"Lo yakin mau nembak dia sekarang?" Didi mencekal lengan Zagi khawatir. Ini pertama kalinya dia melihat sahabatnya itu berbuat nekat. Bahkan dia sendiri tak yakin Maya bakal menerima Zagi atau tidak.
"Kalau ga sekarang, kapan lagi?. Udah ah, gue mau samperin Maya sekarang. Lo doain gue aja. Ah tapi doa Lo ga bakal didengar Tuhan, ..". Zagi menoleh kearah Vic yang sedang asyik dengan game di HP nya. "Vic, doain gue ya?"
"Hmm ..mm" Jawab Vic singkat. Dia bahkan tak menoleh. Tapi itu cukup melegakan Zagi. Setidaknya, dia menjawab. Didi tampak masih kesal dengan perkataan Zagi. Dia tak lagi melarang, namun ketika Zagi melangkah pergi dia berseru
"Pergilah, gue doain Lo sukses Bro ! ". Dari jauh, Zagi mengangkat jempolnya keatas.
...
"Jadi gimana May, kamu mau kan jadi wanita paling spesial dalam kehidupanku?. Aku sudah lama suka sama kamu, kita sudah dekat begini .. apalagi?". Maya masih belum mengambil bunga yang Zagi sodorkan kepadanya. Dia menatap bocah itu dengan sebal. Ingin rasanya dia menjitak kepala Zagi . Tapi mengingat banyak pasang mata sedang menatap mereka sekarang, termasuk Vic dan Didi dari kejauhan, membuat Maya tak tega jika mempermalukan Zagi sedemikian rupa.
Perlahan Maya mencoba mengangkat tubuh Zagi agar posisinya sejajar. "Gue akan tetap begini selama kamu belum jawab May .." . Dasar anak keras kepala. Maya makin tak enak saat beberapa anak mulai bersuara mendukung aksi Zagi
"Terima , Terima !"
"Iya May .. terima aja, kalau Lo ga mau, biar gue aja" teriak Lani yang kemudian diikuti oleh teriakan "Huuuuu" dari anak anak yang lain. Maya makin merasa tak nyaman. Jelas dia tak ingin menerima Zagi. Tapi menolak dia didepan umum, adalah juga sebuah kesalahan. Dia merasa tak enak hati karena Zagi sudah terlalu baik padanya. Dengan lemas, dia akhirnya mengangguk. Nanti bisa dia bicarakan di belakang hari.
"Benarkah?"
"Ya .. sekarang berdiri lah dan kita akan segera balik ke Penginapan" ucap Maya pelan. Zagi hampir tak mendengarnya. Zagi buru buru berdiri, dia menyerahkan Buket bunga itu ke tangan Maya, disertai tepuk tangan meriah dari anak anak yang ada disana. Saat Zagi hendak memeluknya, Maya mendorong tubuh Zagi menjauh. "Ada yang perlu aku bicarakan nanti denganmu. Jadi sebaiknya jaga jarakmu denganku".
"Apa maksudmu? Ayolah .. sekarang kita sudah resmi jd sepasang kekasih " . Maya tak menjawab. Dia melangkah cepat meninggalkan Zagi . Bergegas menuju Bus. Beberapa orang memandang mereka heran.
"Apa Maya benar benar mencintai Zagi? Lihatlah .. dia bahkan menolak dipeluk olehnya" kata seorang mahasiswi yang kebetulan melihat penolakan Maya saat Zagi berniat memeluknya.
"Mungkin Maya malu . Dia kan memang begitu. Lagipula, dia belum pernah dekat dengan siapapun selama ini.". Gadis itu tampak mengangguk angguk. Lalu dia juga segera berlalu, menyusul rombongan yang lain menuju Bus. Masih ada beberapa tempat yang belum mereka kunjungi.
...
"Selamat ya Bro !. Akhirnya .. Jafian juga Lo sama Maya" sambut Didi begitu Zagi menghampiri tempat duduk mereka di bagian belakang Bus.
"Yes. Thank's Di ..". Zagi melirik Vic . "Lo ga ngucapin selamat buat Gue?". Vic tersenyum
"Ya .. selamat untukmu" .
"Kita mesti ngerayain nih .. Habis pulang dari sini, Gimana kalau kita buat Pesta?" usul Didi.
"Pesta?"
"Ya .. ajak Maya dan teman temannya juga nanti. Soal tempat, biar Gue yang atur". Vic tampak tak tertarik dengan ide Didi, dia kembali melihat kearah luar jendela Bus. Perutnya mulai protes. Kepalanya sedikit berdenyut sakit. Gejala awal dia mabuk segera membayanginya. Duduknya mulai tak tenang.
"Hm .. boleh juga. Gimana Vic?" tanya Zagi melihat Vic diam saja.
"Terserah kalian saja."
"Oke baiklah. Gue kedepan dulu kalau gitu. Maya nungguin gue " kata Zagi bangga. Didi mencibir
"Huh, mentang mentang punya Pacar baru".