Kinasih bergegas keluar kamar usai menerima telepon dari Damar. Langkah kakinya yang cepat hampir terdengar hingga ke lantai bawah, dia bahkan menuruni anak tangga dengan terburu-buru, dan lupa jika kondisinya yang sedang mengandung.
Arimbi baru saja masuk bersama dengan Bara. Keduanya begitu lekat, karena satu tangan Bara mengait pada lengan Arimbi. Wajah Bara begitu merah dan terus saja dia meracau tidak jelas.
"Mas Bara?" panggil Kinasih sangat terkejut melihat kondisi suaminya yang sedang mabuk berat sampai untuk berdiri saja dia tidak mampu.
"Cepat bantu ibu, Kinasih. Suamimu mabuk berat dan ibu sudah sangat lelah malam ini. Kesenanganku jadi terganggu karena suamimu," ucap Arimbi berusaha melepaskan tangan Bara yang berada di pundaknya.
Kinasih menghampiri suaminya, dia segera mengambil alih tangan Bara yang ia letakkan pada pundaknya.
