah seorang wanita muda dan cantik yang cukup terkenal di ibukota. Mungkin Jiang Huiru memiliki perangai yang baik hingga ayahnya akhirnya meninggalkan banyak gadis kaya dan memilih untuk menikahinya.
Setelah Jiang Huiru menikah dengan keluarga Ye, Ye Fei merasa sangat disayang oleh ibu tirinya yang bary. Jiang Huiru tidak hanya merawatnya dengan baik tapi juga dengan sabar memberikan pencerahan untuk hidupnya, mendidiknya, menceritakan cerita untuknya, dan bermain dengannya. Di usia hanya tiga tahun, Ye Fei dengan cepat menemukan penghiburan dari duka setelah kehilangan seorang ibu pada diri Jiang Huiru dan sejak saat itu, Ye Fei menganggap Jiang Huiru sebagai ibunya.
Kurang dari setahun kemudian, Jiang Huiru sang ibu tiri melahirkan seorang bayi perempuan bernama Ye Ya. Di tahun berikutnya, ia melahirkan bayi perempuan lain bernama Ye Ning. Karena tidak adanya anak laki-laki untuk mewarisi bisnis keluarga, Ye Ning dikirim ke luar negeri saat ia berusia lebih dari satu tahun dan tinggal bersama kakeknya untuk bercocok tanam. Rumah megah keluarga Ye yang besar pun menjadi surga bagi Ye Fei dan Ye Ya.
Saat itu, Ye Ya kecil bagaikan boneka yang sangat imut dan pintar di mata Ye Fei. Selain karena didikan Jiang Huiru, Ye Fei tidak bisa menahan diri untuk tidak menjaga Ye Ya, memanjakannya, dan merawatnya. Ye Fei terus-menerus memberi Ye Ya mainan dan barang favoritnya, bahkan saat Ye Ya sudah tumbuh dewasa. Selama Ye Ya menginginkan sesuatu, Ye Fei bersedia untuk mengalah tanpa peduli seberapa ia menyukai hal itu. Sangat disayangkan bahwa kebaikan Ye Fei yang seperti itu tidak dihargai sebagaimana mestinya, tapi malah mendorong keserakahan mereka.
Saat itu, Ye Fei tidak mengerti bahwa tidak semua orang bisa membeli gelang batu giok seharga puluhan juta dengan mudah dan mahkota kristal seharga jutaan sudah cukup untuk membuat orang menjadi iri. Kepolosannya menyebabkan sebuah tragedi di kemudian hari. Usia delapan belas tahun adalah saatnya Ye Fei harus mewarisi warisan dari ibunya dan usia itu seharusnya menjadi usia yang paling indah. Namun, nyatanya usia delapan belas tahun menjadi awal dari mimpi buruk Ye Fei.
"Feifei, bagaimana dengan Xiao Wei? Tolong suruh dia turun untuk membantu Ayah menyambut para tamu," kata ayah Ye Fei pada dirinya dengan penuh kasih sayang.
"Ming Wei tidak sengaja membasahi pakaiannya dan pergi ke kamarku untuk mengganti pakaiannya. Aku akan melihat bagaimana keadaannya sekarang."
Ye Fei saat itu mengenakan gaun putih bak seorang putri dan mahkota kristal yang dipesan langsung oleh ayahnya dari Austria. Ia memasuki kediaman Ye dengan gembira untuk mendesak pacarnya menemani ayahnya menjamu tamu. Sepatu kristalnya yang berkilauan menginjak karpet merah terang sehingga ia tampak seolah sudah ditakdirkan untuk menjadi seorang putri yang kehilangan sepatu kristalnya. Ia masih setengah jalan menaiki tangga sambil memegangi pegangan tangga saat ia tiba-tiba mendengar pertengkaran sengit di kamar ibu tirinya.
"Nyonya Lu! Keputusanmu terlalu tergesa-gesa. Feifei masih sangat muda. Jika kamu mengumumkan bahwa dia akan mewarisi sebuah warisan sekarang juga, apakah kamu tidak takut nanti seseorang akan membahayakan keselamatannya?" terang Jiang Huiru dengan cemas.
"Hm… Jiang Huiru, alasan bahwa Feifei masih muda itu tidak masuk akal. Bukan berarti aku buta! Kamu telah menduduki hartanya dan memanfaatkannya untuk keuntunganmu sendiri selama bertahun-tahun. Jangan kira aku tidak tahu! Aku curiga kamu sama sekali tidak mengkhawatirkan keselamatannya, tapi kamu enggan menyerahkannya karena takut dia akan menghalangi jalanmu untuk menjadi kaya!"
"Nyonya Song, aku selalu memperlakukan Feifei seperti putriku sendiri. Bagaimana bisa aku memikirkan tentang hartanya? Kamu tega berkata begitu?"
"Cukup! Jangan berpura-pura di hadapanku! Kamu juga memanfaatkan seluruh warisan putriku selama bertahun-tahun. Sekarang Feifei sudah dewasa, jadi jangan coba-coba untuk menyentuh barang-barangnya lagi! Kalau tidak, keluarga Song tidak akan tinggal diam dan membalasnya!" seru wanita tua itu dengan penuh amarah. Ia berjalan sambil terus-menerus menghentakkan tongkatnya ke lantai.