Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 74 - Berlebihan

Chapter 74 - Berlebihan

Sementara Soni hanya terdiam dengan wajah sebel. Brian begitu menurut pada istrinya, dengan cepat dia mendekati Fatma. Lalu Fatma menangkup wajah suaminya dan mengecup pipinya.

" Kok, pipi?" tanya Brian protes.

" Ada Soni!" bisik Fatma.

" Pergi, lo! Ganggu aja!" kata Brian datar.

" Astaghfirullah, Habib! Kok, kasar gitu?" ucap Fatma.

" Iya, nih..." Soni menghentikan ucapannya akibat tatapan membunuh dari Brian.

" Ya, udah! Gue pamit dulu! Ingat pesan gue, Za!" kata Soni lalu secepatnya keluar dari kamar Fatma sebelum mendapat bogem mentah.

" Apa yang kalian bicarakan? Pesan apa?" tanya Brian penuh selidik. Wajahnya sudah berubah menjadi wajah suami yang penuh kecemburuan.

" Apa sudah selesai adminnya?" tanya Fatma mengalihkan pembicaraan.

" Sudah! Kamu belum..."

" Kita pulang, ya! Aku sudah pengen tidur di kamar kita!" potong Fatma. Brian hanya bisa menghembuskan nafas panjang melihat sikap istrinya. Tanpa banyak bicara, dia membereskan barang-barang mereka dan memasukkan ke dalam tas. Perlahan Fatma turun dari ranjang dan mendekati suaminya.

" Apa Danis masih cuti?" tanya Fatma.

" Hmm!" jawab Brian sebel.

" Apa suamiku cemburu?" ucap Fatma. Brian hanya diam saja.

" Alhamdulillah, Ya Allah! Terima kasih karena Kau mengirimkan aku seorang suami yang setia dan sangat mencintaiku!" tutur Fatma sambil kedua tangannya ditengadahkan ke atas. Brian semakin cemberut dan itu membuat Fatma jadi gemas pada suaminya.

" Subhanallahu! Suamiku yang tampan dan baik hati ini semakin terlihat tampan sekarang! Aku jadi semakin jatuh cinta padanya!" goda Fatma. Brian masih dalam mode cemberutnya.

" Sayang! Jika kamu laki-laki semoga setampan abimu! Dan jika kamu perempuan semoga kamu..." ucap Fatma sambil mengelus-elus perutnya dan pura-pura melihat ke atas seakan mengingat-ingat sesuatu.

" Dia harus cantik seperti umminya!" jawab Brian yang ternyata menunggu-nunggu apa yang dikatakan Fatma.

" Alhamdulillah! Trima kasih, Habib! Atas pujiannya!" sahut Fatma lalu mengecup bibir Brian hingga mata Brian melotot.

" Ummimu bertambah nakal, sayang!" kata Brian seakan bicara pada calon anaknya setelah Fatma melepas bibirnya.

" Ini bawaan bayi, Habib! Mana pernah aku melakukan itu dulu? Kamu tahu kalau aku seorang wanita yang pemalu!" kata Fatma mencoba membela diri.

" Apakah seperti itu?" tanya Brian mengerutkan dahinya. Fatma hampir saja tertawa melihat ekspresi wajah suaminya yang terlihat lucu baginya. Hmmm! Sepertinya dengan kehamilan ini aku benar-benar bisa melakukan sesuatu! batin Fatma tersenyum.

" Apa kita aka terus disini?" tanya Fatma.

" Aku masih marah padamu!" kata Brian kembali cemberut.

" Iya! Nanti aja ya marahnya disambung lagi dirumah!" kata Fatma dengan lembut.

" Kamu harus memberikan penjelasan padaku!" kata Brian.

" Iya! Ayo!" ajak Fatma. Brian hanya mengangguk lesu, dia benar-benar mati kutu jika berhadapan dengan wanita satu itu. Seorang perawat masuk dengan membawa sebuah kursi roda.

" Silahkan, Nyonya!" kata perawat itu.

" Tidak! Istriku tidak membutuhkan itu!" kata Brian lalu mengangkat istrinya ala bridal style.

" Habib! Malu!" bisik Fatma yang mengalungkan tangannya keleher suaminya.

" Biar saja!" jawab Brian lalu berjalan keluar kamar tersebut, sedangkan perawat itu langsung menganga karena hatinya meleleh melihat perlakuan Brian terhadap Fatma. Asataga! Kapan gue bisa dapat suami seperti itu? Sudah tampan, kaya, penyayang lagi! batin perawat tersebut. Selama menyusuri lorong RS, Fatma hanya tertunduk menyembunyikan wajahnya di dada Brian, dia benar-benar dibuat malu oleh suaminya.

" Apa kamu merasa nyaman disitu, sayang?" tanya Brian. Fatma menganggukkan kepalanya pelan, Brian tersenyum melihat reaksi istrinya. Semua orang yang bertemu dengan mereka merasa kagum dan iri pada Brian dan Fatma. Dan mereka berbisik-bisik di depan Brian dan Fatma. Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di parkiran, Brian membuka pintu mobil otomatisnya dan meletakkan istrinya di dalam mobil lalu memasangkan seatbeltnya. Fatma mengecup pipi sang suami saat memasangkan seatbeltnya.

" Hentikan, sayang! Jangan buat aku lupa dengan pesan Dr. Cecil!" kata Brian yang merasa istrinya selalu menggodanya.

" Aku hanya menciummu, Habib! Anak kita ingin mengenal abinya!" jawab Fatma gemas melihat bibir suaminya yang sedikit cemberut.

" Aku harap ini bukan hanya alasanmu untuk menggodaku!" kata Brian.

" Ti...tentu saja tidak, Habib! Ini benar-benar keinginan anak kita!" sahut Fatma sedikit gugup.

" Sayang! Jangan meminta ummimu melakukan sesuatu yang membuat abi pengen, ya! Apa kamu tidak kasihan pada abimu?" ucap Brian di depan perut Fatma, Fatma hampir saja tertawa mendengar dan melihat suaminya itu.

" Jaga perkataanmu mulai sekarang, Habib!" bisik Fatma seakan dia tidak mau jika anaknya mendengar perkataannya. Brian melihat istrinya lalu menganggukkan kepalanya. Brian membawa pulang istrinya dengan perasaan bahagia.

" Kapan kita ke rumah Abi?" tanya Fatma.

" Besok, sayang!" jawab Brian.

" Apa rencana bulan madu kita akan tertunda?" tanya Fatma sedikit kecewa.

" Aku nanti akan menanyakan pada Dr. Cecil tentang hal itu!" jawab Brian.

" Apa kamu lupa jalan pulang, Habib?" tanya Fatma yang merasa jika jalan yang dilalui saat ini bukanlah jalan pulang ke rumah.

" Tidak, sayang! Kamu akan tahu nanti!" kata Brian. Fatma hanya diam saja mengikuti perkataan suaminya. Tidak lama kemudian mereka tiba di sebuah rumah yang terbilang mewah dengan halaman luas dan garasi mobil yang besar. Seorang laki-laki membukakan pintu gerbang rumah tersebut dan Brian maembawa mobilnya masuk. Dia menghentikan mobil tersebut tepat di depan pintu besar lalu keluar dari dalam mobil.

" Selamat datang di rumah baru kita, Qolbi!" kata Brian.

" Err..ru...mah...ba...ru?" ucap Fatma membeo sambil menganga tidak percaya.

" Iya! Kamu boleh mendekornya sesuka hatimu!" bisik Brian sambil memeluk Fatma dari belakang dan mengecup puncak khimar istrinya.

" Assalamu'alaikum, Nyonya! Selamat Datang dan Selamat atas kehamilan pertama, Nyonya!" tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang berhijab keluar dari dalam rumah.

" Selamat, Nyonya!" lalu keluar lagi 4 orang wanita berhijab.

" Wa'alaikumsalam! Trima kasih!" jawab Fatma yang sedikit kaget.

" Saya Ani! Bagian Dapur!" kata Ani.

" Saya Mira! Bagian bersih-bersih!" kata Mira.

" Saya Denok! Bagian kebun!" kata Denok.

" Saya Ina!" Bagian lapangan!" kata Ina.

" Saya Marsa! Sebagai Bodyguard!" kata Marsa.

" Kalian boleh pergi!" kata Brian.

" Kami Permisi!" jawab mereka lalu pergi.

" Habib! Apa tidak berlebihan?" tanya Fatma terharu.

" Allah yang berlebihan menurutku!" kata Brian lembut.

" Astaghfirullah! Jangan suudzon kepada Allah, Habib! Ingat dosa!" kata Fatma memperingatkan suaminya.

" Karena Allah memberikanku istri yang sempurna!" bisik Brian memeluk istrinya. Wajah Fatma merona mendengar ucapan suaminya.

" Aku hanyalah gadis biasa dari keluarga yangnbiasa-biasa saja!" jawab Fatma merasa nyaman sekali dalam dekapan sang suami.

" Kamu salah, Qolbi! Kamu adalah anugerah terindah yang Allah berikan padaku! Tetaplah disisiku, selamanya! Membuatku selalu bahagia sepanjang waktu!" tutur Brian.

" Ins Yaa Allah!" jawab Fatma. Lalu mereka masuk ke dalam rumah dan Fatma begitu kagum dengan keadaan di dalamnya.

" Trima kasih telah mempekerjakan mereka! Aku mencintaimu!" kata Fatma merasa sangat senang karena para pekerja itu memakai hijab semua.

" Sama-sama! Aku akan selalu memberikan yang terbaik untuk orang yang terbaik dalam hidupku!" jawab Brian tersenyum sambil memeluk pinggang istrinya.