"Biar aku yang membayarnya."
Choi Jiho mengacungkan kartunya, mengajukan diri untuk membayar. Dia menahan tangan Fang Muxiu ketika wanita itu mengeluarkan dompetnya. Choi Jiho selalu membayar untuk gaun-gaun yang dibeli Fang Muxiu kalau mereka berbelanja bersama.
"Tidak perlu, biar aku yang membayarnya kali ini. Sejak awal aku yang berniat memberi Han Yexi gaun yang pantas."
Gaun ini bukan untuknya, kenapa Choi Jiho harus membayarnya? Fang Muxiu merasa aneh membiarkan Choi Jiho membayar untuk Han Yexi. Yah, kecuali untuk makanan. Sebuah gaun mewah dengan uang Choi Jiho terlalu mewah untuk Han Yexi.
Setelah meyakinkan Choi Jiho, Fang Muxiu pergi ke kasir untuk membayar gaun Han Yexi.
Choi Jiho melirik kartu di tangannya dan menyimpannya kembali ke dalam dompet. Awalnya dia sama sekali tak berniat mengeluarkan kartunya. Setelah melihat gaun terakhir Yexi pakai, tangannya begitu bersemangat dan gatal. Choi Jiho merasa harus membayar untuk gaun itu.
Meskipun hanya sekilas, Choi Jiho tahu apa yang disembunyikan Han Yexi tampak luar biasa. Punggung telanjangnya itu, bisakah dia menyentuhnya?
Karyawan toko keluar dari ruang ganti dengan gaunnya untuk dibungkus. Tiada ada siapapun lagi di ruang VIP selain Choi Jiho seolah dewa sedang memberinya sebuah kesempatan.
Choi Jiho melangkah ke ruang ganti, menyibak tirai penglang dengan perlahan agar tidak menakuti buruannya. Han Yexi sedang mengancingkan blousenya saat Choi Jiho muncul di belakangnya. Tatapan mereka bertemu melalui cermin besar di depan Han Yexi.
Sedang apa pria itu disini?
Untung saja Han Yexi sudah selesai berganti, bagaimana kalau dia belum?
Choi Jiho senang melihat reaksi Han Yexi yang ketakutan. Dia melangkah tepat ke belakang Han Yexi, menaruh tangannya di kedua pundak wanita itu dan berbisik, "kamu seharusnya lebih sering menggunakan gaun seperti tadi."
Han Yexi mencoba menjauhkan diri dari Choi Jiho. Tangan Choi Jiho menekannya kuat sehingga dia bergeming. Han Yexi hanya mampu menolehkan kepalanya sejauh mungkin dari jangkauan bibir Choi Jiho, takut pria itu menggigitnya seperti kemarin.
"Apakah kamu sangat ingin kugigit?" Choi Jiho menertawakan Yexi, dia tidak berencana menggigitnya hari ini tapi Han Yexi malah mengingatkannya seperti ini. "
Tak ada tanggapan dari Han Yexi, wanita itu tak lagi menatapnya. Choi Jiho melirik tangan Han Yexi yang masih tergantung tepat di depan dadanya, masih ada satu kancing blouse yang terlepas.
Choi Jiho mengendurkan cengkramannya, tangannya bergerak di sekitar leher Han Yexi. Choi Jiho akan mencekiknya! Begitu pikir Han Yexi, dia mengangkat kepalanya dan mengikuti pergerakan tangan Choi Jiho yang malah berakhir di atas tangan Han Yexi.
Han Yexi kembali memandang Choi melalui cermin di depannya. Pria itu masih tersenyum, tapi dengan cara yang berbeda. Senyuman itu halus, senyuman. Han Yexi akhirnya melihat senyuman itu.
Tangan Choi Jiho mengambil alih kancing blouse sedari tadi Han Yexi pegang. Tangan pria itu bergerak untuk mengancingkan blousenya. Sentuhan jari Choi Jiho di lehernya terasa menggelikan dan membuat tubuh Han Yexi mengejang.
Gerakan itu disadari oleh Choi Jiho dan terasa ajaib. Dia segera tahu betapa sucinya wanita dibawahnya ini. Han Yexi melarikan pandangannya lagi.
Choi Jiho menurun kepalanya dan mendaratkan dagunya di pundak Han Yexi. "Xixi… bolehkah aku memanggilmu seperti itu? Lebih mudah kuucapkan."
"Untuk apa?" suara Han Yexi terdengar parau.
"Aku ingin mengenalmu. Kamu lebih menarik dari yang kupikirkan selama ini."
Jawaban Choi Jiho membuat Han Yexi semakin yakin kalau dia telah berhasil mencuri perhatian pria itu seperti yang Fang Muxiu harapkan. Han Yexi pikir rencana Muxiu hanyalah omong kosong besar, rupanya, semudah ini.
Han Yexi tidak yakin kalau dia bahkan pernah mencoba menggoda Choi Jiho atau semacamnya. Choi Jiho yang lebih dulu menjangkaunya, Yexi hanya berdiam diri membiarkan pria itu melakukan apa yang dia inginkan… seperti saat ini.
Tangan Choi Jiho menopang leher Han Yexi, meninggikan dagunya dan menjatuhkan bibirnya diatas Han Yexi. Astaga, astaga! Choi Jiho menciumnya.
Han Yexi berharap dia bisa meneriakkannya sekencang mungkin agar seseorang mendengarnya dan segera menemukan mereka. Entah kapan lagi ini akan mendapat bukti sekuat ini!
Choi Jiho bergerak dalam sebuah irama. Dia tidak hanya serta merta menempelkan bibirnya begitu saja. Keuntungan ada padanya karena dia memulainya dengan bibir Han Yexi yang terbuka. Choi Jiho melahap Han Yexi, berharap wanita ini segera belajar dan mengikuti temponya.
"Hmp…"
Han Yexi kewalahan dengan semua sensasi dan gerakan intim ini. Dia menyaksikan siaran langsung ciuman antara Choi Jiho dan Fang Muxiu beberapa kali. Tak pernah sekalipun membayangkan kalau suatu hari dia akan mengambil tempat Fang Muxiu.
Bibir Han Yexi terasa murni bagi Choi Jiho. Itu karena Han Yexi tidak memakai lipstik tebal yang membuat bibirnya teasa aneh. Malah Choi Jiho akan sebut bibir Han Yexi adalah yang termanis dari semua wanita yang pernah dia cumbu. Choi Jiho diliputi gairah dan hasrat yang menggebu. Kalau bisa, dia ingin mencumbu setiap jengkal tubuh Han Yexi setelah ini.
Beberapa waktu berlalu, Han Yexi ingin menyerah tapi Choi Jiho tak kunjung melepaskannya. Tangan Han Yexi menggapai-gapai untuk menyingkirkan wajah Choi Jiho dan pria itu malah mencengkram lehernya lebih kuat agar Han Yexi tak bergerak.
Choi Jiho memegang kendali penuh. Ini bukan lagi sebuah ciuman yang memikat dan menyenangkan. Choi Jiho terlalu memaksa, dia akan membunuh Han Yexi dalam beberapa menit kedepan.
Apakah tidak ada seseorang diluar sana yang bisa menolongnya? Han Yexi berdoa dalam hati, berharap Fang Muxiu segera menemukan mereka.
Tap… tap… tap….
Ketukan stiletto Fang Muxiu yang beradu dengan lantai terdengar sangat khas. Kamu akan bisa membedakannya dengan suara lain setelah mendengarnya berjalan beberapa kali. Fang Muxi masuk ke ruang konsumen VIP dan tidak menemukan siapapun disana.
Kemana Choi Jiho?
Fang Muxiu kemudian melirik ke arah ruang ganti pakaian. Han Yexi seharusnya masih ada di dalam sana. Mungkinkah Cho Jiho juga ada di dalam?
Cih! Kenapa Choi Jiho ingin masuk ke dalam sana? Dia bahkan tak berani masuk saat Fang Muxiu yang sedang mencoba pakaian. Choi Jiho mungkin akan bersandar tepat di depan tirai pembatas menunggunya tapi dia tidak pernah masuk.
Fang Muxiu takjub dengan pikirannya sendiri. Namun dia juga penasaran dan melangkah ke ruang ganti. Fang Muxiu berharap kalau itu benar-benar terjadi dan dia bisa membuat konfrontasi. Namun pikiran tentang Choi Jiho yang menyelinap masuk ke ruang ganti juga membuat Fang Muxiu ngeri.
Seorang pria tidak akan menyelinap tanpa mengambil kesempatan. Apa yang akan ada dibalik tirai ini kalau memang Choi Jiho ada di dalam sana?