Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 92 - Keinginan (2)

Chapter 92 - Keinginan (2)

Semua yang ada diruangan Brian langsung berhambur keluar karena takut akan ancaman Brian.

" Kita harus mencari kemana, Pak Danis?" tanya Edi.

" Iya, Pak!" sahut Seno.

" Iya, Pak! Bagaimana ini? Saya nggak mau ke sana!" ucap Karin berkaca-kaca.

" Tenang semua!" kata Danis kesal. Semua langsung terdiam.

" Ayo ke ruangan saya!" ajak Danis, lalu mereka masuk ke dalam ruangan Danis.

" Siapa tadi yang memanggilkan taksi?" tanya Danis.

" Saya, Pak!" jawab Edi.

" Apa kamu lihat plat nomernya?" tanya Danis. Edi menggelengkan kepalanya lalu menundukkan wajahnya.

" Apa nggak bisa lihat dari CCTV, Pak?" tanya Karin.

" Tadi nggak terlihat di CCTV, Rin!" jawab Danis.

" Kalo nggak salah nomornya B 5978 KTS, Pak!" jawab Seno. Semua melihat ke arah Seno.

" Kamu yakin?" tanya mereka bertiga.

" I..ya!" jawab Seno kaget melihat mereka bertiga bisa berbarengan seperti itu. Danis langsung menghubungi seorang kawannya yang bekerja di perusahaan taksi tersebut.

- " Halo, Nis!"

" Halo Ren!"

- " Ada angin apa, nih? Tumben-tumbenan kamu nelpon?"

" Gue ada perlu, nih!"

- " Perlu apa?"

" Gue mau nanya plat nomor taksi di perusahaan lo!"

- " Kenapa? Apa mereka melakukan sesuatu?"

" Nggak! Istri Bos gue naik taksi lo tapi kita nggak tau dia turun dimana!"

- " Ok! Lo kirim aja nomornya!"

" Ok, Ren! Thanks, bro!"

- " Ok!"

Danis mematikan panggilannya kemudian menulis pesan ke Randy. Beberapa menit kemudian, Randy mengirim balasan pesan dari Danis.

" Kalian kembali ketempat kalian masing-masing!" kata Danis.

" Apa sudah ketemu?" tanya Karin.

" Sudah! Tapi saya harus memastikannya dulu!" kata Danis langsung meninggalkan mereka bertiga. Mereka bertiga juga langsung kembali ke tempatnya masing-masing.

" Sayang!" panggil Brian pada Fatma yang sedang menikmati batagornya. Brian memeluk istrinya sangat erat.

" Maaf, apa anda seorang muslim? Karena kewajiban seorang muslim adalah memberi salam saat bertemu dengan muslim lainnya!" kata Fatma ketus.

" Assalamu'alaikum, sayang!" sapa Brian lembut, dia tahu jika istrinya sedang dalam bad mood.

" Wa'alaikumsalam! Pergilah! Aku ingin makan dengan tenang!" kata Fatma cemberut. Entah kenapa dia sangat marah pada suaminya itu.

" Sayang! Maafkan aku! Aku telah membuatmu dan anak kita sedih!" kata Brian sambil bersimpuh di hadapan istrinya yang saat itu sedang duduk di pintu taksi. Brian sangat sedih melihat istrinya yang sedang makan batagor dipinggir jalan seperti itu. Danis hampir saja terjatuh karena kaget saat melihat Bosnya bersimpuh seperti itu, karena ini adalah peristiwa yang termasuk sangat langka yang terjadi dalam kehidupan Bosnya.

" Hapus pikiranmu, Danis! Atau kamu mau bener aku kirim ke sana?" geram Brian pada Danis yang melirik tingkah asistennya itu. Danis langsung memutar tubuhnya membelakangi mereka, sementara penjual batagor tersebut juga merasa kagum dengan perbuatan Brian yang menandakan dia sangat mencintai istri dan anaknya.

" Pak! Bungkus satu, ya! Mau saya bawa pulang, disini suasananya sudah tidak nyaman lagi!" ucap Fatma tersirat. Brian tahu jika istrinya berkata demikian untuk menyindirnya.

" Baik, Ustadzah!" jawab penjual batagor itu.

" Sayang! Kamu pulang sama aku, ya!" kata Brian, tapi Fatma bergeming. Brian benar-benar menyesali apa yang terjadi di kantor tadi. Seharusnya dia lebih perasa karena kehamilan istrinya itu. Dr. Cecil telah menerangkan padanya tadi saat dia sedang menunggu kabar dari Danis dan lainnya, bahwa Fatma pasti akan mengalami ngidam dan moodnya akan naik turun. Jadi dia sangat membutuhkan perhatian dari orang sekitarnya, terutama dia sebagai suami.

Flashback On

" Halo, Dok!"

- " Pak Brian?"

" Saya mau tanya tentang istri saya!"

- " Ya, Pak! Apa ada yang bisa saya bantu?"

" Apa orang hamil itu pengennya aneh-aneh?"

- " Apa istri anda sedang menginginkan sesuatu?"

" Iya! Dia pengen batagor langganannya, tapi karena jauh saya belikan yang deket saja!"

- " Apa dia lalu marah atau sedih?"

" Kok, Dokter tahu?"

- " Itu namanya istri anda sedang mengalami ngidam!"

" Tapi kenapa dia tidak memakan batagor yang aku belikan?"

- " Karena dia meminta yang jauh itu dan anda telah membuat dia dan anak anda kecewa, Pak!"

" Apa? Anda serius?"

- " Tentu saja!"

" Astaghfirullah, Za! Aku telah berbuat kesalahan!"

Flashback Off

" Ini Ustadzah!" ucap penjual batagor sambil memberikan bungkusan pada Fatma.

" Trima kasih, Pak!" jawab Fatma lalu mencari dompetnya di dalam taksi. Kemana dompetku? batin Fatma.

" Kamu tidak membawa dompetmu, sayang! Karena kamu tadi ikut denganku!" kata Brian menerangkan pada istrinya yang kebingungan mencari dompetnya.

" Pria ini yang akan membayarnya, Pak Ujang!" kata Fatma lalu masuk ke dalam taksi dan pergi meninggalkan Brian dalam keterkejutannya melihat tingkahnya.

" Dan, kamu bayar, aku mau ikuti istriku!" ucap Brian yang kemudian tersadar jika Fatma telah pergi. Brian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Danis sendiri bersama dengan Pak Ujang. Brian mengikuti kemana taksi Fatma pergi. Sesekali Brian menekan-nekan pelipisnya yang terasa berdenyut akibat memikirkan cara untuk meminta maaf pada Fatma. Taksi yang membawa Fatma berhenti di pinggir pantai, lalu Fatma keluar dan berjalan menuju ke arah pantai. Brian tetap mengikutinya dengan setia.

" Kenapa nggak bilang kalo pengen ke pantai?" tanya Brian yang telah berjalan disebelah Fatma. Fatma hanya melirik ke arah Brian dan berjalan seperti tidak ada siapa-siapa disampingnya.

" Ahhhh! Senengnya menghirup udara segar! Kamu pasti senangkan, sayang!" ucap Fatma sambil melihat ke arah perutnya.

" Mulai sekarang kita akan kemana-mana berdua, karena abimu sangat sibuk dengan pekerjaannya!" ucap Fatma lagi dan langsung menembus jantung Brian. Brian tidak menyangka jika kesalahannya akan berakibat fatal pada dirinya.

" Sayang! Jangan bicara seperti itu! Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang wanita hamil! Dan aku akan memperbaiki sikapku, sayang! Please! Maafin aku, ya!" mohon Brian sedih.

" Kita pulang, ya, nak! Sepertinya terlalu lama disini nggak baik buat keadaan ummi dan kamu!" tutur Fatma dengan mengelus perutnya yang sudah sedikit terlihat gendut tanpa melihat suaminya sama sekali. Fatma kemudian berjalan kembali ke arah taksi, tapi dia terkejut saat dilihatnya taksi yang tadi mengantarkannya tidak ada lagi di tempatnya. Fatma mendengus kesal dan memutar tubuhnya sehingga bertabrakan dengan Brian yang sedang berjalan membuntutinya tanpa melihat ke depan. Brukkk!

" Auwww!" teriak Fatma memegang dahinya yang sakit, dia merasa telah menabrak sebuah dinding batu yang keras dan ternyata itu adalah dada suaminya.

" Ma...maaf, sayang!" ucap Brian kaget.

" Kamu itu, ya! Kenapa, sih, senengnya bikin aku kesal?" tanya Fatma sebel.

" Ak...aku nggak sengaja, sayang! Aku tadi sedang melamun!" jawab Brian dengan wajah yang sangat imut. Apa? Imut? Astaghfirullah, Fatma! Jangan lemah dihadapan dia! batin Fatma hampir tersenyum melihat wajah Brian yang saat ini terlihat sangat imut dan lucu itu.

" Panggilkan aku taksi!" kata Fatma dengan mata melotot.

" Tapi sa..."

" Atau aku kan jalan kaki!" jawab Fatma menatap tajam suaminya. Brian tidak berani meneruskan perkataannya, dia berjalan gontai ke arah jalan raya untuk mencari taksi sesuai perintah istrinya.

"