ADA anak baru di kelas Alisha. Seorang cowok tinggi berkulit putih dengan senyuman lebar yang membuatnya terlihat ramah, tak lupa, dia ganteng.
Hanya melihatnya saja sudah membuat siapa pun betah. Selain tampan, ramah, dia juga baik pada semua orang, tapi sepertinya ... bukan untuk Lisa.
"Kita akan berlatih menembak three point hari ini, ya?" ujar Pak Darrel sembari melempar bola basket ke arah cowok baru bernama Rizal tersebut. "Dimulai dari kamu!"
Sebagai salah satu siswi yang suka pemandangan gratisan, Lisa suka menatap Rizal dalam diam. Dia ganteng, senyumannya manis, ramah pada semua orang. Pemandangan yang indah ....
Rizal mendribel bola basket beberapa kali, tatapannya terarah ke ring basket, dan ia melemparkan bola itu dengan mudah. Masuk.
"Hebatnya! Sekali coba langsung gol!" pujian mendatangi Rizal, terlebih cowok itu sekarang tersenyum lebar karena percobaan lemparan pertamanya masuk.
"Jaga konsenterasi, lempar lagi! Mungkin saja yang pertama hanya kebetulan!" teriakan Pak Darrel membuat Lisa tersenyum tipis.
"Pak Darrel bukannya nyemangatin malah bilang kayak gitu," dengkus siswi lainnya.
"Beliau sedang nyemangatin, kok, biar Rizal enggak lengah dan berakhir โaw!"
Sebuah bola basket melayang menghantam wajah Lisa.
Kepala Lisa rasanya berputar-putar, rasa sakitnya sanggup membuat pandangannya berkunang-kunang. Dia melihat Rizal yang tengah memamerkan senyum tanpa dosa andalannya, tapi bukannya senang, Lisa kehilangan kesadaran.
"LISA!" teriak semua orang langsung panik.