Fang Muxiu menarik tirai pembatas dengan cepat.
"Nona Fang?" Han Yexi tampak terkejut dengan kedatangan Fang Muxiu. Hanya ada wanita itu dalam sini. Tidak ada Choi Jiho, tidak ada adegan aneh seperti yang dia harapkan.
Fang Muxiu membuang nafas, merasa lega karena tidak ada yang terjadi.
"Apakah kalian sudah selesai?" Choi Jiho muncul di belakang mengejutkan mereka berdua. "Kalau sudah mari kita pulang. Aku punya sesuatu yang harus diurus. Aku akan mengantarkan kalian dulu."
"Sudah. Ayo Xiao xi, kita juga masih punya pekerjaan." Fang Muxiu berbalik, memeluk Choi Jiho dan melangkah keluar bersama dengan pria itu. Choi Jiho yang jangkung masih bisa melirik Han Yexi diatas kepala Fang Muxiu. Diam-diam dia memberi kedipan pada Han Yexi sebagai ungkapan terima kasih telah bekerja sama dengannya.
Fang Muxiu datang terlambat, kalau saja wanita itu datang lebih cepat dia mungkin bisa menghentikan kegilaan Choi Jiho. Han Yexi masih merenungi diri dan teringat kata-kata Choi Jiho setelah pria itu menciumnya.
"Kamu sangat luar bisa." Tangan Choi Jiho masih membelai Han Yexi setelah dia melepaskan ciumannya. Choi Jiho masih ingat dimana mereka berada dan jelas tak ingin tertangkap basah oleh Fang Muxiu. "Sayang sekali… kita akan melanjutkan ini lain waktu."
"Tidak akan ada lain kali!" Han Yexi spontan menyahutnya walau belum juga bisa melepaskan diri dari Choi Jiho.
Han Yexi tidak ingin ada lain waktu. Dia tidak ingin Choi Jiho menciumnya lagi. Pria itu gila! Dia menciumnya seperti sedang mencoba membunuhnya.
"Bukankah itu tadi menyenangkan? Kita perlu berlatih lebih banyak agar kamu semakin ahli melakukannya."
"TIDAK! Anda adalah tunangan Nona Fang." Han Yexi menegaskan.
"Memangnya kenapa? Kami belum menikah. Aku masih seorang pria bebas dan boleh menikmati hidupku sendiri." Choi Jiho berkilah dengan lincah. Bahkan meskipun dia dan Fang Muxiu sudah menikah, tidak ada yang bisa menghentikannya.
"Ini tidak benar…" Han Yexi bersuara makin lemah.
"Xixi, tidak perlu menimbang ini benar atau tidak. Cukup nikmati saja," Choi Jiho mengecup Han Yexi sekali lagi dengan ringan dan menggoda. "Dan… simpan ini diantara kita berdua."
Hati Han Yexi bergetar saat Choi Jiho menyebutkan mereka dengan sebutan kita dan berdua dengan persuasif. Seolah ada sihir di dalamnya yang memantrai Han Yexi. Itu bukan kata-kata suka atau kata-kata cinta yang meluluhkan hati tapi Han Yexi merasa luruh di dalamnya.
Ini titik puncaknya. Han Yexi berhasil melakukannya. Dia berhasil meraih Choi Jiho untuk dirinya. Tapi pria itu bilang: diantara mereka—berdua. Yang artinya Choi Jiho mengajak Han Yexi untuk bermufakat di belakang Fang Muxiu dengan kata lain:
"Anda akan menyelingkuhi Nona Fang?" pupil mata Han Yexi membesar, ikut terkejut dengan pikirannya.
Choi Jiho juga ikut terpukau dengan pemikiran Han Yexi, tanpa sadar dia memang telah mencurangi Fang Muxiu dengan mencium dan mengingini Han Yexi. Wanita ini tidak salah, hanya saja… masih ada ketidak-yakinan dalam diri Choi Jiho.
"Kamu ingin jadi simpanan-ku?" Choi Jiho malah bertanya balik.
Sisi baik dalam dirinya yang selama dua tahun telah dia pelihara menolak ide ini. Choi Jiho telah menahan dirinya sekian lama dan dia akan jatuh dalam kubangan setan begitu saja karena sebuah ciuman dengan Han Yexi? Benarkah?
"Kamu pikir, kamu akan menjadi wanita simpanan-ku karena aku menciummu satu kali ini?" pertanyaan ini untuk Han Yexi dan juga untuk dirinya sendiri.
Apakah Han Yexi bahkan pantas menyandang gelar kehormatan ini?
Choi Jiho selalu merendahkan dan meremehkan Han Yexi dalam hatinya. Dia tak pernah melihat Han Yexi sebagai seorang wanita. Han Yexi hanyalah sampah, seberapa pun bergunanya dia bagi Fang Muxiu. Choi Jiho selalu membencinya. Wanita ini selalu mengacaukan setiap kesempatan yang muncul antara Choi Jiho dan Fang Muxiu.
Apa yang Choi Jiho lakukan sekarang hanyalah menagih denda. Dia akan menagih pada Han Yexi atas setiap kerugian dan kehilangan. Choi Jiho meyakinkan dirinya, "kamu bahkan tidak lebih berharga dari seorang wanita panggilan."
Itu kata-kata terburuk yang pernah Choi Jiho ucapkan pada Han Yexi. Perlu waktu beberapa saat bagi Han Yexi untuk menyadari artinya.
Choi Jiho menunggu reaksi Han Yexi. Wanita lain pasti akan langsung menamparnya atau menitikan air mata mereka dan menyahut dengan dramatis. Tangan Han Yexi kebetulan juga bebas tapi mereka tak bergerak. Mata Han Yexi hanya menatap ke samping tanpa ada tanda-tanda seperti orang akan menangis.
Han Yexi kelihatannya merenungi kata-katanya dan tidak tahu harus berbuat apa.
Wanita aneh!
Han Yexi memang tidak ada harganya! Choi Jiho menggaungkan itu dalam kepalanya karena setelah melihat reaksi Han Yexi iba-nya tiba-tiba bertanya-tanya apakah dia telah melukai wanita itu? Ada seseorang yang mengutuk dirinya dari dalam jika sampai itu terjadi.
Jemari Choi Jiho yang masih berada di pipi Han Yexi bergerak mengusap wanita itu. Seperti memanggilnya, katakanlah sesuatu! Tolong!
Gerakan jemari Choi Jiho terhenti saat tatapan mata Han Yexi tiba-tiba kembali padanya. Seolah Han Yexi bisa mendengar jeritan hati Choi Jiho, dia memberinya sebuah balasan:
"Aku tidak akan mengatakan apapun pada Nona Fang."
APA?!
Hanya itu saja? Apa wanita ini batu?
"Baguslah." Rasa iba itu runtuh dan perasaan bersalah kembali menenggelamkan dirinya jauh ke dasar relung Choi Jiho yang terdalam. "Gadis pintar." Choi Jiho tidak tahu harus bagaimana lagi.
Situasinya jadi aneh. Rasanya seperti Choi Jiho baru saja ditolak oleh Han Yexi. Padahal dialah yang menolak Han Yexi sebagai selingkuhannya.
Perlahan tangan Choi Jiho turun dan dia tak punya pilihan selain pergi meninggalkan Han Yexi di ruang ganti.
Han Yexi tak punya banyak waktu merenungkan kata-kata Choi Jiho dengan perasaan yang tepat. Fang Muxiu keburu muncul di belakangnya di saat-saat yang sangat terlambat.
Yah… seharusnya Fang Muxiu datang lebih cepat, jadi percakapan itu tidak akan pernah terjadi.
Kata-kata Choi Jiho menghantui Han Yexi selama sisa hari itu. Bahkan setelah dia dirias dan disulap menjadi seorang putri oleh make-up artist yang sengaja Fang Muxiu pesan. Han Yexi tidak merasa bahagia sedikitpun.
Perubahan drastis yang dihasilkan oleh bedak dan segala macam make-up itu tampak tak berarti bagi Han Yexi. Dia sudah cantik bahkan tanpa semua itu. Jadi Han Yexi tidak kelihatan senang juga tidak kelihatan sedih, lebih mirip tak berjiwa.
Han Yexi memutar tubuhnya menyamping, mengintip punggungnya yang telanjang. Gaun yang dipilih Fang Muxiu tak menutupi punggungnya sama sekali sampai batas pinggangnya. Pada awalnya, Han Yexi takut dengan gaun ini. Saat pertama kali dia merasakan semilir angin di punggungnya, dia merasa benar-benar telanjang. Tak mengerti mengapa ada orang yang mau memakai gaun seperti itu.
Sekarang hawa dingin itu yang menegakkan punggungnya, memerintahkan Han Yexi untuk berdiri dengan tegap. Bukankah ini gaun yang membuat Choi Jiho terpukau sehingga Fang Muxiu memilihnya?
Tidak, bukan karena gaunnya tapi punggungnya. Choi Jiho jelas tertarik padanya, pria itu menciumnya, menggodanya namun disaat yang sama juga mengutuknya.