Chereads / RUNAWAY BRIDE (JAPAN VERSION) / Chapter 28 - Bab 27

Chapter 28 - Bab 27

Junichi melonggarkan dasinya ketika dia melangkah keluar dari lift khusus bagi penthousenya. Langkah-langkahnya lebar dan sedikit terburu-buru ketika mendorong pintu kaca penthousenya. Ruang demi ruang yang dilintasinya tampak remang oleh lampu duduk yang redup. Namun Junichi melihat ruangan baca di dekat balkon tampak masih terang dan pintunya terbuka separuh.

Dengan kasar Junichi mendorong pintu itu dengan ujung sepatunya dan mendapati Sayuri sedang duduk tenang di sebuah sofa cokelat panjang di tengah ruangan itu dengan sebuah buku di tangannya.

Mendengar suara kasar pintu didorong, Sayuri mengangkat matanya dari buku yang dibacanya. Dia melihat sosok Junichi berada di depannya dengan tampang gusar dan marah bercampur menjadi satu. Tampak dasi yang melilit kerah kemeja pria itu terikat longgar dan rambut yang biasanya tersisir rapi itu kini terlihat sedikit berantakan. Sayuri hanya menatap itu dengan tatapan tanpa ekspresinya sampai dengan geram Junichi membanting sekumpulan foto di atas meja di depannya.

"Jelaskan tentang semua foto-foto ini!" tunjuk Junichi pada semua foto yang berserakan.

Sayuri menatap semua foto tentang pertemuannya bersama Ruri pagi tadi. Wajahnya tanpa disadarinya langsung memucat dan tangannya yang memegang buku terlihat gemetaran. Semua itu tak luput dari pengamatan Junichi. Sepasang mata tajamnya menyipit.

"Kau bertemu dengan Ruri Fujita secara diam-diam?!" suara Junichi mendesis kejam. Dia melihat bagaimana Sayuri hanya menunduk menatap semua foto-foto itu tanpa berniat menjawabnya.

Amarah Junichi kembali tersulut. Dia memukul meja di hadapan Sayuri dengan keras sehingga wanita itu terlonjak kaget. "Jawab aku, Sayuri Fukuda!!!" Junichi membungkukkan tubuhnya dan dengan kasar tangannya menjangkau dagu Sayuri, mendongakkan wajah pias itu agar menatapnya.

Sayuri berusaha untuk tidak gentar sama sekali. Namun bertatapan dengan pandang mata beringas milik Junichi membuat dia mengkerut. Dirasakannya tangan yang mencengkram dagunya bagai sebuah capit yang menyakitkan.

"Jawab aku!!!" Kembali Junichi menyemburkan napas amarahnya pada wajah Sayuri. Dia menarik dagu wanita itu lebih kasar sehingga tanpa dapat dicegah tubuh Sayuri tertarik ke depan.

Airmata menggenang di pelupuk mata Sayuri. "Aku..aku bertemu..dengan Nona Ruri untuk memesan...lam..lampu..." dengan susah payah Sayuri menjawab pertanyaan Junichi. Dia berdoa agar jawabannya terlihat menyakinkan. Tuhan...tolong aku...

Junichi menatap sepasang mata Sayuri dengan lekat. Dia memiringkan wajahnya seolah sedang menilai kebenaran dari jawaban tunangannya. Alisnya tampak terangkat tinggi.

"Kau tahu aku membenci seorang pembohong, Sayuri-chan..." Junichi bersuara lapat-lapat. Dia memajukan wajahnya dan berbisik rendah di telinga Sayuri. "Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau melakukan itu padaku dan mencoba mencampuri urusanku! Jangan lagi bertemu dengan Ruri Fujita atau kau akan merasakan akibatnya! Aku akan melakukan apa yang selama ini kau takutkan terjadi padamu sebelum kita menikah!" Sambil berbicara begitu, bibir Junichi menempel di cuping telinga Sayuri yang dingin.

Tubuh Sayuri menggigil ngeri merasakan bibir Junichi yang terasa bagai ciuman maut bagi dirinya. Pegangan pada dagunya bertambah erat menimbulkan rasa sakit yang lebih.

Junichi merasakan tubuh Sayuri yang menegang. Sebelum dia melepas cengkraman pada dagu tunangannya, dia melanjutkan kalimatnya. "Apa kau mengerti, Sayuri sayang?" Junichi tersenyum manis di depan wajah Sayuri.

Sayuri menggigit bibirnya dan mengangguk cepat. Tampak kembali mata Junichi berkilat. Pria itu menarik tubuh Sayuri agar berdiri tepat di depannya seraya mencengkram kedua lengan wanita itu.

"Aku tidak mendengar suaramu!"

Berusaha agar airmatanya tidak tumpah, Sayuri menjawab dengan suara sengau. "Aku mengerti."

Junichi kembali tersenyum cerah. Dia melepaskan cengkramannya pada kedua lengan Sayuri dan mengecup lembut pipi yang masih terlihat pucat itu.

"Baiklah. Kau boleh tidur. Aku akan kembali ke klub melanjutkan acaraku dan tidak akan pulang." Junichi mengedipkan matanya dan melangkah pergi meninggalkan Sayuri seperti tidak pernah terjadi apa pun.

Sayuri menatap punggung Junichi yang menghilang dari balik pintu. Dia menjatuhkan tubuhnya yang gemetaran di atas sofa dan memeluk tubuhnya dengan kedua lengannya. Airmata takutnya kini tumpah begitu deras.

Dia mencengkram sofa yang didudukinya dan dia merasa begitu sendirian. Tiba-tiba dia teringat sebuah kalimat lembut yang ditujukan untuk dirinya. Jika kau membutuhkanku, kau tahu harus ke mana dirimu menemuiku.

Seketika Sayuri bangkit berdiri dan tanpa memikirkan baju hangatnya, dia berlari menuju lift. Dia keluar dari penthouse dan menuju jalan raya. Di antara dinginnya malam itu, Sayuri menghentikan sebuah taksi.

"Hiroo," kata Sayuri pada supir taksi yang segera melajukan taksinya menuju area yang disebut Sayuri.

Mamoru tengah membuat kopi ketika bel apartemennya berbunyi. Dia melihat jam di dinding yang menunjukkan angka 11. Dengan heran dia menuju pintu dan membukanya. Di ambang pintu dia terperangah melihat siapa yang berada di depannya.

Sayuri melihat wajah Mamoru yang terkejut. Dia berkata dengan suara gemetar. "Aku ingin bersamamu malam ini."