Hari itu, Monna Rataliu seharusnya tidak pernah menginjakkan kakinya masuk ke sebuah toko yang suram dan berada di ujung jalan yang aneh itu.
Sebuah toko yang menjajakan berbagai macam buku tentang sejarah, berbagai kumpulan novel, dan cerita-cerita kuno yang entah bagaimana malah membuat Monna semakin tertarik.
Hingga akhirnya, matanya tertuju pada sebuah buku novel yang menarik perhatiannya di sudut tempat tertentu.
'The Classic Love Of Geraldy'.
Cerita tentang sebuah kerajaan kuno di abad lampau sekitar tahun 345 masehi yang menuliskan tentang kehidupan tentang seorang putra mahkota yang tampan tapi berhati dingin dan berkuasa, serta seorang pria yang tidak percaya pada adanya cinta.
Hingga kemudian, pandangannya itu akhirnya berubah sejak ia bertemu dengan seorang wanita yang lugu dan manis, bernama Alliesia Rustchel.
Seorang wanita berkemampuan penyembuh yang cukup dikenal. Dimana ketika itu ia bisa dengan mudah menyembuhkan luka gigitan binatang buas yang tidak sengaja dialami oleh putra mahkota ketika berburu.
Hingga kemudian, berkat itu Alliesia diangkat menjadi salah satu dokter hebat di istana. Dan menjalani hari-hari yang penuh dengan lika-liku penuh cinta bersama putra mahkota, yang telah memiliki seorang istri.
Sinopsisnya yang menarik itu, membuat Monna akhirnya memutuskan untuk membeli buku novel tersebut dengan beberapa lembar uang yang dimilikinya. Dan membawanya pulang dengan perasaan yang bahagia.
Ia bahkan berhasil menyelesaikan semua cerita di novel Itu hingga habis tidak kurang dari 3 hari.
Malam ketika ia selesai membaca buku itu, Monna menutup malam dengan senyum yang senang karena mendapati akhir cerita yang bahagia.
Belhart, sang putra mahkota. Akhirnya berhasil menikahi Alliesia yang awalnya sangat ditentang keras oleh kekaisaran. Dan mereka berhasil merubah cara pandang orang-orang tentang kasta dan status bangsawan yang selama dianggap benar.
Orang-orang yang dulunya meragukan pernikahan antara kaum wanita yang bukan bangsawan dengan keluarga kekaisaran, akhirnya menyetujui pernikahan antara keduanya dan mendukung mereka.
Sebaliknya orang-orang yang jahat, yang berusaha mengganggu kebersamaan dan kebahagiaan para tokoh utamanya, berakhir menerima nasib yang buruk setimpal dengan perbuatan mereka.
Hingga kemudian, rasa kantuk yang besar menerjang Monna. Membuatnya menguap lebar kala waktu telah menunjuk pukul 3 dini hari. Ternyata karena terlalu seru dan asyik membaca, Monna sampai tidak menyadari waktu telah bergulir dengan sangat cepat.
Mengakhiri malam yang tenang dengan perasaan yang nyaman, membuat Monna terlelap untuk waktu yang cukup lama. Ia bahkan bisa merasakan jiwanya melayang-layang di udara. Melewati dimensi.
Melewati dimensi? Monna mengerutkan kening dalam tidurnya.
Sampai akhirnya sorot lampu yang terang membuat matanya yang masih tertutup terasa panas dan tidak nyaman. Ini aneh. Bukankah biasanya ia selalu tidur dalam keadaan lampu yang hanya sedikit menyala?
Monna biasanya hanya akan membiarkan satu lampu kecil di samping tempat tidurnya menyala. Lantas dari mana sorot lampu ini berpendar?
Sayup-sayup Monna bahkan bisa mendengar beberapa suara di dekatnya. Ada beberapa orang yang berbisik dan berbicara.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Catty belum bangun-bangun juga? Bukankah ini sudah lebih dari dua hari?" seru sebuah suara yang menggelitik Monna hingga ia ingin terjaga.
Monna terus mendengarkan suara-suara itu, walaupun ia tidak mengenalinya.
"Mungkin ini karena efek obatnya, Tn. Shcoutz. Sebaiknya kita tunggu sampai beberapa jam ke depan. Saya yakin putri Anda akan segera sadar," suara pria kedua ini begitu tenang dan berat. Membuat Monna menyengitkan keningnya dalam tidur.
"Benarkah? Kau yakin kita hanya perlu menunggu beberapa jam lagi? Aku tidak akan memaafkanmu jika terjadi sesuatu yang buruk padanya," suara pria pertama terdengar khawatir tapi cukup mengancam. Dan pria kedua sepertinya tetap bersikap tenang.
"Sayang, bagaimana ini? Aku benar-benar tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anak kita," seorang wanita ikut bersuara dengan cemas.
Monna yang kala itu masih terpejam, berusaha untuk membuka matanya, namun sulit.
Bukankah seharusnya ini adalah kamarnya? Kenapa ada begitu banyak orang di sini? Sebenarnya ini dimana? Dan suara-suara yang tidak dikenal siapa itu? Ada orang lainkah? Jika iya, siapa?
"Ayah, aku rasa kita tidak bisa membiarkan ini larut begitu lama. Kita harus melakukan sesuatu sebelum terlambat!" Pria lain yang terdengar lebih muda melakukan protes.
Hingga tiba-tiba sang wanita satu-satunya di ruangan itu berteriak.
"CATTARINA!!"
Semua orang spontan menoleh. Orang yang dikhawatirkan mereka terjaga.
Monna yang kala itu telah berhasil membuka kedua matanya secara perlahan, memperhatikan ruangan yang ada di sekitarnya. Terdapat sebuah kamar yang luas dan megah. Ia terbaring di atas ranjang yang besar. Dan disertai beberapa orang yang tidak diken..
"Ayah.. ibu.. dan Kak Asraff..?"
Monna terpaku di tempat. Apa yang baru saja dikatakannya? Ayah, ibu, dan kak Asraff??
Darimana ia bisa mengenal nama-nama itu? Ayah dan ibu? Ia sudah yatim-piatu sejak lama. Lantas darimana sebutan itu berasal?
Monna mulai bangkit duduk. Ia menyentuh pelipisnya.
"Catty, kau sudah bangun?" tanya Tn. Shcoutz yang kala itu langsung bergegas menghampiri putrinya. Diikuti yang lainnya.
"Catty-ku sayang, kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?" tanya Ny. Shcoutz yang ikut menghamburinya dengan berbagai pertanyaan dan memberikan pelukan.
Monna hanya diam. Ia mencoba untuk mencerna satu persatu ingatannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Monna. Ia menatap ayah, ibu, dan kakaknya secara bergantian.
***