FLASHBACK ON
" Selamat Pagi, Habib!" sapa Fatma di telinga suaminya sambil duduk di samping suaminya yang masih tertidur sambil memeluk guling.
Brian yang mendengar bisikan lembut Fatma, perlahan mengerjap-kerjapkan matanya. Ditatapnya samar wajah cantik istrinya dengan senyum menghias di bibirnya.
" Pagi, Qolbi!" jawab Brian dengan suara serak khas bangun tidurnya yang mengalun merdu di telinga Fatma. Brian membalas dengan tersenyum dan terbangun dengan separuh nyawa yang melekat di tubuhnya setelah pipinya diusap-usap oleh Fatma serta sesekali dikecup.
" Ayo bangun! Sudah adzan subuh!" kata Fatma.
" Sebentar lagi, sayang!" jawab Brian mengumpulkan kepingan nyawanya.
" 5 menit!" sahut Fatma.
" Iya, sayang! Subuh Kiss!" pinta Brian, lalu Fatma mengecup lembut bibir suaminya dan mencubit lembut ujung hidung suaminya. Fatma memang sangat menyukai melakukan itu pada hidung mancung Brian.
Fatma berdiri dan menuju walk in closet, sedangkan Brian bangun dan duduk sejenak dipinggir ranjang, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya guna mandi junub. Dilihatnya handuk dan pakaian dalam telah siap di lemari kecil tempat pakaian ganti biasa diletakkan oleh Fatma. Brian mengeringkan rambutnya sambil berjalan keluar kamar mandi.
" Apa rambutmu telah kering?" tanya Brian sambil melihat Fatma yang sedang duduk di sofa.
Glekkk! Fatma menelan salivanya saat melihat tubuh kekar suaminya yang hanya berbalut handuk dibagian pinggang hingga lutut.
" Astaughfirullah, Habib! Tidak baik berkeliaran tanpa baju seperti itu!" kata Fatma kesal.
" Apa aku membuatmu tergoda, sayang?" goda Brian.
" Pakai pakaianmu atau kita akan kesiangan!" kata Fatma meraih sarung dan baju koko suaminya.
" Ini kan di dalam kamar, sayang!" rengek Brian.
" Bagaimana jika kita telah memiliki anak dan melihatmu seperti itu?" tanya Fatma masih kesal.
" Dia akan bangga padaku! Karena tubuhku yang bagus ini!" sahut Brian bangga. Isshhhh! PD kok nggak ilang-ilang! batin Fatma sebel.
" Istighfar, Habib! Itu takkabur namanya!" kata Fatma memperingatkan suaminya.
" Aku kan begini hanya padamu, sayang!" kata Brian cemberut sambil mengenakan kemeja kokonya setelah memakai sarung yang telah disiapkan Fatma.
" Iya, Habib!" jawab Fatma mengenakan mukenah lalu membantu suaminya mengancingkan kemeja kokonya.
" Kenapa nggak membangunkan aku untuk mengeringkan rambutmu?" tanya Brian merajuk.
" Aku terlambat bangun, Habib!" jawab Fatma.
" Apa kamu lelah?" goda Brian. Fatma tersenyum, pipinya merona mendapat godaan dari suaminya.
" Sedikit!" jawab Fatma pelan tanpa berani memandang pria dihadapannya itu.
Brian tersenyum smirk, dia mengingat-ingat kejadian semalam dimana dia membuat istrinya itu tidak bisa bangun walau hanya untuk sekedar membersihkan beberapa bagian tubuhnya. Fatma langsung tertidur setelah diserang Brian tanpa henti semalaman.
" Tidak perlu mengingat-ingatnya lagi! Habib nggak mau'kan jika mandi junub lagi?" kata Fatma seakan tahu apa yang dipikirkan suaminya itu.
" Aku tidak keberatan!" jawab Brian tersenyum. dan memajukan wajahnya, tapi Fatma menjauhkan wajahnya.
" Ada wudhu!" kata Fatma.
" Ma'af!" kata Brian.
" Habib, sayang! Apakah hanya hal itu yang ada dipikiranmu saat ini?" tanya Fatma sedikit kesal walau sebenarnya itu adalah pertanyaan yang sia-sia karena dia sudah tahu apa jawaban yang akan diberikan oleh suaminya.
" Tentu saja, sayang! Aku ingin segera membuatmu hamil anak-anakku!" kata Brian.
" Sudah dulu! Nanti dibahas lagi! Takut waktu subuhnya habis!" kata Fatma yang segera menghentikan pembicaraan yang dia tahu kemana ujung dari semua itu.
Mereka kemudian shalat berjamaah dan dilanjut dengan membaca ayat suci Al Qur'an. Fatma meninggalkan suaminya yang memeriksa pekerjaannya untuk menyiapkan sarapan pagi.
" Sayanggggg! Mana da...si...ku...." teriak Brian.
" Tidak perlu berteriak! Semua sudah ada disini!" kata Fatma yang masuk ke dalam kamar setelah mendengar teriakan suaminya. Fatma mengambil dasi Brian yang terjatuh di lantai bersama kaos kakinya. Dengan lembut Fatma memakaikan dasi itu dengan naik di sebuah kursi kecil agar tubuhnya bisa sejajar dengan suaminya itu. Brian sangat suka saat posisi mereka seperti ini, karena dia bisa puas memandang setiap jengkal dari wajah cantik istrinya yang sedang serius memakaikan dasi di lehernya. Sesekali dia mengecup wajah istrinya dan Fatma tahu jika memasang dasi tidak akan butuh waktu sebentar akibat tubuh Brian yang tidak bisa diam.
" Kenapa tidak kamu siapkan tas kerjaku juga?" tanya Brian merajuk.
" Bagaimana mungkin? Aku mana tahu apa yang harus dimasukkan ke dalam tasmu!" jawab Fatma.
" Kamu bisa menanyakan padaku!" sahut Brian.
" Aku bukan tipe istri yang ingin tahu atau suka mencampuri urusan pekerjaan suaminya, Habib! Karena itu adalah hakmu sepenuhnya, kecuali engkau melibatkanku dalam pekerjaanmu dan kamu membutuhkan bantuanku!" tutur Fatma lalu turun dari kursi itu.
" Duduklah!" kata Fatma. Brian duduk di sofa dan Fatma duduk di atas kursi kecil itu lalu memasangkan kaos kaki juga sepatu suaminya.
" Trima kasih, sayang! Apa jadinya aku jika kamu tidak ada?" ucap Brian yang benar-benar merasa dimanjakan oleh Fatma.
" Memangnya aku mau kemana? Kamu saja tidak mengijinkanku keluar walau hanya untuk mengajar!" kata Fatma sedikit menyindir. Brian tahu jika istrinya sedih karena tidak bisa lagi mengajar. Fatma merapikan jas suaminya.
" Aku nggak mau si Harun ato Nabil lainnya mencoba mendekatimu atau mengganggumu, sayang!" kata Brian.
" Astaghfirullah! Tidak baik berburuk sangka pada orang lain! Dan mana mungkin mereka tergila-gila hingga sedemikian rupa kepadaku, Habib! Terlebih aku sudah tidak gadis lagi!" jawab Fatma yang menganggap konyol kekhawatiran suaminya.
Menurut Fatma mana mungkin ada pria yang mau dengan wanita yang sudah tidak gadis lagi bahkan sudah bersuami.
" Kamu belum tahu bagaimana rasanya jika seorang pria mencintai seseorang dengan segenap hati dan pikirannya! Dia akan melakukan apa saja guna mendapatkan wanita itu dan dia tidak perduli dia gadis atau bukan!" tutur Brian tegas.
" Aku seperti mengenal seorang pria seperti itu! Tapi aku lupa dimana!" ucap Fatma dengan seyum tipisnya.
" Apa kamu menyindirku, sayang?" tanya Brian dengan datar.
" Apa aku mengatakan itu kamu, Habib?" balas Fatma.
" Memang kamu tidak menyebutkan namaku, tapi kamu menyiratkan itu, sayang!" kata Brian masih datar.
" Habib! Mana mungkin mereka seperti yang kamu pikirkan! Mereka pasti tidak akan berani mendekatiku apalagi dengan adanya orang -orangmu yang terus menjaga kemanapun aku pergi!" tutur Fatma.
" Aku melakukan itu agar kamu aman, sayang! Aku nggak mau kamu celaka!" kata Brian.
" Iya! Sudah! Suamiku memang selalu benar! Sarapan sudah siap dibawah!" kata Fatma.
Brian mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh Fatma dan mereka turun bergandengan tangan. Fatma mengambilkan makan dan minum suaminya. Brian makan dengan lahap dan sesekali Fatma membersihkan makanan yang ada disudut bibir suaminya. Semenjak menikah, Brian jadi selalu sarapan pagi dengan nasi.
" Aku pergi!" ucap Brian di depan pintu.
" Semoga Allah selalu melindungimu! Cepat pulang! Istrimu menunggu dirumah!" kata Fatma lalu mencium punggung tangan kanan suaminya. Brian mengecup kening, mata, pipi, hidung dan bibir istrinya.
" Aku mencintaimu!" kata Brian memeluk istrinya.
" Aku lebih mencintaimu!" jawab Fatma tersenyum.
" Assalamu'alaikum!" kata Brian.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma melambaikan tangannya dan dibalas oleh Brian yang meniupkan ciumannya dari dalam mobil.
FLASHBACK TBC...