"Jadi gimana sekarang? Kamu bahagia? " . Maya menoleh. Zagi sudah kembali duduk disampingnya. Senyumnya manis sekali, dan Maya merasa tak berdaya saat menatap kedua mata Zagi yang tampak berbinar.
"Aku .."
"Ya, mungkin saat ini kamu masih malu. Tak apa, aku bisa menunggu. Kita bisa memulai dari awal nanti, setelah kamu benar benar bisa menerimaku." . Maya tak menjawab. Pikiran nya mendadak kacau. Entah perasaan apa yg kini menguasai hatinya. Dia tak nyaman dengan ini, tapi juga dia merasa terlalu jahat kalau langsung membuat Zagi patah hati secepat itu. Saat melihat Maya diam saja, Zagi tersenyum. Dia meraih tangan Maya dan menggenggamnya erat. Ada kehangatan disana. Namun itu bukan cinta .. hanya sj, Zagi tak peduli. Dia menginginkan Maya, dan sekarang mengetahui gadis itu tak menolaknya, dia merasa bahagia. Selebihnya, dia pikirkan nanti.
"Didi .. dia berencana mengadakan sebuah pesta besok malam. Setelah kita sampai nanti. Bagaimana menurutmu?" . Maya menoleh. Dia tak paham apa maksud Zagi
"Pesta? Maksudnya?"
"Ya .. pesta. Katanya buat hadiah jadiannya kita hari ini"
"Ah .. ngga usah. Ga perlu ada pesta"
"Ayolah May . . sekali ini saja. Ajak juga teman dekatmu untuk datang. Biar kita bisa kenal lbh dekat lagi."
"Kita sudah cukup kenal Gi .. ". Zagi memaksa.
"Please .. hanya pesta kecil May. Oke lah klau kamu tak mau banyak orang , aku akan atur hanya agar ada kita berdua dan kedua sahabatku. Vic dan Didi. Gimana? "
"Bodoh. Apalagi itu? . Ngga, aku ngga mau." /Mengundang dia sebagai perempuan satu satu nya, apa itu bukan tindakan bodoh?/ .
"May .." .
"Udah ya Gi, cukup. Aku ngantuk, mau tidur. Perjalanan masih jauh, ga usah ganggu". Zagi akhirnya menyerah. Tak lagi merecoki Maya. Dilihatnya gadis itu membenarkan posisi duduknya, lalu perlahan tertidur. Goncangan Bus selama perjalanan membuat kepalanya kdg membentur kaca jendela. Perlahan, Zagi meraih kepala Maya dan meletakkannya di pundak nya. Baru saja dia hendak menyusul tidur, HP nya bergetar. Didi tampak mengirim pesan ke aplikasi WA nya.
"Sial. Lo malahan enak enakkan pacaran." Zagi tertawa tertahan.
"Ga usah ganggu" balas Zagi. Didi membalas lagi
"Vic perlu obat yang kemarin Maya kasih. Dia mulai mabuk lg. Bangunkan Maya, minta obat nya". Zagi merengut. Dia tak menjawab. Kenapa disaat dia sedang menikmati kedekatannya dengan Maya malah kedua temannya itu mengganggu?
....
"Ini obatnya .. ". Didi mendongak, Maya tampak menyodorkan obat dan sebotol air mineral. Dari sudut matanya, Maya melihat Vic yang masih terlihat menutup wajahnya dengan jaket.
"Cobalah kau bangunkan dia, barangkali kalau kau yang bangunkan .. dia mau menurut". Didi bergeser dari duduknya. Maya mengerutkan keningnya. Tapi dia tak bertanya. Tangannya yang masih bebas meraih lengan Vic, mencoba membangunkannya dengan sedikit menarik baju nya.
"Hei .. bangun lah. Ini obat nya" . Vic tak menjawab. "Hei .. " . Tetap tak ada jawaban. Maya menoleh Didi, dia tampak menahan tawanya.
"Kalau mau teriak .. silahkan" kata Didi asal. Dia bisa membaca apa maksud dari tatapan Maya. "Oke lah .." ucap Maya tanpa bersuara.
Saat dia sedang bersiap membangunkan Vic dengan suara yang lebih keras lagi, tiba tiba Bus mengerem mendadak. Maya kehilangan kendali, dia tersungkur jatuh ke badan Vic. Sesaat, Jantungnya seakan berhenti berdetak. Vic tampak terganggu. Dia terbangun dan mendapati Maya berada diatas badannya dengan posisi yang sangat tak nyaman untuknya. Dia baru saja tidur beberapa saat yang lalu, dan sekarang tidurnya terganggu. Bukan itu saja, seseorang malah menindihnya sekarang. Vic mendelik kejam. Maya yang tersadar, segera bangkit. Tapi belum smpai dia berdiri dengan benar, Bus kembali mengalami guncangan. Akibatnya dia kembali terjatih ke tempat yang sama. Didi ya g melihat hal itu, tertawa terbahak.
"Bisakah kamu sedikit menjaga jarak dariku?" keluh Vic seraya mengibaskan tangan Maya yang masih berpegangan di lengannya.
"Maaf .. Bus nya berguncang tadi. Tentu saja itu bukan kemauanku" kilah nya. Sambil membenarkan posisinya, Maya menyodorkan kembali obat dan botol yang ada di tangannya. "Aku hanya ingin ngasih ini ke kamu". Vic mendengus kesal
"Aku tak memerlukan obat itu" ucapnya datar.
"Tapi tadi ..." . Maya tak melanjutkan ucapannya, dia melirik Didi yang tampak pura pura sibuk dengan HP nya. Maya tau, akan percuma berdebat dengan Didi. Dengan kesal, dia segera berlalu menuju kursinya kembali. Zagi menatapnya heran
"Kenapa May? .." tanya nya. Melihat wajah tertekuk milik Maya, mau tak mau Zagi menoleh ke arah belakang, tepatnya kearah Didi yang tampka kaku memegangi perutnya sambil tertawa keras. "Sialan .." Umpatnya. Tentu saja dia harusnya tak langsung percaya saat tadi Didi mengirimkan WA padanya. Dia cukup kenal bagaimana sahabatnya itu.
"Maaf ya May .. Didi emang suka gitu. Tapi asli nya dia baik kok" . Meskipun kesal setengah mati, Maya tak berniat memperpanjang hal itu. Dia mengangguk kecil. Minatnya untuk tidur sudah hilang, menguap bersama kekesalannya tadi. Bus melaju lancar di jalan beraspal. Mendekati wilayah perkotaan, anak anak yang lain mulai terbangun. Keadaan di dalam Bus mulai ramai, beberapa anak sibuk berkemas kecil mempersiapkan kalau kalau ada barang yang tertinggal. Maya pun sibuk berkemas seperti yang lainnya. Disampingnya, Zagi tampak sibuk dengan HP nya.